🍹 Tujuh Belas

215 54 2
                                    


Minhee mengerjap beberapa kali saat ia keluar dari balik jeruji besi. Tidak ada orang yang datang mengunjunginya dan ia cukup kaget saat polisi itu mengatakan padanya jika ia bebas.

“Serius ini, pak?” Pertanyaan itu ia ajukan untuk kesekian kalinya sejak si polisi datang. Ia tidak mengerti memang—lagi pula, ini terlalu tiba-tiba.

“Saya serius, Kang Minhee. Kamu bebas.” Jawab polisi itu tenang. “Tapi, penyelidikan masih dilanjutan dan kamu masih akan kami panggil lagi.”

Kali ini pemilik marga Kang itu mengangguk dua kali. Ia menatap ke sekelilingnya sebelum menatap si polisi lagi. “Tapi, pak, kenapa saya tiba-tiba dibebasin?”

“Tuan Hwang mencabut tuntunannya dengan alasan yang gak bisa saya kasih tahu ke kamu.”

“Hah?”

Minhee melongoh tak percaya dengan otak yang akhirnya sibuk bekerja tentang satu hal yang baru saja didengarnya. Hwang sialan Yunseong itu mencabut tuntutan atas dirinya—dengan alasan yang tidak dapat diberi tahu padanya.

Apa yang terjadi di sini?

Ini terlalu aneh baginya. Terlalu sangat aneh. Ia bahkan masih ingat dengan jelas bagaimana lelaki itu datang dengan begitu berapi-api dan membawa polisi untuk menyeretnya ke penjara. Lalu, kenapa si Hwang itu tiba-tiba mencabut tuntutannya seperti ini?

Minhee tidak tahu kenapa, tapi ia enggan untuk memikirkan hal itu lebih lama. Yang jelas, ia bebas saat ini. Yang mengartikan ia bebas melakukan apa saja untuk membalas apa yang sudah Hwang sialan itu lakukan padanya—terlebih pada tunangan si Hwang itu yang ia yakini menjadi sumber alasan kenapa Yunseong bisa menyeretnya ke penjara. Ia akan membalaskan semuanya secepatnya—ia berjanji.

Lalu tentang alasan Yunseong, ia akan mencari tahunya nanti—setelah ia membalas apa yang dua orang itu lakukan padanya.

Menghentikan langkahnya di depan kantor polisi, mata Minhee tidak sengaja menangkap keberadaan sebuah mobil yang tidak asing baginya. Oh tentu—ia mengenal mobil itu dengan baik. Itu mobil Yunseong—dan ia yakin lelaki itu ada di dalam mobil itu.

Memilih untuk melangkah menghampiri mobil Yunseong, pemilik marga Kang itu punya ide kecil untuk menyapa Yunseong.

“Gue kerjain lo, anjing.”

Setelah semakin dekat dengan mobil Yunseong, lelaki manis itu mulai merunduk dan berjalan mengendap. Semakin dekat lagi, ia memilih berjongkok dan berjalan ke arah sisi ban belakang mobil Yunseong. Tangannya lalu bergerak cepat untuk mengempiskan ban mobil itu. Setelahnya, ia berpindah ke ban mobil yang lain dan mengempiskannya juga—semua bannya ia kempiskan. Tidak tanggung-tanggung memang. Beruntung Yunseong belum bergerak pergi.

Setelah selesai dengan urusan mengempiskan ban mobil Yunseong, si manis itu bergerak menjauh sebelum berdiri dengan benar dan kembali mendekati mobil itu—bertingkah seakan ia baru datang dan menghampiri mobil itu.

Berhenti di samping pintu kemudi, si manis itu langsung mengulurkan tangan kanannya dan mengetuk kaca pintu mobil. Lalu, saat Yunseong tak kunjung membuka kaca mobil itu, ketukannya semakin menjadi.

“Buka, jingan!”

Yunseong akhirnya menurunkan kacanya dan Minhee dapat melihat ada orang lain di dalam sana selain lelaki Hwang itu. Bukan Hyeop—Minhee tidak mengenalnya dengan baik, tapi ia tahu jika lelaki itu adalah salah satu teman Yunseong.

“Keluar lo, anjing!”

Si manis itu berucap cepat, tidak lupa dengan tangan yang bergerak cepat untuk menodong yang di dalam mobil itu.

Yunseong sendiri terlihat mendengus. Ekspresinya masih datar seperti biasa—ia menatap temannya di sampingnya itu sesaat sebelum akhirnya membuka pintu mobil dan keluar.

“Mau ap...”

Bug...

Yunseong belum menyelesaikan ucapannya, tapi Minhee sudah bergerak lebih dulu untuk memukul kuat dadanya. Hal itu sukses membuatnya menatap tajam pada pemilik marga Kang itu.

“LO!”

Bug...

“Balasan karna lo udah mainin gue, sialan!”

Bug...

Minhee sudah mengangkat tangannya untuk memukul Yunseong lagi. Tapi, lelaki itu bergerak lebih cepat untuk menahan tangannya.

“Lo apaan sih, sialan?!”

“Apa?”

“Lo bukannya terima kasih karna udah gue bebasin, malah mukul gue.”

“Gak ada alasan gue terima kasih sama lo ya, bajingan!” Minhee menjawab cepat, kini dengan emosi yang siap meledak kapan saja. “Gue gak salah apa-apa, gue gak bunuh itu orang. Lo-nya aja yang gak ada kerjaan makanya masukin gue ke penjara tanpa alasan yang jelas.”

“Buktinya apa kalo bukan lo yang bunuh?” Tanya Yunseong kemudian—seakan menantang dan memang berniat untuk mengundang emosi Minhee.

“Bukan gue yang bunuh, sialan!” Minhee menyahut tak kalah cepat. Emosinya benar semakin naik—ia bahkan hampir menggunakan kepalanya untuk memukul lelaki Hwang itu.

“Gue minta bukti.”

“BUKAN GUE, YUNSEONG! BUKAN GUE!”

“Buktinya ma—AAAKHH!”

Minhee tidak tahan, karena kedua tangannya yang digenggam kuat oleh lelaki Hwang itu, ia menggunakan kepalanya untuk memukul Yunseong. Sukses sekali kena kening Yunseong sehingga lelaki itu langsung melepas salah satu tangannya untuk mengelus keningnya.

“Dibilangin bukan gue!” Ucap Minhee cepat sambil menarik tangannya dan melangkah mundur menjauhi Yunseong. “Awas aja lo! Kalo gue ketemu sama pembunuhnya, gue bikin lo nyesel udah ngelakuin ini sama gue.”

”

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.















Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueDonde viven las historias. Descúbrelo ahora