🍹 Sembilan Belas

243 48 2
                                    



Minhee menghentikan langkahnya tepat di depan laci yang menyimpan abu kedua orang tuanya. Bocah itu diam saja di sana, menatap lama kedua guci yang tersimpan di dalam sana hingga ekspresi wajahnya perlahan berubah. Tidak ada lagi raut datar yang jatuhnya menyebalkan di mata Yunseong. Wajah manis itu perlahan menyendu, bersamaan dengan manik indahnya yang berkaca-kaca.

Menghela napas panjang sambil merunduk, pemilik marga Kang itu tidak dapat menahan air matanya untuk jatuh. Untuk sesaat ia tetap dalam posisi yang sama hingga mendongak dan menatap foto kedua orang tuanya yang terletak di depan guci itu.

“Ayah, maafin adek untuk yang kemarin. Adek janji yang kayak gitu gak akan keulang lagi.” Diam sesaat, si manis itu lalu mengangkat tangannya dan segera menghapus air matanya yang tadi sempat jatuh. “Adek juga janji lagi, adek bakal berusaha lebih keras buat ambil semuanya balik dan balas semua yang udah mereka lakuin ke kita.”

Jeda lagi, pemilik marga Kang itu mengulurkan tangan kanannya untuk menyentuh kaca laci di mana guci abu kedua orang tuanya berada. Senyum getir tiba-tiba muncul di wajahnya bersamaan dengan air matanya yang kembali jatuh.

“Tapi, ayah,.... bunda.... adek kangen banget sama kalian. Adek minta ketemu, boleh ya? Sekali aja. Adek pengen liat senyum ayah sama bunda lagi, adek pengen dipeluk lagi. Adek pengen dipuk-pukin, sambil dielusin kepalanya, terus denger kalian bilang, adek kuat, adek udah ngelakuin yang terbaik, ayah sama bunda sayang sama adek.”

Kembali mengambil jeda, Minhee kembali menghapus air matanya yang kali ini tidak berhenti mengalir. “Ya ayah, ya? Bunda? Ya? Sekali aja. Kalaupun gak bisa dipeluk lagi dan denger kalian ngomong, seengaknya kasih liat ke adek kalo ayah sama bunda gak benar-benar ninggalin adek sendirian di sini.”

Diam lebih lama, Minhee kali ini memilih untuk melanjutkan tangisnya hingga benar-benar berhenti. Sejak kepergian kedua orang tuanya dan kejadian buruk lain yang terjadi di masa lalu, ia memang jarang menangis. Sehingga sekalinya menangis, ia akan melakukannya hingga puas dan berhenti dengan sendirinya. Karena jika ia tahan, rasanya akan sangat sesak dan menyakitkan—lebih dari yang telah ia rasakan sebelumnya.









 Karena jika ia tahan, rasanya akan sangat sesak dan menyakitkan—lebih dari yang telah ia rasakan sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.











Yunseong sudah mengganti mobilnya untuk pergi dan menemui Minhee. Tenang, ia punya terlalu banyak hal untuk bisa melakukan semua itu tanpa repot-repot ke bengkel. Dan saat ini ia sudah ada di depan rumah Minhee—menunggu bocah itu pulang, entah dari mana. Oh ya, ia sendirian kini. Yoshi sudah pulang untuk pekerjaan lain yang harus lelaki Jepang itu lakukan.

Sambil menunggu Minhee, Yunseong masih memikirkan banyak hal. Tentang siapa Minhee sebenarnya, tentang Hyeop dan tentang kenapa Minhee selama ini begitu membenci tunangannya itu. Untuk yang terakhir, ia memang belum menemukan alasan yang pasti, tapi ada satu penyesalan yang menyelip masuk ke dalam hatinya.

Yaitu kenapa ia dengan seenaknya menerobos masuk, ikut dalam urusan yang seharusnya bukan urusannya dan membuat tatapan manik indah yang selalu penuh binar ketika menatapnya berubah menjadi tatapan penuh kebencian tanpa maaf.

Tapi, apa yang bisa ia lakukan untuk menghapus penyesalannya?

Semua sudah terlanjur bukan? Lagi pula, penyesalan selalu datang di akhir.

Menghela napas panjang, Yunseong lantas menatap ke luar jendela mobilnya—memastikan apa Minhee sudah pulang atau belum. Dan tatapannya tidak dapat berpindah saat tahu jika yang ia tunggu akhirnya pulang.

Tanpa memikirkan banyak hal lainnya, lelaki Hwang itu segera membuka pintu dan keluar dari mobilnya. Selanjutnya, dengan langkah mantap langsung pergi dan menghampiri bocah Kang itu—yang tengah berjalan riang ke arah rumahnya.

“Aelah, kenapa harus ketemu lo lagi sih, anjing?” Dan reaksi itu langsung diberikan Minhee saat tatapan mereka saling bertemu. “Lo saking cintanya sama gue sampe kita baru gak ketemu dua jam aja lo langsung kangen sama gue sampe langsung nyamperin gue ke sini?”

Yunseong tidak langsung menjawab. Ia masih diam—menatap Minhee lebih lama—dengan wajah datarnya seperti biasa. Cukup lama hingga bocah itu mendengus malas.

Tapi, Yunseong masih betah—memperhatikan Minhee lebih lama lagi. Ah, manik itu masih manik yang sama. Kenapa ia baru menyadarinya?

“HEH?!”

“Iya.”

Saat Minhee bersuara lagi, Yunseong langsung menjawabnya.

“Apa?”

“Gue terlalu cinta, makanya gue udah kangen dan datang lagi ke lo.”

“WAH SINTING LO!”

Yunseong memutar bola matanya, kali ini menatap si manis dengan tatapan malas. “Ya, lo pikir kenapa gue sampe nyariin lo ke sini?”

“Lo mau ngamuk karna gue kempesin ban mobil lo. SEMUANYA!”

“Bagus. Gue gak usah cape-cape nuduh lo karna lo duluan udah ngaku.”

“Anjing!”

Minhee melotot tajam—merasa dipermainkan. Dan Yunseong segera meraih tangan kanan bocah itu dan menariknya mendekat.

“MAU APA LO?!”

“Ngasih lo pelajaran!” Menjawab cepat, kali ini lelaki Hwang itu membawa si manis ke arah mobilnya. “Lo gak bakal bisa ngapa-ngapain lagi setelah ini, sialan!”

 “Lo gak bakal bisa ngapa-ngapain lagi setelah ini, sialan!”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

















Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueWhere stories live. Discover now