🍹 Dua Puluh Sembilan

183 33 1
                                    

“Lo masih nunggu apa lagi sih? Mau sampai kapan jadi orang tolol?”

“Buka sekarang atau lo nyesel selamanya.”

Tiga kalimat yang datang dari Jihoon saat masih berada di kantornya tadi membuat Yunseong menghembuskan napas kasar. Di hadapannya ada dua map yang masih dalam keadaan tertutup. Salah satunya adalah map dari Yoshi, sedang yang lain yang dibawa Jihoon tadi pagi.

Menghembuskan napas kasar sekali lagi, lelaki Hwang itu lalu melempar tatapannya ke luar. Tangannya lalu bergerak untuk mengusak surainya frustasi saat ucapan Jihoon kembali terdengar di telinganya. Dalam sepersekian detik setelah itu, tangannya langsung meraih map yang diberikan Jihoon terlebih dahulu dan langsung membukanya begitu saja.

“Iya, sekarang atau lo bakal nyesal selamanya.”

Bergumam pelan, pemilik marga Hwang itu langsung meraih sejepit kertas yang ada di sana dan memusatkan semua perhatiannya pada apa yang tertulis di kertas itu. Kegiatannya membaca dan mencermati isi kertas yang diberikan Jihoon tadi pagi tidak memakan waktu yang terlalu lama. Karena saat ia bisa menyimpulkan isinya dengan baik, Yunseong langsung membanting kertas-kertas itu begitu saja ke atas meja.

“Bajingan.”

Isi kertas itu adalah semua bukti dari apa yang sudah Jihoon katakan padanya sebelumnya. Yunseong amat kesal, bisa-bisanya ia tidak menyadari apapun selama ini dan tetap bekerja sama dengan penipu. Lebih parahnya lagi, ia juga ikut ditipu. Sungguh, rasanya Yunseong ingin melempar semua kertas itu ke wajah sok tak berdosa lelaki yang masih berstatus sebagai tunangannya dan orang tuanya.

Mengatur emosinya, lelaki Hwang itu lalu melempar tatapannya pada map lainnya yang masih dalam keadaan tertutup. Tangannya sudah terulur untuk meraih map itu, tapi berhenti tepat di atasnya. Ingatannya kembali pada apa yang terjadi pagi tadi di dapur rumahnya. Saat ia sengaja kembali untuk memastikan sesuatu. Ia melihat Minhee dan bibi Shin bersama.

Ah, seharusnya itu saja sudah cukup. Tapi, kenapa masih ada penolakan di dalam dirinya tentang apa yang sebenarnya terjadi?

Tangannya kembali ia tarik. Lelaki Hwang itu diam lagi dan menatap map itu sesaat.

“Buka dan berhenti denial, Hwang! Lo cuma takut apa yang ada di sana memperjelas kalo lo emang beneran salah. Tapi mau sampai kapanpun juga, itu gak akan ngubah apapun. Minhee juga tetap benci sama lo. Kenapa lo jadi takut banget hanya gara-gara dia?”

Kali ini, tangannya bergerak lebih cepat. Tidak berhenti sama sekali bahkan hingga kertas yang ada di dalam map itu ada di depan wajahnya.

Yunseong meringis, semua informasi yang tertulis di sana benar-benar sudah terpikirkan selama ini. Apa yang ia minta dari Yoshi tentang Minhee dan diberikan lelaki itu adalah semua yang sebenarnya sudah ia duga.

“Gue ngapain aja selama ini?”

“Sekarang, gue ngerti kenapa gue takut banget kalo apa yang gue duga adalah yang sebenarnya.”

Ya, Yunseong mengerti sekarang.

Jika sebelumnya ia masih terus dibingungkan dengan apa yang terjadi hingga membuatnya tak kunjung memeriksa apa yang sudah temannya dapatkan untuknya, kini ia mengerti semuanya. Bahkan terlampau mengerti. Ia mengerti kenapa ia terus menolak kenyataan yang dipikirkannya tentang lelaki manis bermarga Kang itu dan memilih untuk mempercayai Hyeop—walau kebimbangan datang tanpa henti.

Karena ia takut.

Ia takut kesalahan yang tanpa sadar dilakukannya tak mendapat maaf dan Minhee akan tetap membencinya.









Ia takut kesalahan yang tanpa sadar dilakukannya tak mendapat maaf dan Minhee akan tetap membencinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










“Yunseong kalo tahu yang harusnya tunangan sama dia tuh gue gimana ya?”

“Gak usah kebanyakan mikir lo! Dia gak akan tahu itu.”

Pertanyaan yang Minhee ajukan dengan nada penasaran dijawab Hyeop dengan emosi yang masih sama. Itu tentu membuat si Kang menatapnya dengan kedua alis yang terangkat tinggi.

“Iyakah?” Tanya si manis Kang itu lagi.

“Bahkan sekalipun lo kasih tahu, dia gak akan percaya sama lo.”

Membuka mulutnya dengan sedikit drama, Minhee lalu mencuatkan bibirnya—memasang wajah kecewa yang membuat Hyeop semakin emosi. Si Lee itu jelas tahu jika Minhee sedang mengejeknya.

“Ya, sayang banget. Padahal gue rencananya mau bilang sama dia hari ini.”

Ucapan penuh drama Minhee ditanggapi yang lebih tua dengan dengusan kasar. Dua detik kemdian, lelaki Lee itu melangkah maju dengan tatapan yang masih sama tajamnya. Oh ya, sejak tadi, Hyeop memang masih betah berdiri di depan pintu sana.

“Lo jangan macam-macam ya, sialan! Sebenernya apa mau lo?”

Lalu, ucapan tajam itu dikeluarkan saat ia sudah berdiri di seberang meja—tepat di hadapan Minhee.

Sedang si Kang itu hanya tersenyum kecil sambil menatapnya santai.

“Mau gue?” Tanya balik si manis Kang itu kemudian. “Mau gue masih sama kok. Gak macam-macam dan gak berubah dari dulu.” Jeda sesaat, pemilik marga Kang itu lalu melirik ke arah pintu masuk ruang makan saat merasa ada yang datang dari sana. “Ngambil apa yang harusnya jadi punya gue dan buat lo ngerasain apa gue rasain selama ini.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang