Bagian 37

972 143 10
                                    


BAGIAN 37 Pay Attention

Xiao Zhan tidak bisa bangun dari tempat tidur setelah semalam dikacaukan oleh Wang Yibo di ruang rahasia. Ketika selesai bermain-main, pada pukul dua dini hari, ia kembali ke kamarnya sendirian. Tubuhnya menggigil dan gemetaran, kulit yang dicambuk mulai terasa sakit, dan bagian belakang sangat perih. Membersihkan diri sebelum tidur, di pagi hari berikutnya ia terserang demam, tubuhnya panas dan memerah, kepala terasa berat, pusing, dan sesekali mual.

Awalnya Wang Yibo memasuki kamar Xiao Zhan di pagi hari untuk mengatakan agar ia mengambil cuti selama sehari, siapa yang tahu jika keadaannya bahkan lebih buruk. Meski begitu, Wang Yibo tetap meninggalkannya untuk bekerja. Ia menyiapkan bubur di pagi hari dan mengantar ke kamar Xiao Zhan beserta beberapa tablet obat penurun demam.

Sebelum kek kantor, Wang yibo lebih dulu menghubungi Bibi Yang untuk segera datang dan tidak lupa mengatakan mengenai keadaan Xiao Zhan.

Di tempat tidurnya, Xiao Zhan benar-benar tidak ingin melakukan apa-apa selain berbaring dan menutupi diri dengan selimut, perasaan dingin berbanding terbalik dengan panas kulit. Bibir bergemeletuk ringan karena menggigil. Segelas air hangat diletakkan di atas nakas beserta semangkuk bubur dan obat, tetapi ia tidak menyentuh sedikit pun. Baru ketika Bibi Yang tiba dan melihat keadaannya, ia membantu Xiao Zhan makan, menyuapi dengan sabar.

Bibi Yang juga membantu mengurusnya, setelah makan dan minum obat, meletakkan penurun panas di dahi. Efek obat sangat bagus, untuk sesaat membuatnya terlelap begitu nyenyak, membuat Bibi Yang merasa tenang ketika meninggalkannya untuyk kembali bekerja.

Setelah beberapa saat, efek obat mulai berkurang, ia tetap tertidur, tetapi tak setenang sebelumnya. Dalam tidurnya, Xiao Zhan memimpikan beberapa hal abstrak, tetapi ia tahu jika itu semua sudah pernah dialami. Ia kembali memimpikan sosok laki-laki yang memberikan saran padanya, yang tanpa disadari telah membantunya bangun dari keterpurukan. Ia juga memimpikan tentang kejadian-kejadian buruk di masa lalu.

Bibir bergerak seperti sedang berbicara, sesekali ada suara rintihan pelan, tetapi matanya terpejam erat seakan tak ingin terbuka. Sudut mata lembab sampai bulu mata basah, bergetar, dan gelisah. Terkadang juga ia mengalami sesak napas untuk beberapa detik.

Momen buruk yang diingatnya ketika bermain-main dengan Wang Yibo, meski hanya sedikit, telah memicu ingatan lain. Membuatnya tak tenang dan merasa cemas tak beralasan. Xiao Zhan memiringkan tubuh, meringkuk seperti bayi, telapak tangan yang berkeringat menggenggam ujung selimut. Ketika mimpi buruk semakin menjadi, sudut matanya bukan hanya berair, namun perlahan menumpahkan air mata.


Bibi Yang datang memeriksa keadaannya dengan membawa semangkuk bubur baru. Melihat penampilan Xiao Zhan yang cukup mengkhawatirkan, Bibi Yang tidak bisa tetap tenang.

“Tuan Xiao,” lirihnya sembari meluruskan tubuh Xiao Zhan. Mengelap jejak air mata dan mengganti plester penurun panas.

Xiao Zhan sedikit membuka mata, penglihatannya buram, dan tanpa arah. Namun, ia bisa mendengar suara lembut seorang wanita yang memanggilnya, mengurus, dan memperlakukannya dengan baik. Tanpa sadar ia bergumam, “Mama ....”

