🍹 Dua Puluh Delapan

159 33 1
                                    

Saat hari menjelang sore, Minhee—yang seharian ini menghabiskan waktunya bersama bibi Shin—berpamitan pada wanita itu untuk kembali kamar. Ia mengatakan bahwa ia perlu mandi sebelum kembali menemui wanita yang mengasuhnya sejak kecil itu.

Rencananya, saat ia kembali bertemu dengan bibi Shin, Minhee ingin mempertanyakan banyak hal pada wanita itu—termasuk alasan kenapa wanita itu bisa ada di rumah Yunseong. Itu semua karena seharian ini, ia belum sempat menanyakannya. Bibi Shin terlihat sangat senang saat bertemu dengannya, membuat mereka berakhir hanya membahas apa yang terjadi setelah perpisahan mereka. Dan Minhee belum sempat mengajukan semua tanda tanya yang muncul di kepalanya sejak melihat bibi Shin di rumah itu.

Lalu kini, setelah ia selesai dengan urusannya dan sudah duduk berdua dengan bibi Shin di meja makan—setelah wanita itu menghidangkan secangkir teh bersama beberapa kue di atas sebuah piring—Minhee akan menanyakan semua yang ada di kepalanya pada wanita itu.

“Bi, adek mau nanya sesuatu.”

“Ngapain lo di sini?”

Sayangnya, ketika ia baru mengatakan satu kalimat pada bibi Shin, sebuah suara yang sudah tak asing tiba-tiba terdengar. Sukses saja membuat pemilik marga Kang itu mendengus malas sebelum melemparkan tatapan malasnya ke pintu ruang makan.

Hyeop—pemilik suara tadi—ada di depan pintu. Berdiri tegap dengan tatapan super tajam yang tentu saja diarahkan padanya. Dan Minhee terlalu malas untuk meladeni tunangan Hwang Yunseong itu.

Tapi, sebuah ide yang tiba-tiba terlintas di pikirannya membuatnya diam sesaat. Ia ingat jika tujuannya masih sama, masih ingin membuat pemilik marga Lee di depan sana itu menderita—seperti apa yang sudah lelaki itu lakukan padanya—dan mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya kembali. Maka sebuah senyum paling manis segera merekah begitu saja di wajah indahnya.

“Oh hai, kak Yeopi.” Lalu, saat maniknya menangkap tatapan Hyeop yang semakin menajam, pemilik marga Kang itu menyapa dengan riang begitu. “Udah lama kita gak ketemu ya. Gimana kabar lo, kak?”

Minhee tidak mengingkari apa yang dikatakannya pada Yunseong sebelum lelaki itu pergi tadi pagi. Yang ia lakukan bukan macam-macam hal, tapi hanya satu. Yaitu mencari perkara dengan tunangan lelaki Hwang itu. Dan itu benar tengah ia lakukan sekarang.

“Kenapa lo ada di sini?” Tapi, Hyeop jelas tidak akan menanggapinya dengan santai. “Bukannya lo harus ada di penjara?”

Oh...

Minhee melongoh kecil. Dalam diam mengucapkan terima kasih pada Yunseong karena membuat kegiatannya mencari perkara dengan Hyeop dan merusak apa yang ada semakin mudah dan menyenangkan.

“Lah? Tunangan lo gak bilang sama lo?” Tanya balik pemilik marga Kang itu. Nadanya semakin terdengar menyebalkan di telinga Hyeop.

“Apa maksud lo?”

“Dia kan udah nyabut tuntutannya sama gue. Dia gak percaya sih kalo gue yang bunuh orang itu.” Jawab Minhee dengan nada terlampau santai. Tapi, ia tahu betul jika itu semakin membuat Hyeop dimakan emosi. “Lagian, bego banget gak sih dia kalo percaya sama orang gila yang ngasih info gak jelas tanpa bukti. Untung dia pinter, jadi percaya sama gue. Gue kasihan deh, sama orang gila itu. Niatnya pengen nyingkirin gue, tapi kalo gue lihat-lihat, dia sih yang bakal tersingkir.”

Minhee menarik salah satu ujung bibirnya, tersenyum sinis setelah ia selesai dengan ucapan panjangnya. Senyuman sinis itu perlahan berubah menjadi seringaian kecil saat dilihatnya tatapan yang Hyeop berikan semakin tajam. Oh, si Lee itu sepertinya sudah sangat kesal. Lihat saja kedua tangannya yang mengepal itu—Minhee yakin buku-buku jemarinya pasti sudah memutih saking kuatnya kepalan itu.

“Terus lo ngapain di sini? Ngapain lo di rumah ini?”

Kali ini, si manis Kang itu tidak langsung menjawab. Ia diam sesaat, tersenyum tanpa dosa sambil menopang dagunya. Tatapannya masih santai pada tunangan Yunseong itu.

“Menurut lo, gue ngapain di sini?” Lalu bukannya menjawab pertanyaan berbalut emosi itu, Minhee malah mengajukan pertanyaan lain—yang sepertinya akan membakar emosi Hyeop.

“Jawab gue, sialan!”

Oh, sukses rupanya. Minhee semakin melebarkan senyumnya saat Hyeop sudah menaikan nada bicaranya.

“Ya, menurut lo aja sih, gue ngapain di sini.” Dan jawaban santai itu ia berikan sesaat setelahnya.

“Gak usah aneh-aneh lo!”

“Dih, siapa juga yang aneh-aneh.”

“Yunseong gak mungkin kayak gitu.”

“Ah, masa?” Diam sesaat, Minhee lalu mengatupkan kedua tangannya di depan wajah, sebelum melanjutkan ucapannya. “Gue kasih tahu sesuatu ya sama lo, biar lo lebih gampang menyimpulkan. Karna kalo gue lihat, lo kayaknya belum ngerti deh, gue ngapain di sini.”

“Lo jangan asal ngomong ya, anjing!”

“Enggak kok, babi.” Minhee masih santai. “Tapi coba deh lo mikir. Tunangan lo tuh kan gak suka banget sama gue—karna ngikut ajaran sesat lo. Jangankan ngomong sama gue, lihat gue aja dia udah kesel duluan. Tapi kok ini, dia bawa gue ke rumahnya setelah cabut tuntutan gak jelasnya atas gue dan tanpa sepengatuan lo. Oh iya, gue dikasih tidur di kamarnya juga. Btw, gue jadi kangen deh sama dia, pengen ciuman.”

“Yunseong gak kayak gitu!”

“Tapi lo lihat sendiri. Gue ada di sini. Itu artinya...”’

“Gak!”

“Eh, ini gak bisa disebut perselingkuhan gak sih? Karna kan, dia harusnya tunangan gue.”

“Kang Minhee bajingan!”

“Kang Minhee bajingan!”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.













Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueWhere stories live. Discover now