🍹 Tiga Puluh Enam

127 37 3
                                    

Yang tersisa di ruangan itu hanya Yunseong dan kedua orang tuanya. Junho sudah pamit pulang karena ada pekerjaannya yang harus dikerjakannya. Dan di saat yang sama Dongpyo juga pamit pulang karena merasa urusannya di rumah lelaki Hwang itu sudah tidak ada lagi. Tapi sebelum pulang, ia sempat mengatakan pada Yunseong untuk menemuinya—dengan membawa Minhee—untuk masalah yang sebelumnya mereka urus di rumah itu. Sedang Minhee sendiri belum turun kembali setelah naik ke lantai dua sejak kedatangan kedua orang tua Yunseong tadi.

“Jadi?”

Dan setelah kesunyian cukup lama yang menyelimuti ruangan itu, papa Yunseong lebih dulu membuka suara untuk mempertanyakan apa yang terjadi. Ia dan istrinya jelas masih dilanda kebingungan besar dengan apa yang baru saja mereka lihat.

“Namanya Kang Minhee.”

Dan Yunseong yang tak punya alasan, hanya mengatakan kejujuran—membiarkan orang tuanya tahu apa yang sudah terjadi di sekitar rumahnya belakangan ini. Dan untuk urusan dengan si manis Kang, ia akan menyelesaikannya setelah kedua orang tuanya pulang.

“Kang Minhee?”

Lelaki Hwang itu mengangguk dua, “dari marganya aja, papa sama mama udah bisa tahu kan dia siapa?” lalu balik mengajukan pertanyaan itu kemudian.

Jawaban tidak langsung diberikan kedua orang tuanya. Mereka hanya melotot tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Setelah bertahun-tahun dan mereka baru mengetahuinya. Saat Yunseong mengatakan pada mereka kemarin, keduanya sebenarnya belum percaya.

“Jadi dia beneran masih hidup?” Tanya sang papa setelahnya.

“Pa, aku udah bilang kalo dia gak ada di sini pas kecelakaan itu.” Sahut Yunseong begitu saja.

“Dia ke mana waktu kecelakaan itu?” Sekarang, giliran sang mama yang bertanya.

Diam sesaat, Yunseong menatap ke sisi kanannya sebelum kembali menatap kedua orang tuanya bergantian.

“Waktu itu, harusnya dia pergi sama kedua orang tuanya.” Jawab lelaki Hwang itu kemudian. “Tapi semalam sebelumnya, dia sempet berantem sama mamanya jadi dia kabur. Aku gak tahu detail ceritanya, pengasuhnya cuma cerita begitu sama aku. Dia kabur malamnya, paginya orang tuanya pergi dan kecelakaan itu terjadi.”

Kedua orang tua Yunseong mengangguk pelan. Keduanya masih memproses informasi yang baru saja mereka dengar. Lebih dari itu, mereka juga harus tahu lebih banyak. Yunseong dan Minhee menghabiskan masa kecil mereka bersama, itu berarti hubungan mereka dan kedua orang tua Minhee jelas bukan sekedar saling mengenal.

“Terus setelah orang tuanya meninggal?”

“Ya, dia balik ke rumah, ma.” Jawab Yunseong pelan. “Tapi gak lama setelah itu, keluarga Hyeop datang dan ngusir dia—dengan semua informasi soal kekayaan dan harta yang udah jadi milik mereka. Waktu itu dia baru selesai kuliah, belum punya pengalaman kerja apapun dan gak tahu apapun soal perusahaan orang tuanya. Jadi, dia keluar dan satu-satunya yang bisa dipertahanin adalah tanah yang sekarang jadi area bangunan baru punyaku.”

“Bangunan baru yang kamu beli dengan perantaraan Hyeop dan bermasalah itu?”

Yunseong mengangguk saja. Terlalu malas untuk memberi penjelasan lebih lanjut. Rasanya terlalu tidak menyenangkan jika ia mengingat masalah itu. Ia ditipu dan rasa bersalahnya pada Minhee semakin menumpuk.

“Terus, dia ke mana setelah dia keluar dari rumah itu, Seong?”

“Awalnya dia ikut sama pengasuhnya. Tapi gak lama setelah itu dia pergi. Aku gak tahu gimana jelasnya, dia ke mana dan ngapain. Aku gak bisa nanya juga karna kalian bisa lihat sendiri kalo hubungan aku sama dia gak baik.”

“Tapi, kenapa dia bisa ada di sini?”

“Aku yang bawa dia ke sini.”

“Dan dia gak pergi?”

“Emang gak boleh pergi.” Yunseong menjawab tenang setelahnya. “Dia gak boleh pergi dari sini. Dia harus tetap ada di sini.”

“Yunseong, kamu sebenernya ngapain?”

Pertanyaan yang baru saja sang mama ajukan terdengar frustasi. Wanita itu pasti tidak habis pikir tentang apa yang sudah ia lakukan. Tapi, ia jelas punya alasan kenapa ia menahan Minhee di rumahnya.

“Dia gak bisa keliaran sembarangan, ma. Dia mau balas semua yang udah keluarga Hyeop lakuin ke dia, tapi dia gak punya kekuatan apapun. Dia emang bisa ngelakuin apa aja, tapi yang ada itu bisa jadi masalah baru. Dia butuh aku buat balas semua itu. Walaupun dia gak bilang, tapi aku ngerasa harus ngelakuin itu. Aku... aku punya banyak salah ke dia.”

“Jadi, kamu nahan dia di sini karna kamu mau bantuin dia karna kamu merasa bersalah gak ngenalin dia dan soal masalah lainnya?”

Kali ini, Yunseong mengangguk.

“Aku juga takut.” Ucapaya kali ini lebih seperti gumaman lirih. “Aku takut dia kenapa-napa kalo dia di luar sendiri.” Mengambil jeda, lelaki itu kembali menatap kedua orang tuanya bergantian—setelah tadi sempat merunduk. “Dia gak aman kalo ada di luar sana.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang