🍹 Delapan Belas

226 52 3
                                    


“Awas aja lo! Kalo gue ketemu sama pembunuhnya, gue bikin lo nyesel udah ngelakuin ini sama gue.”

Yunseong tidak menjawab ucapan Minhee. Bocah itu bergerak lebih cepat untuk pergi setelah mengatakan kalimat tadi. Jadi yang bisa lakukan hanya diam di tempatnya dan menatap Minhee--lalu mendengus malas saat bocah itu sudah pergi semakin jauh.

Entahlah--Yunseong juga tidak tahu. Kesalnya untuk si manis tidak seperti biasanya. Jika biasanya kesalnya dapat membuatnya meledak-ledak hingga rasanya ia harus memukul si Kang sialan itu, kali ini ia hanya merasa jika kesalnya hanya karena kaget bocah itu tiba-tiba memukulnya. Tidak ada niat membalas karena ia merasa ia pantas menerima itu--entah dengan alasan apa. Dan rasanya sedikit lega saat melihat Minhee melangkah riang menjauh darinya seperti tadi.

Sialan!

Apa ini?

Memilih untuk segera melupakan Minhee dan semua yang ia rasakan, Yunseong segera membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalamnya. Sesaat setelah ia duduk, keningnya langsung berkerut heran karena Yoshi--ia memang datang ke kantor polisi itu bersama sang teman--terlihat tengah menahan kekehannya.

"Kenapa lo?"

Yoshi yang tidak tahan akhirnya terkekeh juga. Lelaki Jepang itu menatap Yunseong lebih lama sebelum akhirnya menggeleng pelan.

"Serius ya, Seong, lo berantem sama Minhee barusan tuh, gak keliatan kayak orang yang saling benci dan musuhan banget. Gak ada aura-aura hitam yang bikin orang yang liat jadi ikut takut." Yoshi menjeda ucapannya sesaat. Ia kembali terkekeh sebelum melanjutkannya. "Kalian lebih keliatan kayak orang saling suka tapi denial terus ngeributin sesuatu yang gak penting sama sekali."

Lanjutan ucapan Yoshi seketika membuat Yunseong mendelik ke arahnya. Tapi, lelaki Jepang itu tidak peduli dan kembali terkekeh. Tapi lagi, delikan Yunseong juga tidak bertahan lama. Karena sesaat setelah itu, wajahnya sudah kembali datar dengan otaknya yang sibuk memikirkan apa yang temannya itu katakan.

Benarkah semua terlihat seperti itu?

"Gak usah sembarangan kalo ngomong. Gue gak suka sama dia."

Ucapan Yunseong ini membuat Yoshi menatapnya. "Nah kan denial." Sahut lelaki Jepang itu kemudian.

"Siapa yang denial sih? Gue emang gak suka sama dia."

"Aelah, terus kenapa lo tiba-tiba cabut tuntutan lo? Padahal di awal lo berapi-api banget pas laporin dia ke polisi."

"Gue gak suka sama bocah sialan gak jelas kayak dia. Gue udah punya tunangan, kalo lo lupa."

"Kalo lo lupa juga, lo masih berantem sama tunangan lo. Dan sampe hari ini lo gak ada niat baik buat pergi dan perbaikin hubungan lo sama dia." Yoshi menyahut cepat, membuat Yunseong kembali menatapnya. "Hello, Hwang? Lo sadar gak sih kalo belakangan ini yang lo pikirin dan urusin cuma Minhee, Minhee dan Minhee. Oke kalo lo bilang lo gak suka sama dia, tapi lo sendiri lagi membuka jalan ke sana."

"Gue gak tahu, karna gue juga bingung."

Harusnya, Yunseong mengatakan kalimat itu pada Yoshi--harusnya. Tapi lelaki Hwang itu memilih diam--yang dianggap temannya sebagai bentuk setuju dari apa yang baru saja disuarakan. Dan diamnya itu membuat sang teman mengangkat tangan untuk menepuk pundaknya pelan.

"Kak Hyeop emang orang baik yang harusnya udah cukup buat lo tenang di samping dia dan gak berusaha membuka jalan buat suka sama orang lain. Apalagi itu Minhee yang jelas bertolak belakang banget sama tunangan lo itu. Tapi, Seong, gak ada yang salah sama perasaan dan semua orang pantas buat disayang, termasuk Minhee. Gue awalnya juga gak akan ngomong kayak gini sama lo. Tapi setelah gue tahu sedikit tentang dia dari apa yang lo minta, gue jadi paham kalo dia emang pantas disayang."

"Ya, dia emang pantas disayang."

Ya, memang seperti itu. Hanya saja, Yunseong tidak yakin. Dan ia terlalu takut jika membuka lebih jauh. Karena jika sampai apa yang tidak ia harapkan terjadi, ia akan menjadi orang yang akan menyesali banyak hal. Terlalu banyak kesalahan yang sudah ia lakukan.

Tapi Yunseong tidak memberikan jawaban apa-apa. Ia hanya diam dan menatap ke depan.

Dan diamnya Yunseong itu membuat Yoshi sadar jika pembicaraan itu tidak harus mereka lanjutkan. Mari memulai percakapan yang lain.

"Btw, Seong, berhubung lo belum baca sama sekali data tentang Minhee yang gue kasih ke lo, gue rasa ada baiknya kita cari tahu satu hal lain yang ada kaitannya sama itu."

Beruntung, kalimat Yoshi kali ini sukses menarik perhatian Yunseong.

"Apa?"

"Soal tunangan lo dan keluarganya."

"Kenapa harus dicari tahu?"

"Gue gak maksa, serius. Cuma nyaranin dan ini juga kalo mau tahu banget." Jawab Yoshi cepat. "Gue nemuin satu nama dari daftar anggota keluarga Minhee. Nama itu pernah terdaftar sebagai pemilik rumah dan perusahaan keluarga tunangan lo."

Kalimat lanjutan Yoshi membuat Yunseong memukul stir mobilnya kuat-kuat. Bahkan tanpa membuka apapun lebih jauh, ia kini tahu semuanya.

"Hei, bro. Kenapa lo?"

"Gue harus ketemu sama Minhee."

Menjawab dengan cepat, lelaki Hwang itu segera menghidupkan mesin mobilnya. Niatnya tentu harus segera pergi dari tempat itu. Tapi sesuatu yang aneh membuatnya diam sesaat.

"Kenapa dah? Ban mobil lo ada yang pecah?"

Yunseong berdecak lalu kembali memukul stir mobilnya.

"KANG MINHEE SIALAN!"

"KANG MINHEE SIALAN!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang