🍹 Tiga Puluh Empat

123 29 0
                                    

Semalam, Yunseong tidak jadi mengantar Minhee untuk bertemu dengan Junho. Itu jelas saja. Karena sesaat setelah ia mengatakan bahwa ia tak hanya sekedar ingin tidur dengan si manis dan pemilik marga Kang itu mengumpatinya, yang terjadi adalah Minhee yang menendang tulang keringnya dengan kuat sebelum bergerak pergi ke kamarnya.

Sialan!

Sudah kakinya sakit ditendang Minhee, ia juga batal tidur dengan bocah itu.

Sebut Yunseong sudah gila. Ia punya begitu banyak masalah dengan Minhee—kesalahan yang tanpa sengaja ia lakukan terhadap pemilik marga Kang itu. Tapi, dengan otak jeniusnya yang tiba-tiba jadi bodoh, ia malah mencari masalah lain lagi dengan si manis itu.

Yunseong juga tidak tahu pasti. Sebelumnya, semua yang berhubungan dengan Minhee selalu terlihat dan terasa menyebalkan baginya. Tapi sejak ia tiba-tiba merasa tidak asing dengan tatapan yang si manis lemparkan padanya—terlebih setelah sebuah ciuman kurang ajar yang bocah itu berikan untuk tujuan merusak hubungannya dengan sang mantan tunangan—dan ia tahu tentang siapa sebenarnya si manis dengan nama tengah menyebalkan itu, Yunseong merasa seluruh dunianya hanya berputar pada Minhee.

Ya, sejak awal memang begitu.

Mereka bertemu dan bersama saat usia mereka bahkan masih terlampau muda. Yunseong sudah menjadikan Minhee pusat segalanya sejak kala itu. Tapi, apa yang bisa diharapkan dari seorang anak kecil? Mereka bahkan sudah tidak saling mengingat lagi. Ah, sedikit pengecualian untuknya karena usianya sedikit lebih tua dari Minhee jadi ia bisa mengingat sedikit. Tapi, itu hanya hal kecil—selebihnya mereka memang sudah saling melupakan.

Lalu, apa yang bisa diharapkan sekarang?

Semua sudah terlanjur, mengembalikannyapun sulit. Minhee bahkan dengan jelas mengatakan bahwa ia tak mau memaafkan Yunseong.

Tapi lihat apa yang dilakukannya sekarang?

Sudah jelas Minhee akan memakinya dan pergi.

Dan membuat tidurnya tidak tenang.

Ia mengatakan bahwa ia lelah semalam dan menolak untuk mengantar Minhee menemui Junho. Tapi, setelah dimaki dan ditendang si manis, ia malah tak bisa tidur semalam. Itu lebih sialan lagi ketika ia baru bisa tidur selama tiga jam, sebuah keributan samar membuatnya terpaksa membuka mata.

Ini sudah pagi, Yunseong tahu itu. Dan yang ribut itu tentu suara Minhee. Tidak ada orang yang berani berteriak di rumahnya selain bocah menyebalkan itu. Tapi, apa yang terjadi sehingga pemilik marga Kang itu sudah berteriak ribut di pagi seperti itu?

Memilih untuk keluar secepatnya, rasa kesal Yunseong semakin menjadi ketika melihat apa yang membuat Minhee sudah ribut pagi ini. Bocah itu sedang bersama Junho dan entah apa yang sedang mereka bicarakan—Yunseong lebih tidak peduli. Oh tentu, ia lebih peduli pada waktu tidurnya yang sudah berantakan malam ini. Tapi, sesuatu yang tidak sengaja ditangkapnya dari keributan Minhee dan Junho membuat rasa kantuknya hilang begitu saja. Dan sesaat setalahnya, ia segera beranjak dari rumah itu dan baru kembali hampir satu jam kemudian dengan seseorang yang tidak asing.

“Minhee?”

“DONGPYO ANJING, KOK LO DI SINI?”

Junho juga masih ada di rumah Yunseong—ia dan Minhee jelas kaget dengan kedatangan Dongpyo saat ini. Sementara Yunseong yang membawa lelaki mungil bermarga Son itu hanya diam dan memilih duduk di sofa untuk memperhatikan mereka.

“Harusnya gue, babi, yang nanya kayak gitu.” Dongpyo menjawab cepat saat Minhee sudah berdiri di depannya. “Lo kok bisa ada di sini? Lo kan masuk penjara, fak.”

“Gue udah keluar ya, setan!”

“Ya, gue juga tahu. Tapi, kenapa lo bisa di sini? Bukannya pulang malah ke sini.”

“Sembarangan lo! Gue tuh diculik sama tuh bajingan sial!”

Jawaban Minhee membuat Dongpyo mendelik, “gue gak percaya sama lo.”

“HEH!”

“Gak peduli juga sih.”

“Fak, terus kenapa lo di sini?”

Dongpyo mengendikkan bahunya. Sudut matanya melirik Yunseong membuat Minhee ikut menatap lelaki Hwang itu.

“Tadi, gue dijemput. Katanya ada yang mau ketemu sama gue. Gue sih udah pasti nolak ya, ngeri gue kalo tiba-tiba diseret ke penjara juga kayak lo. Tapi karna dia bilang lo yang mau ketemu, makanya gue mau.”

“Lo langsung mau pas dia bilang gue yang mau ketemu?”

“Ya enggaklah. Kan gue gak tahu lo di mana. Polisi cuma bilang kalo lo udah keluar penjara tapi gak tahu lo di mana. Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, bisa aja dia yang bawa lo. Karna gak mungkin banget kalo si Hyeop yang bawa lo, udah mati stres dia kalo sampe bawa lo.”

“Tapi, gue gak bilang mau ketemu sama lo, Pyo.”

Sesaat setalah mengatakan itu, Minhee langsung melemparkan tatapannya pada Yunseong. Sedang ia yang tatap kini masih duduk tenang di tempatnya. Tak jauh darinya, Junho juga masih pada posisi yang sama untuk memperhatikan.

“Sebelum Junho, orang yang lebih dulu masuk ke rumah lo setelah lo diseret ke penjara adalah dia.” Jawab Yunseong tenang. “Kalo lo lupa, dia yang ngasih tahu lo kalo polisi nyari lo dan ada di rumah lo juga waktu itu. Dia baru muncul buat ngikutin lo ke penjara dua jam kemudian. Jadi, bisa aja apa yang lo cari ada di dia.”

Setelah Yunseong mengatakan itu, Minhee segera lemparkan tatapannya pada Dongpyo. Dan seakan paham, si mungil Son itu langsung mengangguk begitu saja.

“Lo nyari sertifikat tanah lo itu kan?”

“Lo nyari sertifikat tanah lo itu kan?”

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.














Thank you...

THE ANTAGONIST || HwangMini - discontinueOnde histórias criam vida. Descubra agora