🍹 Sepuluh

297 61 6
                                    



"Jadi, lo mau ngapain?"

"Gue harus temuin orang itu. Dia harus jelasin semua ini, enak aja gue udah keluarin duit segitu banyak malah ditipu kayak gini. Kalo dia macam-macam, dia bakal gue tuntut."

"Lo yakin mau nuntun dia? Maksud gue, bukan Hyeop yang harusnya lo tuntut? Kan dari awal Hyeop yang ngenalin dia ke lo dan bayarannya juga lewat Hyeop?"

Yunseong tidak langsung menjawab pertanyaan yang baru saja Yoshi ajukan itu. Dalam diamnya, ia juga memikirkan hal itu. Tapi, bukan seharusnya jika ia melimpahkan semua kesalahan pada tunangannya itu. Bagaimanapun, ia harus mencari tahu semuanya sebelum mengambil keputusan yang tepat untuk semua yang sudah terjadi.

"Nanti, setelah gue..."

Ddrrtt...

Yunseong belum menyelesaikan jawabannya tapi sebuah getaran panjang pada ponselnya membuat ia tidak menyelesaikannya. Ia meminta jeda sebentar pada Yoshi sebelum bergerak untuk meraih ponselnya. Ada telpon dari orang kepercayaannya.

Bergerak cepat untuk menjawab telpon itu, Yunseong lalu diam sesaat dan menfokuskan diri untuk mendengar apa yang disampaikan orang di ujung sana.

"Kenapa?"

"Saya baru dapat berita kalau orang yang jual tanah itu ke tuan, semalam ditemukan tewas di dekat rumah loteng yang sudah tak terpakai di lokasi itu."

"Apa?"

"Orangnya sudah tewas, saya juga sudah memeriksanya. Ada beberapa luka tusuk dan satu luka tembak yang ia dapat. Semalam ada yang menemukan dia dan melaporkannya."

"Kenapa bisa gitu?!"

"Sepertinya dia diserang dan memang sengaja dibunuh."

"Siapa yang nemuin dia?"

"Kang Minhee."

Kang Minhee lagi?

Entah apa lagi yang mau dikatakan orang di ujung sana, Yunseong tidak peduli dan langsung memutuskan sambungan telponnya. Ia lalu melempar tatapannya pada Yoshi yang kini menatapnya dengan tatapan heran.

"Kenapa?"

"Tuh orang udah meninggal. Semalam ditemuin tewas dibunuh sama orang."

"Sama siapa?"

"Sama Minhee."

"Minhee?" Yoshi terlihat kaget dengan apa yang baru saja ia dengar. Ada kerutan yang Yunseong lihat di kening temannya itu, sepertinya banyak sekali pertanyaan lain yang dipikirkan lelaki itu. "Kok bisa? Emang tuh orang dibunuhnya di mana sampe ditemuin sama Minhee."

"Di tempat itu."

"Seong, lo mikirin apa yang gue pikirin gak?"














"Seong, lo mikirin apa yang gue pikirin gak?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


















"HEH! GIMANA BISA?!"

Minhee jadi tersentak kaget saat Dongpyo tiba-tiba berteriak di sisi telinganya. Ia hampir saja melempar teman mungilnya itu dengan piring yang ada di atas meja, tapi tidak jadi ketika ia mengingat piring itu adalah salah satu barang berharga miliknya. Jadi, yang ia lakukan setelahnya hanya mendengus sebelum merunduk dan kembali menatap gelas berisi air di dalam genggamnya.

"Issh kok lo diam sih? Jawab!"

Dongpyo kembali berucap, dengan emosi yang masih sama. Membuat si manis Kang itu mendelik tajam padanya.

"Apa sih?"

"Gimana bisa lo temuin tuh orang? Serius bukan lo yang bunuh, kan?"

Lalu, pertanyaan berikut yang Dongpyo ajukan sukses membuat Minhee memukul kepala si mungil itu. Enak saja kalau bicara.

"Jaga mulut lo ya, anjing. Gue gak segila itu sampe mau bunuh orang. Lagian, gue gak kenal sama dia, ngapain gue bunuh dia?"

"Ya siapa tahu aja lo disuruh gitu. Lo kan kalo butuh duit bisa menghalalkan segala cara."

"Sinting, itu mah elo bukan gue."

"Tapi Hee, lo beneran cuma nemuin dia aja? Pas lo temuin dia beneran udah mati?"

Tidak langsung menjawab pertanyaan Dongpyo, Minhee terlihat diam sesaat dengan otak yang sibuk bekerja untuk memutar kembali kejadian semalam. Hingga ia menemukan apa yang terjadi saat itu, ia jadi menghela napas dan saling menggenggam kedua tangannya.

"Gue gak sengaja denger orang minta tolong pas lewat di jalan di samping rumah loteng bekas punya nenek Lee. Jalan itu kan udah biasa kita lewatin. Ternyata suaranya datang dari seberang rumah itu. Karna itu minta tolong, ya gue ke sana. Tapi, pas sampe ke sana yang gue liat ada sekitar empat atau lima orang yang lagi hajar dia. Gue gak bisa lihat muka mereka karna emang di situ gelap banget. Gue gak sempat teriak dan minta tolong karna mereka lebih dulu lihat gue dan pergi."

"Setelah mereka pergi baru lo samperin orang itu?"

Menatap Dongpyo dengan tatapan nanarnya, Minhee lalu mengangguk dengan gerakan kaku.

"Gue takut, Pyo. Gue gak bisa lihat banyak darah, makanya gue sempat blank dan gak tahu harus ngapain pas liat banyak darah di badan dia dan tahu kalo dia udah mati."

"Jadi jarak antara waktu kematian sama waktu lo lapor itu emang agak lama karna lo beneran gak tahu harus ngapain kan? Bukan karna lo yang bunuh dan sengaja ngulur waktu seakan lo emang gak sengaja nemuin dia di situ?"

Pertanyaan berikut yang Dongpyo ajukan sukses membuat Minhee menatapnya tidak terima. Apa-apaan maksud temannya itu? Dan kenapa juga temannya itu jadi curiga kalau ia yang membunuh orang itu?

"Sumpah ya, njing, kenapa semua orang jadi curiga kalau emang gue yang bunuh tuh orang?"

"Sumpah ya, njing, kenapa semua orang jadi curiga kalau emang gue yang bunuh tuh orang?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






















Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueWhere stories live. Discover now