🍹 Dua Puluh Enam

155 29 2
                                    

Minhee tidak tahu sudah berapa lama Yunseong mengurungnya di dalam salah satu kamar yang ada di rumah lelaki Hwang itu. Tapi, ketika ia akhirnya bisa keluar dari kamar itu, rasa senangnya tentu tidak bisa ia bendung. Walau tetap tidak bisa keluar dari rumah itu dan tetap dalam pengawasan beberapa orang pengawal menyebalkan, Minhee tetap senang. Setidaknya, ia tidak hanya diam di dalam kamar.

“Gue mau pergi. Awas lo kalo macem-macem di sini!”

Senyum merekah yang sejak tadi menghiasi wajah indah si mansi hilang dalam sekejap saat suara Yunseong tiba-tiba terdengar di belakangnya. Lalu, saat ia menoleh, lelaki Hwang itu memang ada di sana.

Sialan! Padahal Minhee sudah keluar kamar di jam sembilan untuk menghindari bertemu dengan lelaki itu. Tapi, kenapa ia masih ada di rumah itu?

“Pede bener lo gue mau macem-macem.” Jawab si manis Kang itu kemudian.

“Kerjaan lo emang macem-macem sama gue.” Balas Yunseong acuh.

“Dih gak ya. Yang gue lakuin cuma satu macem.”

“Apa?”

“Nyari perkara sama tunangan lo.”

Minhee tidak tahu apa yang salah dari ucapannya, tapi itu sukses membuat Yunseong diam. Lalu, saat ia melempar tatapannya pada yang lebih tua, lelaki itu hanya menatapnya dengan tatapan datar. Seketika membuatnya tersenyum miring.

“Dih, kenapa muka lo? Berantem ya sama dia?” Tanya si manis Kang itu kemudian.

“Bukan urusan lo.” Jawab Yunseong ketus.

“Atau malah udah putus?” Tapi, tentu bukan Minhee namanya jika ia akan peduli. Nyatanya, bocah itu malah mengajukan pertanyaan lain yang sukses membuat Yunseong melempar tatapan tajam padanya—terlihat tidak senang sama sekali karena ucapannya. “Bagus dong kalo udah putus.” Lanjut si Kang itu kemudian.

“Jaga mulut lo, njing!” Sahut Yunseong kemudian. Kali ini sukses membuat senyum Minhee kembali merekah. Rasa senangnya datang lagi.

“Oh, belum putus ya?”

Yunseong terlihat semakin kesal—Minhee dapat menebaknya dari tatapan setajam silet yang lelaki Hwang itu lemparkan padanya. Tapi seperti sebelumnya, ia bukannya takut, justru merasa senang karena bisa membuat lelaki itu kesal bukan main. Untuknya, tidak ada yang lebih menyenangkan dari itu. Oh, selain kekesalan dan kemarahan tunangan lelaki Hwang itu tentunya.

“Cepet putus deh kalo gitu. Seneng gue kalo lo berdua menderita.”

Yunseong tidak menanggapi ucapan Minhee. Lelaki itu hanya menatapnya sekilas sebelum akhirnya memilih untuk pergi dari situ. Si manis Kang yang melihatnya tentu langsung tertawa begitu saja.

“Si bajingan itu udah pergi.” Beberapa saat setelah kepergian Yunseong, Minhee yang baru menyadari bahwa ia sudah bebas melakukan apa saja di rumah itu seketika melempar tatapannya ke sekelilingnya. “Sekarang bagusnya gue ngapain ya?”

Diam sesaat, sebuah senyum kembali merekah dan menghiasi wajah indah si manis. “Gue acak-acak dapurnya dulu ah.”

Selanjutnya, tanpa banyak pertimbangan, pemilik marga Kang itu bergerak cepat untuk mencari di mana dapur yang ada di rumah itu. Cukup lama ia mencarinya karena rumah Yunseong itu terlampau besar. Beberapa kali ia harus memaki karena tak kunjung menemukan tempat itu.

“Kalo udah gue temuin, beneran gue bakar dapurnya.”

Minhee masih mengomel—sejak ia kesulitan menemukan dapur—saat ia masuk melalui salah satu pintu lagi. Detik berikutnya, senyumnya sudah akan kembali hadir di wajahnya menghilang begitu saja.

“Aelah, pake ada orang lagi.”

Minhee jadi malas karena dapur itu tidak dalam keadaan kosong. Ya, seharusnya memang seperti itu, kan? Yunseong itu orang kaya raya, pasti ia punya pelayan yang akan selalu ada di manapun di rumah itu untuk melakukan apa saja untuknya. Dapur tentunya menjadi salah satu tempat di mana pelayan-pelayan yang bekerja untuk Yunseong itu berada. Minhee harusnya ingat itu.

Ah, sudahlah. Lupakan saja! Lebih baik ia mencari kamar lelaki Hwang itu dan mengacaukannya. Memang itu yang harusnya ia lakukan sejak awal.

“Adek?”

Minhee sudah akan berbalik dan melangkah pergi dari dapur. Tapi, sebuah suara tak asing membuatnya menghentikan gerakannya. Tatapannya kembali mengarah ke depan—hendak memastikan jika ia memang mendengar sesuatu dan itu diperuntukan untuknya. Lalu, saat maniknya sudah menangkap pemilik suara itu, ia tidak dapat menahan dirinya untuk melongoh begitu saja.

“Beneran adek.”

“Bi—bibi...”

Minhee masih diam di tempatnya, sedang yang memanggilnya tadi—bibi Shin—sudah melangkah cepat menghampirinya. Lalu, saat sudah berdiri di depannya, wanita itu tidak menunggu lagi untuk menarik dan membawa si manis ke dalam pelukannya.

Minhee?

Ia hanya mampu diam karena masih terlalu kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Setelah bertahun-tahun, ia tidak pernah berpikir jika ia akan bertemu dengan wanita ini lagi. Dan di antara semua rasa kagetnya, ada satu pertanyaan yang muncul di kepalanya. Yaitu bagaimana wanita itu bisa ada di rumah Yunseong?

 Yaitu bagaimana wanita itu bisa ada di rumah Yunseong?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.














Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueWhere stories live. Discover now