Agak terkejut, Bibi Yang melunakkan tatapan, dan mengelus anak rambut yang lembab. Kembali membantu Xiao Zhan untuk makan meski hanya beberapa suap.

Karena kondisinya yang tak membaik, Biibi Yang memutuskan untuk menghubungi Wang Yibo menggunakan telepon rumah. Menunggu beberapa saat sampai panggilan terhubung. “Tuan Wang, maaf bibi mengganggu sebentar. Keadaan Tuan Xiao sepertinya tidak akan membaik dalam sehari.” Ia juga menceritakan tentang beberapa hal yang menjadi poin utama, seperti Xiao Zhan yang terus-menerus mengigau dan terkadang merintih.

Wang Yibo khawatir, bagaimanapun dia yang menyebabkan hal itu terjadi. Semalam ia terlalu keras dan tidak mempertimbangkan kondisi tubuh pihak lain. “Hubungi Dokter Gu, katakan padanya untuk datang ke apartemen. Sebentar lagi saya akan kembali.”

Panggilan telepon berakhir, Bibi Yang segera melakukan sesuai perintah dan tetap di kamar menunggu Xiao Zhan sampai Dokter Gu datang. Dokter Gu merupakan dokter pribadi yang sering dipanggil Wang Yibo di kota ini, terkadang ia membutuhkan sang dokter untuk dirinya sendiri atau beberapa teman dekat seperti Jeffrey. Hubungan di antara mereka juga tidak buruk, meski tak terlalu dekat. Bisa dikatakan jika mereka berdua merupakan teman lama yang tahu keadaan satu sama lain di masa lalu.

Ketika dokter tiba, Bibi Yang segera mengarahkannya untuk memeriksa Xiao Zhan. Pada saat itu, Wang Yibo belum kembali. Ketika mereka tiba di kamar Xiao Zhan, Dokter Gu melihatnya dengan kerutan di kening dan bertanya pada Bibi Yang, “Pemuda ini, siapa dia?”

Ekspresi wajah Bibi Yang agak kaku, ia pun bingung harus menjawab apa. Tidak tahu pasti seperti apa hubungan antara Xiao zhan dan bosnya. Keduanya dalam keadaan bingung dan mencari jawaban dalam diam, tetapi segera diinteruspi oleh suara ringan Xiao Zhan, meracau tanpa kejelasan. Yang terdengar hanya rintihan seperti tengah menahan rasa sakit.

Dokter Gu segera membawa tangannya untuk menyentuh dahi Xiao Zhan, sangat panas. “Berapa suhu tubuhnya?” tanya sambil membuka koper kecil yang dibawa.

“Tiga puluh sembilan koma dua,” jawab Bibi Yang panik.

Itu adalah suhu yang sangat tinggi. Dokter Gu bahkan kehilangan ketenangan dalam beberapa menit. “Jam berapa terakhir kali dicek?”

“Lima belas menit yang lalu, Dokter.”

Dokter Gu mengangguk. Ia menarik setengah selimut ke bawah dan membuka sebagian baju Xiao Zhan. Matanya membelalak melihat garis merah memanjang di kulit putih Xiao Zhan, sangat kontras dan terlijhat agak mengerikan.

Bukan hanya Dokter Gu yang tercengang, Bibi Yang pun mengalami kondisi jantungan dalam beberapa detik. Tidak seperti dia tidak tahu apa-apa, hanya saja seingatnya ruang rahasia itu jarang digunakan. Kalaupun dipakai, Wang Yibo akan membawa seseorang, tetapi keesokan harinya orang itu telah pergi. Bibi Yang akan membersihkannya tanpa banyak pertanyaan.

Baik Bibi Yang dan Dokter Gu sama-sama tidak menyangka akan status Xiao Zhan. Setelah melihat hal itu, Bibi Yang mulai memahami jika Xiao Zhan berbeda dengan orang-orang yang dibawa Wang Yibo sebelumnya. Laki-laki ini agak spesial.

