🍹 Sembilan

290 63 8
                                    




"Ini apa?"

Saat Hyeop mendongak dan menatapnya, Yunseong tetap betah dengan tatapan datarnya. Ia tidak menjawab pertanyaan yang diajukan tunangannya itu. Yang ia lakukan hanya melirik berkas yang tadi diletakannya di atas meja sebelum kembali menatap lelaki Lee itu--bermaksud memberi kode agar tunangannya itu memeriksa berkas yang ia bawa tadi.

Hyeop yang tidak paham akhirnya meraih berkas itu, sibuk dengannya sesaat sebelum kembali menatap Yunseong dengan tatapan tak pahamnya.

"Maksud kamu apa, Seong?"

"Maksud aku?!" Tapi Yunseong seperti tidak mau membuang waktu untuk menjawab pertanyaan Hyeop dengan baik-baik. Ia terlanjur kesal dengan apa yang ia dapat. "Harusnya aku yang nanya kayak gitu sama kamu. Maksud kamu apa jual tanah itu ke aku?!"

"Kamu kan butuh, ya aku jual. Salahku di mana?"

"Itu bukan tanah orang yang kamu bilang. Orang yang aku temuin buat tanah itu, bukan pemilik aslinya."

"Bukan pemiliknya gimana? Kamu liat sendiri sertifikatnya. Dan sertifikat itu udah ada di kamu juga. Apa lagi yang salah?"

"Itu sertifikat palsu! Jangan coba-coba buat bohongin aku!"

"Se-sertifikat palsu?"

"Iya, sertifikat palsu! Aku udah ketemu sama orang dari kantor pertanahan dan mereka emang bilang kalo itu sertifikat palsu. Dan aku juga udah liat ada di mana sertifikat aslinya." Jeda sesaat, Yunseong lalu menatap ke salah satu sisi ruangan sebelum kembali menatap Hyeop lagi. "Maksud kamu apa bohongin aku begini? Kamu apa dari aku?"

"Maksud kamu apa sih, Seong? Aku beneran gak ngerti. Orang yang aku bilang punya tanah itu ya emang bener orangnya. Maksud kamu apa juga soal sertifikat palsu itu? Terus kalau itu palsu, sertifikat aslinya ada di mana? Siapa yang punya?"

"Kang Minhee."

"Kang Minhee?!" Hyeop terlihat sangat kaget dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia bahkan beranjak dari duduknya dan menatap tak terima ke arah Yunseong. "Kamu lebih percaya sama Minhee dari pada aku?"

"Aku juga gak akan percaya kalau aku gak lihat sendiri." Yunseong menjawab cepat pertanyaan Hyeop setelah itu. "Dan kalo Minhee bohong, orang-orang di sana juga gak mungkin nolak buat direlokasi."

"Tapi dari awal mereka udah mau, Yunseong. Kenapa mereka tiba-tiba nolak? Lagian, gimana juga Minhee tiba-tiba bisa punya sertifikat itu? Dia siapa sampe bisa punya itu?"

Pertanyaan Hyeop setelah itu tidak Yunseong jawab. Ia masih terlalu emosi sehingga untuk menghindari hal yang tak diinginkan, ia memilih untuk pergi dari ruangan Hyeop.

Jika boleh jujur, Yunseong juga tidak mengerti mengapa Minhee bisa punya sertifikat tanah itu dan atas nama dirinya. Ia tadi memang sudah pergi bersama orang dari kantor pertanahan untuk menemui Minhee dan memastikan apa yang dikatakan orang kepercayaannya. Jawabannya memang sertifikat yang ada pada Minhee asli. Orang dari kantor pertanahan itu juga mengatakan jika sertifikat yang ada padanya itu palsu.

Dan jika sudah seperti ini, satu-satunya hal yang harus dicari tahu adalah...

Meraih ponsel dari dalam saku celananya, Yunseong lalu bergerak cepat untuk menghubungi Yoshi--yang entah sekarang ada di mana. Lalu, tanpa menunggu banyak waktu berlalu, ia segera menyampaikan pada temannya itu maksud ia menelpon.

"Chi, tolongin gue cari tahu semua hal tentang Kang Minhee--paling penting tentang latar belakang keluarga sama masa lalu dia."











"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.











Hari sudah cukup larut saat Minhee pulang hari itu. Ia tadi mendapat pekerjaan tambahan sehingga waktu pulangnya terlambat.

Awalnya, ia berjalan dengan tenang ketika sudah memasuki jalanan-jalanan kecil yang akan menuju ke rumah sederhananya yang terletak di sudut area perumahan kumuh itu. Tapi ketika ia akan melewati sebuah jalan setapak di samping sebuah rumah loteng yang sudah lama tidak berpenghuni, pemilik marga Kang itu jadi menghentikan langkahnya begitu saja saat telinganya sayup-sayup menangkap suara keributan dari jalanan setapak lain di seberang bangunan tak terpakai itu.

Minhee tidak tahu pasti suara apa itu, tapi ketika telinganya menangkap kata 'tolong' di antara keributan itu, ia jadi memutar langkahnya untuk berjalan ke arah jalan setapak itu.

Sampai di ujung jalan, Minhee tidak dapat menahan dirinya untuk tidak melotot kaget saat maniknya menangkap beberapa orang yang tengah menghajar seseorang yang sudah tak berdaya di atas tanah. Lalu, saat orang-orang itu menyadari kehadirannya, mereka segera pergi dengan meninggalkan seseorang yang sudah tak berdaya tadi.

Dengan langkah tertati, Minhee yang kaget perlahan berjalan mendekati orang itu. Maniknya lalu mengerjap tak percaya saat menemukan banyak sekali darah di berbagai titik pada tubuh orang itu dengan luka yang masih baru.

Minhee tidak tahu pasti apa yang sebaiknya ia lakukan sekarang saat melihat orang itu. Tapi gerakan patah-patah yang ia lalukan setelahnya adalah berjongkok dan memeriksa keadaan orang itu. Dan saat ia menyadari apa yang terjadi pada orang itu, matanya semakin melotot kaget dengan seluruh tubuhnya yang mulai bergetar hebat--sebelum ia akhirnya jatuh terduduk di samping orang itu.

"Udah m-mati."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





















Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueWhere stories live. Discover now