🍹 Tiga Puluh Lima

119 28 4
                                    

“Lo nyari sertifikat tanah lo itu kan?”

Bagai mendapat hujan uang di tengah melaratnya hidup, Minhee langsung melotot saat pertanyaan Dongpyo sampai ke telinganya. Setelahnya, tanpa menunggu lama, pemilik marga Kang itu langsung mengangguk cepat.

“Udah diambil sama Hyeop.”

“APA MAKSUD LO?”

Tapi, jawaban tanpa dosa yang diberikan Dongpyo sukses membuat si manis itu berteriak tak habis pikir. Ia hampir meledak dan menendang temannya itu. Apa-apaan yang baru saja didengarnya itu? Minhee rasanya bisa memakan orang jika dia bisa.

“Tadinya.”

Tapi, Dongpyo buru-buru melanjutkan jawabannya saat melihat emosi Minhee yang sudah di ambang batas. Dongpyo memang tidak mengerti sedang ada di situasi apa ia saat ini. Tapi, membuat Minhee marah jelas bukan sesuatu yang baik. Si Kang itu bisa membuat Yunseong dan Hyeop menyeretnya ke penjara—entah apa yang akan ia lakukan pada Dongpyo jika si Son itu berani membuatnya kesal.

“Ngomong yang bener, anjing! Lo gue cekek ya lama-lama!”

“Babi, kejam banget lo.”

“Ya makanya, lo ngomong yang bener!”

“Iya, iya.” Dongpyo menjawab cepat. Ia sempat melirik Yunseong dan Junho sesaat sebelum menatap Minhee lagi. “Sertifikat tanah itu udah sempat diambil sama Hyeop. Pas lo diseret ke kantor polisi, Yunseong ini kan masih ribut sama tunangannya itu. Terus, mereka pergi—gue sempat ngikutin mereka makanya pas gue temuin lo di kantor polisi, gue bisa kasih tahu lo kalo mereka berantem gede. Setelah dari rumah Yunseong—rumah ini—si Hyeop balik lagi ke rumah lo. Dia kayak nyari sesuatu di rumah lo, makanya gue langsung ikut masuk. Dan bener, pas gue masuk, di tangannya udah ada sertifikat tanah lo itu.”

“Terus, gimana caranya lo ambil sertifikat itu dari dia?” Pertanyaan itu tidak datang dari Minhee—karena Junho yang sejak tadi diam yang mengajukannya.

“Gue kerjainlah.” Jawab si mungil Son itu cepat. “Dia kan ke rumah itu sendiri, masa gue gak bisa lawan dia. Jadi gue kerjain dia—tentang gue apain dia, lo semua gak usah tahu aja, yang penting sertifikat itu bisa gue ambil dari dia.”

“Jadi, sertifikat itu sekarang ada di lo?”

Dongpyo mengangguk dua kali—membenarkan apa yang ingin Minhee ketahui.

“Babi! Gue udah panik mikir tuh setifikat beneran hilang atau malah ada si sialan satu itu.”

Minhee yang lega tidak dapat menahan dirinya untuk berucap demikian. Ia juga menghela napas lega sebelum jatuh terduduk begitu saja di lantai. Ia terlalu lemas setelah tahu apa yang ia cari ternyata berada di tempat yang aman.

“Bangun gak lo?!” Itu Yunseong—lelaki itu sepertinya sengaja ingin membuat Minhee kesal lagi.

“Diem gak lo?!” Beruntung Minhee yang masih merasa lebih tenang sehingga ia tidak terjebak dalam perangkap tidak penting lelaki Hwang itu.

“Hee?”

Lalu, saat keduanya sibuk melempar tatapan kesal, suara Dongpyo terdengar lagi. Pemilik marga Son itu masih di tempat yang sama.

“Soal sertifikat dan tanah itu, gue gak tahu lo dapatin tanah itu dari mana dan kenapa lo berusaha mati-matian buat pertahanin tanah itu. Tapi lo temen gue dan gue sama keluarga gue tinggal di sana. Jadi, apapun yang terjadi, gue bakal bantuin lo. Karna kalo sampe sertifikat itu hilang atau jatuh ke orang yang salah, gue sama keluarga gue bisa terusir dan lo bisa benci sama gue—gak mau temenan lagi sama gue. Ya, gue tahu lo emang nyebelin, tapi kan tetap aja temen gue. Jangan nangis lo, anjing! Bangun buruan, kayak babu aja duduk di lantai kayak gitu.”

Minhee sudah akan terharu mendengar semua kalimat yang Dongpyo ucapkan. Tapi, kalimat terakhir dari rangkaian ucapan itu membuatnya mendengus. Dua detik kemudian, ia bangun dan menoyor kepala teman mungilnya itu.

“Kurang ajar!”

“Ngaca!”

Setelah Dongpyo menjawabnya, karena perasaan yang sudah lebih baik, Minhee akhirnya tersenyum dan tertawa begitu saja. Tawanya pelan, tapi sukses membuat sang teman juga ikut tertawa. Sementara Junho yang melihat mereka ikut tersenyum.

Yunseong?

Lelaki itu hanya menatap Minhee dalam diam. Dengan sebuah doa kecil yang ia selipkan, bahwa semoga senyum dan tawa itu akan terus menghiasi wajah indah itu. Sudah banyak hal yang salah yang terjadi.

“Oh, ada tamu ya di sini?”

Di tengah tawa Minhee dan Dongpyo, keduanya dipaksa untuk berhenti saat ada suara lain yang terdengar dari pintu depan. Kedua jelas tak kenal suara itu, sehingga mereka langsung melempar tatapan mereka ke arah pintu.

Ada sepasang pria dan wanita di sana.

Saat melihat mereka, Minhee langsung mengerutkan keningnya. Ia merasa pernah melihat kedua orang tua itu sebelumnya. Dalam diamnya, ia berusaha untuk mengingat di mana ia pernah melihat mereka.

“Papa sama mama kenapa ke sini?”

Lalu, saat sebuah kejadian tak asing melintas di kepalanya, pertanyaan yang tiba-tiba diajukan Yunseong membuatnya melotot tak percaya. Ia diam sesaat sebelum lemparkan tatapan tak percaya yang sama pada lelaki Hwang itu.

“Papa? Sama mama?” Dua pertanyaan itu lebih seperti gumaman samar. Tatapannya bertemu dengan Yunseong setelah itu, dan ia langsung menggeleng keras. “Gak mungkin!”

“Hee?”

“Lo pasti bohong sama gue kan!”

Masih menggeleng kuat, Minhee menatap Yunseong dan kedua orang tua itu bergantian. Bersamaan dengan itu, kakinya bergerak mundur sebanyak tiga langkah sebelum ia berbalik, berlari ke arah tangga dan naik ke lantai dua.

 Bersamaan dengan itu, kakinya bergerak mundur sebanyak tiga langkah sebelum ia berbalik, berlari ke arah tangga dan naik ke lantai dua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.














Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueWhere stories live. Discover now