🍹 Tiga Puluh Tiga

131 30 9
                                    

“Gue mau ketemu sama Junho.”

Yunseong baru sampai di rumah dan Minhee yang memang sudah menunggunya sejak siang tadi langsung mengucapkan kalimat itu. Minhee bahkan tidak peduli dengan raut kesal luar biasa yang menghiasi wajah tampan lelaki Hwang itu.

“Sopan lo begitu?” Tanya lelaki Hwang itu tidak senang. “Gue baru sampe. Duduk juga belum.”

“Terus, gue kelihatan peduli gitu?” Tanya balik si manis Kang. “Gue gak peduli, mau lo belum duduk kek, mau lo belum jongkok kek, mau lo belum guling kek, gue gak peduli. Gue mau ketemu sama Junho.”

Yunseong jelas kesal—Minhee dapat melihatnya saat lelaki itu mendengus keras di hadapannya. Tapi ya, seperti yang ia katakan tadi, ia tidak peduli.

“Ya udah kalo mau ketemu, pergi aja ketemu sama dia.”

“Lo gak ngebiarin gue keluar dari sini ya, bajingan.”

“Terus lo peduli? Katanya lo gak peduli.”

Minhee sudah akan membalas ucapan itu—tapi entah kenapa, semua kalimat yang ada di ujung lidahnya kembali tertelan begitu saja. Itu terjadi bukan tanpa alasan. Semua karna apa yang lelaki itu ucapkan. Kenapa ia jadi peduli? Kenapa ia peduli dan tidak jadi pergi untuk menemui Junho hanya karena lelaki itu tidak membiarkannya? Oh, tadi ia bahkan tidak berusaha untuk pergi hanya karena melihat para pria berbadan besar di luar sana. Padahal, bisa jadi mereka tidak akan melakukan apapun padanya.

“Gue mau ketemu sama Junho.”

Hasilnya, yang ia ucapkan adalah kalimat itu lagi.

Yunseong kembali mendengus, “besok,” jawab lelaki Hwang itu kemudian.

“Gak mau. Gue mau sekarang!” Tapi jelas Minhee akan menolaknya.

“Besok aja sih.”

“Sekarang!”

“Gak ada bedanya juga, lo tetap ketemu dia.”

“Mau sekarang.”

“Gak, gue ngantuk, mau tidur.”

“YUNSEONG!”

Yunseong tidak peduli. Lelaki Hwang itu hanya menatap Minhee malas sebelum melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan Minhee. Hal itu jelas undang kekesalan si manis semakin naik. Ia tidak bisa menunda lebih lama untuk bertemu dengan Junho—ini tentang sertifikat tanahnya, tentang hidupnya.

“YUNSEONG, GUE MAU KETEMU SAMA JUNHO SEKARANG!”

Minhee berteriak lagi. Dan Yunseong yang juga sudah kesal sejak awal terpaksa hentikan langkahnya. Ia lalu berbalik dan menatap si manis dengan tatapan datarnya yang sama.

“Gue bawa lo ketemu sama Junho sekarang, lo harus tidur sama gue malam ini.”

Lalu, apa yang keluar dari mulut lelaki Hwang itu sukses membuat Minhee menatapnya penuh delikan. Apa-apaan si Hwang sialan itu?

“Dih, mabok lo?”

Tapi, Yunseong acuh. Yang lebih tua hanya menatapnya menantang dengan kedua tangan yang terlipat di bawah dada.

“Sekarang atau besok?”

Lalu, saat pertanyaan itu diajukan, Minhee tak dapat menahan dirinya untuk berjongkok untuk meraih salah satu sandal yang dipakainya untuk melempar sang tuan rumah. Beruntung Yunseong tanggap sehingga lemparan sandal itu tidak mendarat di wajahnya sok tampannya.

“Emang anjing lo!”

Tapi, Yunseong bersikap tidak peduli. Ia masih menatap si manis bermarga Kang itu dengan tatapan yang sama. “Jadi gimana? Mau sekarang atau besok?”

Pertanyaan yang sama diajukan dan Minhee jelas tidak berpikir banyak untuk melemparkan tatapan tajamnya pada lelaki itu. Sialan memang! Tapi, apa yang bisa ia lakukan saat ini? Sudah dikatakan bahwa ia tidak mau menunda apapun untuk bertemu dengan Junho—ini masalah hidupnya di masa yang akan datang. Lalu, tentang tidur dengan Yunseong—itu hanya tidur kan? Apa salahnya?

“Sekarang.”

Jawaban itu diberikan dan Minhee tidak dapat menahan dirinya untuk menantap heran ke arah Yunseong. Lelaki Hwang itu kini tengah menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Oh, apalagi hal gila di dalam otak lelaki sialan itu?

“Oh, jadi lo mau tidur sama gue?”

Bajingan!

Sebelah sandal Minhee malayang lagi. Kali ini sukses mendarat di kepala Yunseong—undang lelaki yang lebih tua itu mengumpat padanya.

“Sialan lo!”

“Lo diem dan anterin gue sekarang atau gue tonjok mulut lo, sialan!”

“Oke, gue anterin sekarang. Kapan lagi gue bisa tidur sama lo?”

Berucap acuh, Yunseong mengambil langkah untuk mendekat ke arah Minhee. Lalu, saat ia sudah di samping si manis, tangannya bergerak begitu saja—meraih tangan Minhee dan menarik yang lebih muda untuk keluar dari rumah. Mereka akan segera pergi ke rumah Junho.

Tapi sebelum sampai di pintu utama, Minhee tiba-tiba menahan gerakannya, membuat Yunseong juga ikut berhenti.

“Apa lagi? Katanya lo mau ketemu Junho sekarang.”

Tidak langsung menjawab, Minhee manatap Yunseong selama beberapa saat sebelum ajukan sebuah pertanyaan dengan sedikit ragu.

“Gue cuma harus tidur sama lo kan?”

“Oh, enggak dong.”

Minhee bersusah payah. Tapi Yunseong memang memiliki nama tengah sialan. Lelaki itu bahkan kini sudah menatap si Kang dengan tatapan yang menurut Minhee jelas merupakan tatapan paling menyebalkan.

“Apa maksud lo, anjing?”

Tidak ada jawaban yang Minhee dapatkan setelahnya. Karena yang Yunseong berikan hanya sebuah ciuman kilat di bibirnya yang membuat ia memaki lelaki itu lebih banyak.

“Gue mau tidur, tapi sebelum itu mau lanjutan dari yang barusan gue lakuin ke lo.”’

“Emang bajingan lo!”

“Emang bajingan lo!”

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.














Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