🍹 Tiga Puluh Satu

147 30 3
                                    

“Bang, sialan! Jadi, selama ini Minhee ada di sini?”

Yunseong yang menjadi tujuan pertanyaan itu mendengus malas. Detik berikutnya memilih mengambil langkah untuk meninggalkan ruangan itu. Menyisahkan Junho—sumber pertanyaan tadi—dan Minhee—yang kini tengah duduk santai di sofa sambil menikmati puding yang dibuatkan bibi Shin.

“Bang? Bang Yunseong?”

“Heh bangsat, berisik lo.”

Junho yang tadinya masih memusatkan perhatiannya pada Yunseong—untuk mempertanyakan hal yang belum didapat jawabannya—seketika tersentak saat suara Minhee terdengar begitu saja. Lalu, saat ia lemparkan tatapannya ke sumber suara, pemilik marga Kang itu tengah menatapnya dengan tatapan malas. Dua detik kemudian, lelaki Cha itu memilih untuk melangkah mendekati si manis itu.

“Kenapa lo bisa ada di sini?” Tanyanya begitu saja.

“Urusan lo?”

Tapi, bukannya menjawab pertanyaan yang Junho ajukan, Minhee malah balik bertanya. Tatapan malasnya masih ia lemparkan pada salah satu lelaki yang menjadi kawanan Yunseong—yang pastinya terlihat sama menyebalkannya dengan lelaki Hwang itu di matanya.

“Hee?”

“Jun...”

Minhee masih belum mengatakan apapun untuk memuaskan rasa penasaran Junho saat suara Yunseong yang tiba-tiba terdengar dan sukses mengambil perhatian keduanya. Tapi, hanya Junho yang tetap bertahan untuk memperhatikan pemilik marga Hwang itu. Minhee? Ia hanya melirik malas pada yang lebih tua sebelum kembali sibuk makan.

“Bang, lo belum jawab gue! Minhee selama ini di sini? Dan kenapa?”

Yunseong mengibaskan tangannya, memilih untuk meletakan sebuah meja yang ada di hadapannya. Dan oh ya, Junho duduk di depannya—tepat di samping si manis Kang.

“Kita bisa bicarain itu lain waktu. Sekarang gue pengen bahas kenapa gue minta lo ke sini.”

Jawaban tidak langsung Junho berikan. Lelaki Cha itu sempat diam sesaat, menatap yang lebih tua selama beberapa saat—entah apa yang dipikirkannya—sebelum mengangguk begitu saja. Ia sedang sibuk dan dipaksa Yunseong untuk datang ke kediaman lelaki itu. Tentunya ia harus mencari tujuan lelaki Hwang itu memintanya datang sebelum urusan lainnya.

“Oke.”

“Gue tahu kalo selama Minhee di penjara—bahkan sampai kemarin—lo selalu ke rumah dia buat nyari sesuatu di sana. Gue mau—”

“Bajingan! Lo ngapain?”

“Anjing, sakit, setan!”

Yunseong belum menyelesaikan ucapannya, tapi Minhee yang turut mendengar lebih dulu memberikan reaksi disertai dengan pukulan kuat di kepala Junho. Sukses membuat si Cha itu meringis dan menatapnya kesal.

“Ya, lo ngapain?”

“Gue kan udah bilang sama lo waktu itu, gue mau nyari petunjuk yang buktiin kalo emang bukan lo yang bunuh.”

“Tapi kenapa harus rumah gue yang itu?”

“Ya, di rumah lo lah. Emang mau di mana lagi?”

“Semua buktinya ada di mantan tuh orang di depan lo, babi.”

Junho tak membalas ucapan Minhee, kini ia lebih memilih untuk kembali menatap Yunseong.

“Mantan?”

Yunseong tak menjawab, ia hanya memberi isyarat agar mereka kembali ke topik utama pembicaraan mereka—yang sebenarnya belum diungkap. Ia hanya memberi isyarat jika apa yang Minhee katakan memang benar.

“Gue mau nanya sama lo. Di mana sertifikat tanah itu?”

Yunseong selesai dengan pertanyaannya, tapi bukan hanya Junho yang mengerutkan kening karena tak paham. Minhee juga turut melakukan hal yang sama.

“Sertifikat tanah apaan?”

“Sertifikat tanah Minhee.”

“Area bangunan baru lo itu?”

Yunseong mengangguk dua kali, “sejak Minhee dibawa ke penjara, gue udah nyuruh orang-orang gue buat cari sertifikat itu di sana, tapi mereka sama sekali gak nemu tuh sertifikat. Terus, mereka bilang kalo lo juga sering ke rumah Minhee. Jadi, sekarang gue nanya sama lo. Karna gak mungkin kan nih bocah bawa tuh sertifikat sama dia ke penjara.”

“Bang, gue gak nemu sertifikat apapun di rumah itu.”

“Heh anjing, maksud lo sertifikat tanah gue hilang?”

Reaksi Minhee setelah itu sukses membuat Yunseong mengusak surainya frustasi. Lelaki bahkan hampir meraih vas bunga dan melemparnya. Apa yang Junho katakan sebelumnya jelas mendatangkan kesal dan frustasi di kepalanya. Jika sertifikat tanah itu memang tidak ada di rumah Minhee, berarti bukan hanya si manis itu saja yang mengalami kerugian besar—Yunseong juga demikian.

Tapi, terlepas dari semua kerugian itu, Yunseong lebih merasa bersalah pada Minhee. Salahnya sudah menumpuk setinggi gunung. Lalu, apalagi kini? Memang bukan ia yang menghilangkan sertifikat itu, tapi apa yang terjadi sebelumnya jelas menambah daftar panjang kesalahannya pada si manis. Minhee bahkan belum mengetahui semuanya dan permintaan maafnya sudah ditolak. Lalu, bagaimana dengan yang sekarang?

“Yunseong anjing, gue beneran gak mau kenal lo lagi kalo sertifikat tanah itu emang ada di mantan bajingan lo itu.”

”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.














Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueWhere stories live. Discover now