🍹Empat Puluh Dua

50 9 2
                                    

Hari sudah berganti malam—malah ini sudah larut, tengah malam sudah terlewat. Tapi, Yunseong masih terjaga di balkon kamarnya. Hal itu dikarenakan isi kepalanya yang tak mau berhenti berpikir.

Belakangan memang banyak hal yang ia pikirkan. Dan apa yang terjadi setelahnya juga membuatnya semakin banyak berpikir.

Tapi yang membuatnya masih terjaga malam ini adalah apa yang Minhee katakan siang tadi—entah padanya atau pada Jihoon. Sejujurnya, Yunseong bisa gila. Apa maksud Minhee mengatakan itu?

Tok tok tok...

Lalu, di tengah kesibukannya memikirkan apa yang Minhee katakan, ketukan pada pintu kamarnya terdengar begitu saja. Yunseong jelas mengerut heran. Siapa orang gila yang mengetuk pintu kamarnya di jam seperti ini? Ini sudah terlalu larut dan pikirnya seisi rumah itu pasti sudah terlelap. Lalu?

Tidak mau semakin banyak berpikir, Yunseong akhirnya beranjak dari duduknya. Lelaki itu melangkah pelan ke arah pintu dan membukanya tepat setelah ketukan kembali terdengar. Lalu, yang terjadi setelah ia melihat siapa yang berdiri di depan pintu kamarnya, lelaki itu hanya mampu melongoh.

Ini tidak salah kan? Kenapa Minhee di sini?

“Gue tadi di bawah, terus lihat lo di balkon, makanya gue ke sini.”

Tanpa diminta, bocah Kang itu langsung mengatakan kenapa ia ada di depan kamar Yunseong saat ini. Dan apa yang ia katakan itu sukses membuat yang lebih tua menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

“Lo ngapain di bawah jam segini? Mau kabur ya?” Tanyanya kemudian yang jelas mengundang dengusan malas yang lebih muda.

“Muka gue kelihatan mau kaburkah?” Lalu, pertanyaan malas itu terujar begitu saja dari mulutnya.

“Ya lagian ngapain sih? Bukannya tidur malah kelayapan di luar sana.”

“Lo juga, bukannya tidur malah bengong di balkon. Lagian nih ya, gue gak kelayapan, njing. Gue cuma duduk aja di bawah, itu literally masih di halaman rumah lo.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, dengan tidak tahu dirinya bocah itu mendorong Yunseong dan menerobos masuk ke dalam kamar si Hwang. Yunseong yang tak siap dengan gerakan tiba-tiba itu hampir terjerambab jatuh. Untung stok sabarnya malam ini tengah menumpuk dan ia tengah sangat lelah—setelah sibuk berpikir—sehingga ia tak berniat untuk membuat ribut dengan bocah kurang ajar itu. Oh ya, Minhee sendiri kini sudah ada di dalam kamarnya dan tengah duduk bersila di atas ranjangnya.

“Lo ngapa—”

“Tidur gih!”

Yunseong belum selesaikan ucapannya. Tapi Minhee yang kini tengah menatapnya malas itu berucap lebih dulu. Lalu, apa-apaan pula maksudnya?

“Lo lagi mikirin apaan sih sampe gak bisa tidur kayak gini? Kayak orang sibuk aja deh.”

Oh sialan! Memang paling benar adalah tidak pernah berharap pada Kang Minhee. Bocah sialan itu memang punya bakat alami untuk membuatnya emosi.

“Gue emang sibuk ya, sialan. Gak kayak lo yang pengangguran sok sibuk itu.”

Yunseong memang mulai emosi. Tapi ia sedang lelah untuk membuat keributan. Jadi, mari hadapi saja Kang Minhee seadanya. Karena jika ia berlebihan, ia tahu pasti jika bocah itu akan semakin bertingkah dan membuatnya semakin lelah. Kang Minhee memang selalu suka ketika berhasil membuatnya marah dengan meledak-ledak.

“Diih.” Cibiran datang begitu saja. Tapi Yunseong tak begitu peduli. Yang ia lakukan saat ini hanya menatap Minhee sambil bersandar di kusen pintu kamarnya. Pintu kamarnya memang belum ditutup sejak bocah banyak tingkah itu masuk.

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueWhere stories live. Discover now