Selagi Dokter Gu memeriksa keadaan Xiao Zhan, ia meminta Bibi yang untuk membuat bubur lagi. Tujuannya hanya agar Bibi Yang pergi dan memberinya ruang memeriksa kondisi tubuh Xiao Zhan secara menyeluruh. Selama pemeriksaan, keningnya yang mengerut sama sekali tak mengendur, bahkan suasan hati kian lama, kian buruk. Ada beberapa poin besar yang harus dibicarakan dengan Wang Yibo.

Bukan hanya tubuhnya yang sakit, tetapi kondisi mental, dan kesehatan jiwanya agak terguncang. Seperti trauma terhadap sesuatu. Dokter Gu juga mengerahkan fokusnya untuk mendengar apa saja yang digumamkan Xiao Zhan dalam tidur. Meski mengakap kalimat dengan jelas, tetapi melihat ekspresi dalam tidurnya, tentu ada garis besar yang mampu ditarik oleh sang dokter.

Pada akhirnya ia tak sabar menunggu kedatangan Wang Yibo, mengambil ponselnya, dan menghubungi bos itu.“Wang Yibo, selirmu memiliki maasalah yang cukup serius. Cepat kemari, ada banyak hal yang harus kita bicarakan!”


....


Mendengar kata ‘selir’ entah mengapa membuat hati wang Yibo masam, dia tidak pernah menganggap Xiao Zhan sebagai orang kedua, pengganti, atau simpanan. Baginya Xiao Zhan adalah Xiao Zhan, dan kekasihnya adalah kekasihnya. mereka tidak sama, tetapi juga tidak berbeda.

Sesaat setelah panggilan dari Dokter Gu, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mengetahui tentang kondisi Xiao Zhan yang cukup serius, tidak mungkin ia tetap tenang. Sebenarnya, sedikit-banyak Wang Yibo tahu jika permasalahan ini bukan hanya tentang kondisi fisik Xiao Zhan.

Ketika ia tiba di apartemen, hal pertama yang ditanyakan adalah kondisi Xiao Zhan. Ia bertanya pada Bibi Yang di dapur tengah menyiapkan semangkuk bubur dan mereka berjalan bersama ke kamar Xiao Zhan.

Pada saat itu, Xiao Zhan terbaring di tempat tidurnya dengan selimut tipis menutupi tubuh. Matanya tampak berkabut dan tidak secerah biasa, wajah pucat, bibir bergetar kecil, sebagian besar rambut depan jatuh menutupi kening. Tampak sangat lemah seperti mayat hidup.

Sementara dokter Gu duduk di sampingnya dengan kursi belajar yang diseret. Sesekali bertanya tentang hal-hal ringan. Ketika melihat kedatangan Wang Yibo, ia segera berdiri dan menepuk pundak Xiao Zhan sebelum berjalan menjauh. Mengambil koper kecilnya dan mengeluarkan beberapa jenis obat.

“Bibi Yang beri obat ini padanya setelah selesai makan. Tidak masalah jika hanya memakan beberapa suap, jangan paksa menghabiskan satu mangkuk.” Dokter Gu berbicara dengan tenang. Wibawanya sebagai seorang dokter memang sangat mengesankan, selain itu usianya juga masih satu angka di bawah tiga puluh.

Setelah berbicara pada Bibi Yang, ia mengalihkan perhatian pada sosok yang baru bergabung. Menghela napas samar dan berkata, “Wang Yibo, kita bicara di tempat lain, biarkan dia istirahat setelah minum obat.”

Wang Yibo melirik Xiao Zhan untuk sesaat, tatapan mata mereka bertemu, dan dia mengangguk seolah meyakinkan Xiao Zhan tentang sesuatu yang tidak pasti. Memutar tubuh dan berjalan keluar diikuti dokter Gu. Mereka berjalan menuju ruang kerja dan berbincang-bincang di sana.

