🍹 Tiga Puluh

179 37 1
                                    

“Yunseong.. Lepas!”

“Lepasin, Seong. Tangan aku sakit.”

“Lepasin!”

“YUNSEONG!”

Menghempaskan tangan Hyeop dengan sedikit kasar, karena kebetulan mereka sudah keluar dari rumahnya, Yunseong lalu lemparkan tatapan marah—yang selama ini selalu ia tujukan pada Minhee—pada lelaki itu. Walau yang lebih tua terlihat meringis kesakitan, tatapannya tetap terlihat marah dan penuh emosi. Harga diri dan kepercayaannya lebih disakiti dari apa yang Hyeop rasakan saat ini.

“Kamu tega sam—?”

“Kenapa?” Belum sempat Hyeop selesai ajukan protesnya, Yunseong sudah memotongnya dengan satu pertanyaan lebih dulu. “Lo juga sama aja kan? Bahkan lebih dari ini?”

Apa yang selanjutnya keluar dari mulut Yunseong sukses membuat Hyeop mengangah. Sepertinya ia melupakan sejenak tentang sakit di tangannya. Apa yang ia dengar terlalu lebih tidak dipercaya.

“Kamu bilang apa?” Tanyanya beberapa saat kemudian. Nadanya terdengar tidak percaya.

“Apa?” Dan Yunseong langsung menanggapi dengan tidak sabar.

“Yunseong, aku tunangan kamu. Kamu kenapa kayak gini?” Hyeop masih dengan nada tak percayanya. “Tadi juga. Kamu bukannya marah sama tuh anak sialan. Kenapa kamu malah narik aku keluar?”

Tidak langsung menjawab semua pertanyaan itu, Yunseong hanya lemparkan tatapan malasnya pada yang lebih tua. Ia diam lebih lama sebelum mendengus sambil mengalihkan tatapannya dari lelaki Lee itu. Setelahnya, ia menggerakan tangannya untuk melepas sebuah cincin yang tersemat di jari manis tangan yang lainnya.

“Ini?” Mengacungkan cincin itu di depan wajah Hyeop, lelaki Hwang itu lalu memberi isyarat pada yang lebih tua untuk meraih benda itu. “Ambil!” Ucapnya dengan nada pelan. “Udah cukup semuanya sampai di sini.”

“Yunseong, maksud kamu apa?” Tapi, Hyeop tentu tak akan meraih cincin itu.

“Kita berhenti. Apa lagi?”

“Kenapa?” Hyeop masih di tempatnya dan Yunseong yang muak langsung melepas cincin itu di depan wajah lelaki manis itu. “Karna Minhee? Kamu beneran ada apa-apa sama—”

“Gak usah bawa-bawa Minhee!” Lagi-lagi Yunseong berucap cepat untuk memotong ucapan yang lebih tua. “Gak usah bawa dia atau apapun yang ada di otak licik lo itu. Karna sejak awal, semua masalahnya datang dari lo.”

“Yunseong...”

“Dan jangan pikir gue mau dibodohin selamanya.”









”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.










Minhee yang masih duduk santai di ruang makan segera beranjak saat matanya menangkap kehadiran Yunseong kembali di ruangan itu—setelah tadi lelaki itu tiba-tiba masuk saat ia sedang berbicara serius dengan Hyeop dan menarik lelaki Lee itu keluar. Kaki jenjangnya segera ia bawa untuk melangkah cepat menghampiri yang lebih tua.

Lalu, saat sudah tiba di hadapan Yunseong, sebuah senyum menyebalkan ia ukir di wajah manisnya. Berikut gerakannya untuk menatap wajah Yunseong lebih dekat.

“Apa sih lo?”

Kekesalan dapat Minhee lihat jelas di wajah Yunseong. Tangan lelaki itu juga bergerak untuk mendorong keningnya. Tapi, bukannya kesal, si manis malah melebarkan senyumnya begitu saja.

“Udah putus belum?” Tanya bocah itu kemudian.

Ekspresi kesal di wajah Yunseong kini bertambah dengan ekspresi malasnya. Lelaki itu berdecak sekali sambil membuang tatapannya dari Minhee sebelum bergumam “iya” dengan samar untuk menjawab si manis.

“APA?”

Tapi, sukses mengundang ekspresi tidak percaya bocah itu. Ia bahkan meraih tangan Yunseong untuk ditarik sehingga yang lebih tua kembali menatapnya.

“Beneran?” Tanyanya lagi saat tatapan malas lelaki Hwang itu kembali beradu dengan manik penuh binar miliknya.

“Iya.” Jawab Yunseong setengah malas.

“Nah, gitu dong dari dulu.”

Mengukir senyum dengan indah, pemilik marga Kang itu juga bertepuk tangan dengan senang. Senyumnya cerah sekali dan ia tidak dapat berbohong jika ini adalah salah satu hal paling membahagiakan yang terjadi dalam hidupnya sejak kematian kedua orang tuanya.

“Seneng lo?”

Lalu, saat pertanyaan itu Yunseong ajukan padanya, ia kembali menatap lelaki Hwang itu. Senyumnya masih sama saat anggukan cepat ia berikan untuk yang lebih tua. “Seneng dong. Mantan lo yang sialan minta ampun itu pasti marah banget.” Jawabnya kemudian. “Tinggal tunggu aja sampe dia ngamuk besar waktu bomnya meledak.”

“Hee?”

“Apa?”

“Lo punya masalah apa sih sama dia?” Minhee tidak tahu pasti, tapi saat Yunseong ajukan pertanyaan itu padanya, rasanya euforia yang sejak tadi melingkupinya hilang dalam sekejap. Sepersekian detik kemudian, ia lemparkan tatapannya pada lelaki Hwang itu. “Gue liat-liat, dari dulu lo benci banget sama dia. Apa yang bikin lo benci banget sama dia?”

Tidak langsung menjawab, Minhee masih menatap Yunseong dalam diam. Tatapan penuh binarnya sudah hilang—ia jelas tidak suka dengan pertanyaan yang baru saja lelaki Hwang itu ajukan. Rasanya seperti lelaki itu menyalahkan apa yang telah ia lakukan selama ini.

“Gak usah nanya!” Ucapnya beberapa saat kemudian dengan volume suara yang lebih rendah—nyaris berbisik. “Kalo lo udah mau ambil langkah buat mutusin hubungan kalian, gue yakin lo udah tahu apa yang sebenernya terjadi.”

“Hee, gue minta maaf.”

“Gak.” Lalu, saat Yunseong menatapnya dengan tatapan memohon, pemilik marga Kang itu menggeleng sambil melangkah mundur. “Gue gak mau maafin lo.”

”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.















Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueWhere stories live. Discover now