🍹 Tiga

357 71 13
                                    




“Jadi, bagusnya gimana, Minhee?”

“Ya tolak. Emang om sama tante sekalian mau pindah?”

“Tapi kita dijanjiin tempat tinggal baru, Hee.”

“Gratis gak? Kita tinggal di sini, gratis loh, masa mau dipindahin terus bayar. Ya kali. Terus, om sama tante yakin gak kalo nanti kita bisa nyaman tinggal di sana, sama kayak di sini? Kalo saya sih...”

“Kang Minhee!”

Mendengus kesal karena ucapannya dipotong, Minhee lantas menoleh ke belakang untuk memastikan jika pemilik suara tersebut benar-benar Yunseong. Lalu, saat ia melihat jika memang lelaki Hwang itu yang datang, ia kembali menatap para orang tua yang sejak tadi berbincang dengannya di dekat pos keamanan.

“Om, tante, kita udahan dulu, ya. Saya ada urusan sama orang kaya.”

Berucap tenang, beberapa orang tua itu lalu mengangguk sambil tersenyum. Mereka juga mengatakan pada Minhee agar anak itu membicarakan lagi beberapa hal dengan Yunseong terkait tempat tinggal mereka yang akan lelaki itu jadikan bangunan baru. Tapi, belum juga ia menjawab ucapan orang tua itu, Yunseong sudah datang dan menariknya lebih dulu untuk menjauh dari kumpulan orang-orang itu.

“Woy, kalem dong, bos.”

Berucap malas saat Yunseong menarik tangannya dengan kuat dan menghempaskannya saat sudah jauh dari para orang tua tadi, Minhee lalu menepuk pelan tangannya yang menjadi bekas Yunseong menariknya tadi. Tidak lupa, tatapan malas juga ia berikan pada yang lebih tua.

Sedang yang ia tatap saat ini sudah menatapnya dengan tatapan paling tajam. Seakan dengan tatapan itu, Yunseong bisa mencabik-cabik tubuhnya. Cih, Minhee tidak takut.

“Lo ngapain?”

Pertanyaan itu Yunseong ajukan dan Minhee yang menjadi tujuannya memilih untuk menatap lelaki Hwang itu dengan tatapan polos. Lalu, tiga detik kemudian, ia mengajukan sebuah pertanyaan—yang dikiranya pasti membuat Yunseong semakin kesal.

“Gue?”

Yunseong pasti kesal—Minhee yakin itu. Karena saat ini, ekspresi datar yang ditampilkan si Hwang itu benar-benar menunjukan kekesalannya bagi si manis Kang.

“Gue gak lagi main-main ya, Kang. Jawab aja pertanyaan gue!”

Nah, kan.

Yunseong memang kesal. Oh, astaga. Minhee senang sekali melihat lelaki itu kesal bukan main karena tingkahnya. Lebih bagus lagi jika ia berhasil membuat orang kaya itu mengamuk besar padanya—rasanya akan berkali-kali lebih menyenangkan.

“Gue gak ngapa-ngapain, kok.” Menjawab santai, pemilik marga Kang itu kini saling menggenggam kedua tangannya dan menatap Yunseong dengan tatapan yang dibuat seakan ia memang tidak melakukan apapun. “Cuma ngasih kuliah umum ke orang-orang tua kesayangan gue.”

“Jangan macam-macam, ya!”

“Gak macam-macam, kok. Cuma satu macam, ngasih kuliah doang. Mata kuliahnya juga cuma satu, kok.”

Yunseong menarik napasnya dalam-dalam, sepertinya akan mengamuk besar sebentar lagi. Dan Minhee sudah menyiapkan diri untuk tertawa keras saat lelaki itu mengamuk.

Tapi, sayang... Keinginan Minhee kali ini tidak bisa terwujud karena seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri si Hwang yang bersamanya saat ini. Si manis rasanya ingin menendang orang itu pergi jauh karena berani mengganggu waktu berduanya dengan Yunseong.

Orang yang baru datang itu nampak mengatakan sesuatu pada Yunseong dan dalam waktu seperkian detik kemudian, lelaki itu kembali melempar tatapan tajam padanya sebelum maju dan menarik bagian leher bajunya.

“Ngomong apa lo sama mereka, hah?” Tanya lelaki itu kemudian.

Yunseong terlihat sangat marah, tapi Minhee bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa. Ia masih betah menatap si Hwang itu dengan tatapan yang sama selama beberapa saat, sebelum menarik kedua sudut bibirnya dan tersenyum manis.

“Emang mereka ngomong apa sama lo?”

Balik bertanya, Minhee hampir membuat dirinya mendapat sebuah pukulan di wajahnya. Tapi, ia lebih cepat bergerak untuk mengangkat tangannya dan menyentuh salah satu pipi Yunseong.

“Jangan marah dulu dong, sayang.” Berucap santai, tangannya perlahan bergerak untuk mengelus pipi si Hwang itu. “Kan yang aku lakuin cuma buat perjuangin hak-hak aku sama orang-orang di sini. Kamu siapa sih kok beraninya mau ngusir kita dari sini?”

“Gue relokasi orang-orang di sini ya, sialan. Lagian tanah ini udah gue beli, harusnya lo semua gue usir. Kurang baik apa gue ngasih tempat tinggal gratis buat lo semua?”

“Lo beli tanah ini dari siapa? Lee Hyeop? Dia bohongin lo, tolol. Ini bukan tanah punya orang yang dia sebut itu, ini punya orang lain. Gue gak akan biarin lo dapatin tanah ini gitu aja.”

“Gak usah gila! Gue udah bayar mahal buat tanah ini.”

“Gue gak peduli. Itu urusan lo sama tunangan gak jelas lo. Yang jelas, gue tetap gak akan biarin lo dapatin tanah ini.”

Menarik tangannya dari pipi Yunseong, si Kang itu lalu menarik paksa tangan Yunseong agar terlepas dari leher bajunya. Detik berikutnya, ia mengambil satu langkah ke belakang dan berdecak sebelum mengucapkan sebuah kalimat pada Yunseong.

“Gue jamin lo bakal nyesal kalo tetap gusur tempat ini tanpa ijin dari pemilik aslinya.”

”

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.





















Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueWo Geschichten leben. Entdecke jetzt