Wang Yibo membawa Dokter Gu duduk di sofa, tidak menyeduh minuman ataupun menyediakan makanan. Ia tidak menawari orang itu apa pun. Duduk di sofa tunggal dan merogoh saku untuk mengeluarkan rokok dan menyulutnya. “Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanyanya langsung. Rokok berada di belah bibirnya.

Dokter Gu menatap acuh tak acuh, sudah biasa diperlakukan tak adil seperti ini. Seolah dia bukanlah tamu yang dipanggil secara khusus. Meskipun perilaku Wang Yibo buruk dan menganggapnya tidak penting, dokter bernama lengkap Gu Jiacheng itu tidak bisa memprotes atau mengungkapkan emosi negatif. Bagaimanapun, Wang Yibo adalah salah satu orang yang membantunya menjadi seorang dokter profesional di usia muda. Ia harus menunjukkan sikap berterima kasih.

“Mengenai selirmu-”

“Dia bukan selir.” Kalimat Gu Jiacheng segera dipotong oleh nada dingin Wang Yibo.

Ada tawa renyah dari sudut bibir Gu Jiacheng, tidak keras, namun tetap terdengar mengejek. Bagaimanapun, dia adalah satu-satunya orang, di antara teman dekat Wang Yibo dan kekasihnya, yang mengetahui hubungan khusus antara laki-laki itu dengan Xiao Zhan.

“Lalu, aku harus memanggilmnya apa? Dia kekasih gelapmu, bukan?”

Mendengar itu, tatapan mata Wang yibo benar-benar berubah datar dan sedingin balok es. “Xiao Zhan. Dia bukan kekasih gelapku.”

Gu Jiacheng menangkat salah satu alisnya, menatap penuh arti pada sosok angkuh yang menyesap rokok dan membuang asap sembarang. Seolah meminta penjelasan lebih lanjut tentang hubungan di antara mereka, tetapi tak berani menanyakan secara langsung jika orang itu tak ingin mengatakan apa-apa.

“Baiklah. Terserah hubungan apa di antara kalian.” Kali ini ekspresi wajahnya jauh lebih serius. “Mentalnya tidak sehat. Ada beberapa trauma yang dialami, itu membuatnya depresi dalam jangka waktu panjang. Meski tampaknya sekarang tidak terlalu parah, tapi bisa menjadi hal besar jika ada pemicu. Sepertinya kesehatan mentalnya sudah lama terjadi, mungkin ketika remaja, akan sulit untuk menangani ini sepenuhnya.”

Mendengar penjelas itu, Wang Yibo sama sekali tidak terkejut. Dia sudah mengetahui masalah ini sejak awal kedekatan mereka, dengan satu per satu kepingan pazzel yang diceritakan Xiao Zhan padanya, ia sudah mendapat gambaran jelas.

Bagaimanapun, masalah yang dilalui Xiao Zhan remaja bukanlah sesuatu yang mudah dilewati. Akan mengejutkan jika dia baik-baik saja setelah melalui banyak kesulitan.

Melihat ekspresi tenang Wang Yibo, yang tidak menunjukkan keterkejutan, Gu Jiacheng mencibir, “Kamu tahu masalah ini, tapi memperlakukannya dengan kasar.”

“Bukan urusanmu.” Nada suara Wang Yibo mengandung peringatan.

“Ya, ya, itu bukan urusanku.” Gu Jiacheng melambaikan tangan di atas kepala, acuh tak acuh. “Saranku jangan terlalu sering melakukan kegiatan gila seperti itu. Apalagi sesuatu yang memicu kenangan  buruk. Kau terlalu buas ketika di ruang rahasiamu.”

Wang Yibo meliriknya sekilas. Mengedarkan pandangan ke arah lain dan mengembuskan asap rokok sebelum menjauhkan rokok dari mulutnya dan melemparkan ke dalam asbak. “Hanya itu yang ingin kamu sampaikan. Kalau begitu obrolan kita selesai.”

