🍹 Enam Belas

220 50 6
                                    


“Lo tahu gak, Hee? Ada cowok cakep, udah tiga hari ini ke rumah lo terus.”

Minhee yang sebelumnya hanya duduk diam sambil menopang dagunya, jadi melirik malas ke arah Dongpyo. Temannya itu baru datang lagi mengunjunginya di penjara setelah menghilang seminggu ini—Minhee tidak tahu apa yang ia lakukan dan tidak mau peduli juga. Tapi, satu kalimat yang baru saja Dongpyo ucapkan cukup untuk menarik perhatiannya.

“Siapa?” Tanya pemilik marga Kang itu—nadanya malas memang, tapi ia cukup penasaran. “Yunseong bukan?”

Lalu, lanjutan pertanyaan yang ia ajukan membuat Dongpyo mengibaskan tangan di depan wajahnya. “Bukan. Kalo Yunseong mah gue tahu.”

“Yunseong sendiri masih sering datang ke situ?”

“Iyalah. Semua orang pada gak mau direlokasi, jelas dia harus datang tiap hari buat ngebujuk.” Berucap cepat, lelaki mungil itu merunduk kecil sebelum menatap Minhee dengan delikan kecil. “Kok jadi bahas Yunseong sih, anjing? Tadi kan gue mau nyeritain cowok cakep yang ke rumah lo itu.”

Minhee membuka mulutnya, lalu mengangguk kecil. Dalam diam mengiyakan apa yang si Son itu katakan. Tadi Dongpyo membuka percakapan tentang seseorang—yang tidak ia ketahui—lalu, kenapa berubah jadi membahas Yunseong?

“Siapa sih emangnya?” Tanya si Kang itu kemudian.

“Gue gak kenal.” Dongpyo menjawab seadanya. “Tapi, kayaknya gue pernah liat lo bareng sama dia deh.”

“Hah?”

Minhee melongoh. Kini sibuk memutar otaknya tentang siapa orang dimaksud Dongpyo. Tapi, hingga teman mungilnya itu akan membuka mulutnya untuk berucap lagi, ia tetap tidak menemukan siapa yang si Son itu maksud.

“Kalo gak salah ya, Hee. Beberapa hari sebelum lo ditangkap ini, gue pernah liat lo sama dia. Gak tahu mau ke mana dan ngapain, yang jelas lo masuk ke mobilnya.”

Satu penjelasan singkat Dongpyo berikan dan seketika membuat Minhee memasang wajah paham. Ia sudah menangkap siapa orang yang dimaksud si Son mungil itu.

“Oh Junho?”

Minhee bertanya kemudian, membuat Dongpyo menjentikan jarinya di depan wajah si manis Kang.

“Nah, siapapun itu. Pokoknya, dia ke rumah lo mulu tiga hari kemarin.”

“Ngapain dia ke rumah gue?”

“Lo harus berterima kasih sama gue karna gue mau pergi buat nanyain ini sama dia.” Jeda sesaat, Dongpyo melirik ke sekitarnya sebelum kembali menatap Minhee dengan serius. “Katanya dia lagi nyari sesuatu tentang siapa pembunuh sebenarnya.”









”

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.










Yoshi yang sudah duduk hampir lima belas menit di sofa yang ada di ruangan Yunseong seketika mendengus. Lelaki Jepang itu sudah bosan karena sejak ia datang, temannya itu belum mengatakan apapun padanya. Padahal, si Hwang itu sendiri yang memintanya untuk datang.

“Seong?” Berucap pelan untuk memanggil sang tuan rumah, Yoshi setidaknya bersyukur karena temannya itu kini sudah menatap ke arahnya. “Lo mau apa dah? Gue udah hampir lima belas menit dan lo gak ada bilang apa-apa. Kalo gak ada perlu, gue mau balik aja deh, ada kerjaan yang harus gue urus.”

“Jangan pulang dulu!” Sahut Yunseong cepat.

“Ya, makanya lo ngomong, anjing!” Balas Yoshi tak kalah cepat. “Lo kira gue pengangguran apa?”

Menghela napas berat, Yunseong akhirnya beranjak dari kursi kebesarannya dan pergi untuk duduk di hadapan Yoshi. Ia diam sesaat, menatap temannya itu dengan tatapan serius sebelum mengatakan tujuannya memanggil sang teman kemari.

“Gue mau minta tolong sama lo.”

Sebelah alis Yoshi terangkat, “minta tolong apa?” Tanyanya kemudian.

“Tolong cari tahu, siapa pembunuh pak Ahn sebenarnya.”

Satu kalimat Yunseong ucapkan dan kali ini sukses membuat si lelaki Jepang mengerutkan kening heran. “Lah, lo mau tahu?” Tanya kemudian—terdengar tidak yakin sama sekali. “Gue kira lo bakal percaya terus sama omongan tunangan lo.”

Lanjutan ucapan Yoshi membuat Yunseong diam sesaat, dengan otak yang sibuk memikirkan tentang apa yang temannya itu katakan. Karena sejujurnya, ia juga memikirkan hal yang sama. Kenapa ia tiba-tiba jadi tidak percaya dengan apa yang dikatakan Hyeop?

“Adek gak suka, adek takut darah.”

Bukan, Yunseong berusaha menyakin dirinya jika itu bukan tentang kalimat yang tiba-tiba saja muncul dalam kepalanya.

“Gue ngerasa ada yang aneh di sini.” Ucap lelaki Hwang itu kemudian.

“Aneh?”

Yunseong mengangguk dua kali. “Ya, aneh.”

“Aneh gimana?”

“Ya, pokoknya aneh!” Menjawab cepat, Yunseong menatap temannya itu dengan tatapan malas. “Lo gak usah banyak nanya bisa gak sih?”

Yoshi mendengus lalu memutar bola matanya malas. “Iya, jingan.” Menjawab kemudian, lelaki Jepang itu menatap Yunseong lebih lama sebelum mengajukan sebuah pertanyaan lain pada lelaki Hwang itu. “Btw, lo udah tahu belum sih Minhee tuh anak siapa?”

“Hah?”

Yoshi mengendik. “Gak tahu juga sih, tapi gue ngerasa gak asing sama nama orang tuanya. Lo udah liat belum sih, data diri Minhee sama latar belakang kehidupan dia yang lo minta sama gue?”

“Belum.”

“Anjing!”

“Anjing!”

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.














Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueDonde viven las historias. Descúbrelo ahora