Bagian 53

823 141 17
                                    

BAGIAN 53 Go Crazy, Go stupid

Setelah bersikukuh mengatakan bahwa ia tidak mabuk, Xiao Zhan bangkit berdiri dari pangkuan Wang Yibo. Berjalan ke luar ruangan pribadi untuk bergegas menuju kamar mandi, berusaha membukatikan bahwa ia benar-benar tidak mabuk.

Wang Yibo melirik dari sudut mata, tidak terlalu peduli pada keamanan Xiao Zhan yang keluar dari ruang pribadi, lagi pula ada beberapa pengawas yang berkeliaran di luar. Kalaupun tersesat atau mendapat masalah, pengawas akan membantu mengurus dan mengirimnya kembali ke ruangan sebelumnya. Namun, agak tidak nyaman ketika memikirkan bahwa Xiao Zhan memasuki kamar mandi sendiri, tentu karena pengawas tidak boleh mengikuti pelanggan ke dalam kamar mandi.

Menyingkirkan kekhawatiran tidak beralasannya, Wang Yibo kembali menuangkan anggur ke dalam gelas. Ia memiliki toleransi tinggi terhadap alkohol, tetapi untuk beberapa alasan tidak memiliki niat untuk mabuk. Lagi pula masih ada Xiao Zhan yang harus diurus. Sehingga Wang Yibo tidak secara aktif meneguk banyak anggur.

Beberapa menit kemudian pintu ruang pribadi terbuka dari luar, sosok yang akrab masuk dengan senyum cerah di bibir. Suara ceria mengalun nyaring. “Lihat! Aku tidak mabuk, kan?”

Tatapan mata Wang Yibo terarah pada mata berkabut Xiao Zhan, mengangguk lemah, dan tidak berniat membantah. “Benar. Kamu tidak mabuk, tidak mabuk dan tidak mudah mabuk.” Entah mengapa kalimatnya menjadi tidak efektif dan terasa berputar-putar tanpa disadari.

Yang diketahui Wang Yibo hanya wajah Xiao Zhan sangat merah seperti terbakar, sudut mata memerah dan berair—tampak berkabut, bulu mata sedikit terkulai ke bawah, dan alis terpecah di kedua sisi. Penampilan yang santai dan menimbulkan kesan menenangkan seolah tanpa masalah. Namun, siapa pun yang berpengalaman mengatasi orang mabuk akan dapat menembak dalam satu kali pandang.

Ada banyak jenis orang mabuk. Agresif, pendiam, cerah, dan lainnya. Tipe Xiao Zhan seperti seorang noramal yang tidak menyentuh alkohol, biasa-biasa saja bagi orang yang tidak mengenalnya dengan baik. Faktanya, ada perubahan di ekspresi wajah. Ia menjadi lebih bersemangat, bertemperamen layaknya anak usia lima tahun, dan banyak bicara. Sangat jauh dari kesan tenang yang biasa ditunjukkan, tetapi masih menampilkan sikap malu-malu.

Xiao Zhan duduk di kursinya, di depan kursi Wang Yibo, dalam posisi patuh dan terlihat seperti anak baik yang sedang dihadapkan dengan guru wali kelas. Kedua kakinya menyatu, tangan berada di pangkuan, punggung tegap dan tidak bersandar, kepala sedikit menunduk. Ada saat di mana ia akan melirik ke depan, mencuri pandang sosok Wang Yibo yang duduk dengan kaki bersilang dalam posisi anggun dan menguarkan aura bangsawan.

Merasakan tatapan itu, Wang Yibo tidak bisa tidak peduli sama sekali. Melirik dengan saksama dan memperhatikan gerakan patuh Xiao Zhan, mengerutkan kening, dan bertanya, “Ada apa? Apa yang kamu inginkan?”

“Boleh aku memakan ini?” Tangannya yang langsing, putih, dan bersih terpapar cahaya lampu, menunjuk ke arah buah anggur kecil.

Wang Yibo mengangguk sebagai jawaban dan menerima senyum cerah di bibir Xiao Zhan. Tubuhnya membeku dalam beberapa detik. Belum pernah melihat senyum sepolos itu. Xiao Zhan yang mabuk tampak seperti anak kecil menggemaskan dan lucu, juga murni. Membuatnya tanpa sadar terkekeh.

Tangan yang meraih anggur berhenti di udara, meletakkan kembali buah itu ke tempatnya. Wajah Xiao Zhan agak murung, sulit dijelaskan mengapa, tetapi suasana hati berubah tajam. Senyum ceria perlahan runtuh, menundukkan kepala dalam-dalam, dan duduk dengan gelisah.

“Ada apa?” Wang Yibo kembali bertanya dalam kebingungan.

Tidak ada jawaban yang diterima. Ia merasa agak salah, tetapi tidak mengerti di mana letak kesalahannya.

The Cold Season ✓Where stories live. Discover now