“Apa menurutmu ini hal sepele?” Kali ini Gu Jiacheng mengeluarkan nada yang jauh lebij serius, tetapi ada ejekan di dalamnya. Masalah mental seseorang jelas bukan sesuatu yang sederhana dan mudah ditangani. Orang di hadapannya itu terlalu menganggap semua hal seperti bidak catur yang mudah disingkirkan jika tak lagi diperlukan.

Gu Jiacheng bersimpati terhadap kondisi Xiao Zhan, ia juga merasa perasaan yang lembut ketika berinteraksi dengan orang itu. Jelas jika Xiao Zhan telah lama menyembunyikan masalah ini dari orang lain, ia bahkan kehilangan kepercayaannya terhadap orang lain.

“Wang Yibo, Xiao Zhan mengalami masalah serius tentang kepribadiannya. Jika terus seperti ini, mungkin ketika masalah besar terjadi, Xiao Zhan yang kamu kenal saat ini tidak akan ada lagi. Aku tidak terlalu memahami masalah ini, tapi melihat ekspresinya ketika bermimpi tadi dan kalimat-kalimat yang dia ucapkan secara tidak sadar, jelas menunjukkan jika dia telah mengalami transisi karakter yang sangat tajam. Sebaiknya bawa dia menemui psikiater.”

Wang Yibo mendengar dengan cermat dan agak terkejut, ia tidak tahu bagaimana karakter asli Xiao Zhan. Apa itu seperti dirinya saat ini, yang lebih banyak diam dan mengikuti alur, tetapi keras kepala seperti batu, atau dirinya yang terkadang, secara tak sadar, tampak ceria meski pendiam?

“Kalian bisa konsultasi oada psikiater bersama,” usul Gu Jiacheng bercanda. “Bagaimanapun, kecanduan sado-masokis itu tidak normal.”

Rahang Wang Yibo mengeras mendengar cibiran terang-terangan itu. “Pulanglah!” Usirnya dalam kekesalan.

Namun, di balik kalimat cibiran Gu Jiacheng, sebenarnya ia memang mengharapkan agar Wang Yibo mengunjungi psikolog alih-alih psikiater. Dia tahu ada yang salah dengan orang itu. Tekanan dari keluarganya dan perlindungan terhadap kekasih yang juga bermasalah, ditambah satu sosok bermasalah lainnya, pasti memberikan dampak buruk pada mental seseorang. Gu Jiacheng bahkan bingung mengapa temannya ini selalu dikelilingi orang-orang bermasalah.

.....


Sebelum pergi, Gu Jiacheng menyempatkan diri untuk melihat kondisi Xiao Zhan di kamarnya. Bibi Yang sedang pergi mengurus beberapa pekerjaan di dapur sehingga dalam ruangan sedang hanya ada satu sosok terbaring di tempat tidur. Wajahnya masih pucat dan kemerahan, jejak-jejak kelelahan tercetak jelas di wajah itu, keningnya mengerut meski tak sekencang sebelumnya. Gu Jiacheng berasumsi bahwa Xiao Zhan sudah bisa tidur cukup nyaman.

Dokter muda menghela napas panjang ketika mengingat bagian-bagian tubuh Xiao Zhan yang terluka, ia sempat melihat dan mengoles dengan salep pengering luka, tetapi tidak sampai bagian yang lebih pribadi lagi. Dalam hati ia merutuki perbuatan Wang Yibo dan berharap tidak ada hal buruk yang terjadi.

Dia berbalik untuk pergi, melihat Wang Yibo terpaku di belakangnya. Melirik sekilas dan menyampaikan pesan terakhir. “Oles salep pada luka kulitnya, jangan membiarkannya sendiri tanpa pengawasan, jika demamnya tidak turum sampai besok pagi, bawa ke rumah sakit. Oh, ya, jangan lupa cek setiap laci di ruangan ini, sepertinya dia menyembunyikan sesuatu.”

Setelah mengatakan kalimat yang panjang, Gu Jiacheng menepuk pundak Wang Yibo dan bergegas pergi meninggalkan laki-laki itu di kamar Xiao Zhan. Dia masih memiliki banyak pekerjaan.

Sepeninggalan Gu Jiacheng, Wang Yibo berjalan mendekati tempat tidur, mengulurkan tangan untuk mengusap anak rambut Xiao Zhan, dan memperhatikan wajah pucat itu. tidak menyangka jika akibatnya akan sejauh ini. Wang Yibo juga mengingat reaksi pertama Xiao Zhan ketika melihat pakaian gadis kelinci pada malam itu. Berpikir jika hal itu berkaitan dengan pemicu kenangan buruknya.

Pada saat itu jarum jam masih di angka dua siang, Wang Yibo pulang terburu-buru dan meninggalkan beberapa pekerjaan di kantor untuk diurus oleh Jeffrey. Memutuskan untuk bekerja dari rumah, ia mengambil laptopnya dan mulai bekerja di meja belajar kamar Xiao Zhan.

Sesekali suara igauan Xiao Zhan terdengar dan Wang Yibo dengan rendah hati memeriksa keadaan laki-laki itu, mengelus kepalanya, menyentuh dahi atau menepuk pundaknya. Wang Yibo yang seperti itu terlihat sangat lembut dan ramah, seolah tatapan datar dan dingin yang biasa dilayangkan lenyap ditelan pasir. Ini bukan pertama kalinya dia mengurus orang sakit, sehingga tak sulit menyesuaikan diri.

Karena Xiao Zhan yang sedang sakit sangat berisik dan selalu membutuhkan sentuhan menenangkan, pada akhirnya Wang Yibo menyeret laptop dan beberapa dokumen ke atas tempat tidur. Ia bersandar ke kepala ranjang dengan laptop di pangkuan dan mulai bekerja.

Xiao Zhan yang setengah sadar merasakan kehadiran orang lain, sangat dekat dan mudah digapai. Membuka mata pelan, hanya sedikit siluet yang tertangkap manik hitamya yang sayu sebelum kembali terpejam. Namun, tubuhnya memiliki reaksi tak terduga. Bergerak menggeser semakin dekat dengan entitas di samping, mengikis jarak di antara mereka, dan pada akhirnya menenggelamkan wajah di paha orang itu. ia menggeleng beberapa kali sebelum kembali terlelap dengan tangan melingkari salah satu kaki Wang Yibo.

Reaksi itu mengejutkan pihak Wang Yibo, merasa geli dan lucu, tanpa sadar membuat sudut  bibirnya terangkat. Tersenyum kecil melihat tingkah manja Xiao Zhan.

Mengetahui keberadaan Wang Yibo di dalam kamar Xiao Zhan, Bibi Yang tidak berani mengusik. Hanya ketika jarum jam berada di angka lima sore, ia bergegas menemui Wang Yibo untuk meminta izin pulang setelah menyelesaikan tugas membuat bubur dan menyiapkan makan malam.

Mengetuk pintu beberapa kali, tetapi tak ada satu pun jawaban yang diterima, ketika membuka pintu secara mandiri, Bibi Yang melihat dua tuan muda itu terlelap bersam di tempat tidur dalam posisi ambigu.

Xiao Zhan menenggelamkan wajah di dada bidang Wang Yibo dengan tangan laki-laki itu sebagai bantalan, sementara pinggangnya dilingkari tangan kokoh. Mereka tampak sangat terlelap dan nyaman di dekat satu sama lain.

Pada akhirnya, Bibi Yang tidak berani mengganggu dan menetap sampai malam, menunggu Wang Yibo bangun sebelum ia pulang.

Pada pandangan ini, Wang Yibo dan Xiao Zhan tampak sangat bersahaja. Mereka melengkapi satu sama lain, seolah memiliki dan terikat bersama. Tidak ada yang tahu tembok macam apa yang terbentang di antara mereka.

Awalnya, Wang Yibo mendengar Xiao Zhan mengatakan beberapa kata seperti, ‘Ge, aku takut’, ‘Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan’, ‘Wang Darren, aku membencimu’, ‘Jangan menatapku seperti itu, aku bukan sampah’, dan lain sebagainya.

Mendengar itu, Wang Yibo dapat memastikan betapa buruk ingatan Xiao Zhan. Hari-hari yang dilalui laki-laki itu sejak remaja bukanlah hari yang mampu ditanggungnya. Jika itu orang lain, mungkin mereka sudah melakukan hal buruk dan merusak kehidupan mereka, atau bahkan membunuh dirinya karena putus asa.

Namun, ini adalah Xiao Zhan. Meskipun angin telah mengacaukannya, badai berulang kali menghantam, ia tetap kokoh seperti bambu. Wang Yibo diam-diam bersyukur untuk kekuatan Xiao Zhan, memberi kenyamanan dalam pelukan dan ikut terlelap tanpa sadar.

Ketika ia bangun, langit di luar sudah gelap, tetapi tirai jendela yang semula terbuka sudah menutup hanya  celah di sisi yang memperlihatkan kesunyian malam. Wang Yibo menebak jika Bibi Yang telah menutupnya. Ia tidak meragukan loyalitas Bibi Yang sebagai pegawainya, wanita itu sangat tahu diri, dan mampu menempatkan urusan yang harus diurus dan tidak. Karena alasan itulah ia bisa bekerja dalam waktu panjang di bawah Wang Yibo.

Seseorang di sampingnya bergerak gelisah. Helaian rambut lembut menggesek di kulit tangan Wang Yibo, mengirim rasa geli ke seluruh permukaan kulit bagai sengatan listrik rendah.

Wang Yibo memperhatikannya dan di waktu bersamaan mata jernih terbuka, masih sayu dan berkabut, tetapi tidak sepenuhnya karena sakit. Sebagian diakibatkan karena baru bangun tidur.

Senyum kecil mengembang di bibir Wang Yibo dengan lembut ia bertanya, “Bagaiman perasaanmu? Sudah membaik?”

Tidak ada waktu bagi Xiao Zhan untuk menjawab, fokusnya dipenuhi oleh sosok laki-laki yang begitu dekat. Berpikir tentang, apakah ini kenyataan atau mimpi ketika demam? Tatapan matanya menyelidik dan bingung.

“Ada apa? Apa perasaanmu tidak membaik? Aku akan menghubungi dokter lain, oke?”

Setelah mendengar suara itu lagi, Xiao Zhan sepenuhmya yakin bahwa ini bukan mimpi. Mereka memang tidur bersama dengan jarak yang sangat dekat. Ia malu memikirkannya, pipi pucat berubah merah hingga ke pucuk telingaa. Tubuh yang panas kian panas akibat gesekan lain dari hati yang menghangat.

“Aku baik-baik saja,” jawabnya malu-malu. Membawa diri untuk bergeser ke samping, berusaha menjauh.

Ketika jarak mereka dekat, napas Wang Yibo akan menyapu wajah tipis Xiao Zhan dan meninggalkan rasa geli yang menyenangkan, tetapi menyebalkan untuk diakui. Xiao Zhan merasa senang untuk perlakuan yang diterima, diam-diam mengungkapkan perasaan bahagia di hati.  Meski tubuhnya masih lemas dan suhu tetap tinggi walaupun tak setinggi sebelumnya.

Wang Yibo melihat reaksi itu, Xiao Zhan yang perlahan menjauh dan wajah memerah terbakar. Sangat lucu. Menggelitik perasaannya, tetapi ia masih bertekad untuk membuat Xiao Zhan menyelesaikan masalahnya dengan orang-orang terkait agar ia bisa bebas menjalani hidup.

Ia sudah memutuskan akan membantu Xiao Zhan. Mengulurkan tangan dan kembali menarik tubuh laki-laki itu ke dalam dekapan. Menenggelamkan kepala Xiao Zhan di dadanya dan berkata, “Jika ada masalah katakan padaku. Kamu bisa mengandalkanku tanpa sungkan. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, dan katakan apa yang harus kamu katakan.”










The Cold Season ✓Where stories live. Discover now