NWIS 34

3.1K 419 26
                                    

Thanks buat yang udah baca
Semoga suka:)

Seorang cowok berjalan disebuah lorong yang dominasi oleh warna hitam dan putih, kaki jenjangnya melangkah mendekat kearah sebuah pintuh bercat coklat didepannya.

Cowok itu terdiam cukup lama disana, menatap pintu bercat coklat yang merupakan pintu kamar orang tersayangnya.

Tangannya terangkat, menekan beberapa angka untuk membuka pintu itu.

Bunyi kunci yang terbuka, terdengar jelas ditelinganya, tangan kanannya mendorong pintu memberikan akses masuk bagi cowok itu.

Pintu terbuka, menampilan sebuah ruangan yang dimonasi oleh warna abu-abu dan putih.

Kaki janjangnya melangkah masuk, memperhatikan setiap sudut dari ruangan itu.

Cowok itu melangkahkan kakinya mendekati sebuah ranjang king size yang nampak bersih meski tidak pernah dipakai lagi.

Tangannya terulur menyentuh ranjang yang terasa dingin, perlahan, sebuah kalimat berputar diotaknya.

"Kakak harus pergi atau mereka akan menangkap kakak, adek gak apa-apa disini, selama kakak masih hidup, adek akan tetap baik-baik saja"

Cowok itu memejamkan matanya sesaat, mencoba menetralisir rasa sakit dihatinya.

Hari itu, dia kehilangan permata berharganya, seorang adik yang selalu dia lindungi sendari mereka masih sangat kecil.

Tanpa sadar, air matanya menetes membasahi pipi, cowok itu membuka matanya lagi.

Sepasang netra segelap malam itu, menelusuri sekeliling, memperhatikan semua barang yang ada di dalam ruangan.

Tangannya terkepal kuat, sepasang netra segelap malam itu memancarkan amarah.

Tangannya terulur, mengambil sebuah foto berisikan dirinya dan sang adik, memasukan foto itu kedalam sakunya, cowok itu berjalan mendekati meja belajar yang ada disana.

Mengambil sebuah album foto yang sengaja dia letakan disana, cowok itu membuka halaman demi halaman, mengingat-ngingat kenangan masa kecilnya dengan sang adik.

Cowok itu tersenyum kecil melihat foto dirinya dan sang adik yang tengah bermain istana pasir di pantai, dia ingat jika foto itu diambil 15 tahun yang lalu, beberapa bulan sebelum dia kehilangan adiknya.

Cowok itu menutup kembali album foto itu, mengembalikannya ke kondisi semula, seola tidak pernah disentu.

Dia menutup matanya, mengembuskan nafasnya sebelum bersikap seperti biasa, seakan-akan dirinya tidak pernah menyentuh apapun yang ada di ruangan ini.

Cowok itu berjalan kearah pintu ruangan, menatap sekali lagi seluruh ruangan yang merupakan kamar sang adik.

Dia tersenyum kecil dengan raut wajah datarnya, sepasang netra segelap malamnya menatap datar ruangan itu.

"Gak akan aku biarkan, dia hidup dengan tenang setelah mengambilmu dariku"

***

Soobin menatap yeonjun, yang tengah berkutat dengan tugas yang diberikan oleh dosen mereka kemarin.

Soobin tentu saja sudah selesai mengerjakannya, jika boleh jujur, tugas yang diberikan oleh dosen itu selalu mudah baginya.

Entah karna otak soobin yang terlalu encer atau memang yeonjun saja yang tidak mengerti, yang jelas yeonjun tengah fokus dengan tugas-tugasnya.

Padahal jika mau, yeonjun bisa saja melihat tugas soobin, toh soobin tidak keberatan juga, yang ada dia senang-senang saja karna dapat membantu matenya itu.

"Yakin gak mau lihat punyaku?"

"Hm"

"Ya udah, padahal tinggal nyalin aja"

"Aku mau berusaha cari sendiri soobin, kalau aku liat punya kamu, yang ada nanti aku tambah gak ngerti. Kan gak lucu nanti kalau dosen bertanya terus aku gak bisa jawab"

"Iya sih, yaudah gini aja, mana yang gak kamu ngerti? Nanti coba aku ajarin jadi kamu bisa ngerti, lagian juga dosennya ngejelasinnya ribet banget, padahal aslinya gak seribet itu"

Soobin mencibir tidak suka, sebenarnya dia sudah tau kalau itu hanya akal-akalan dosennya saja, dia sengaja mau buat anak kelas jadi binggung, mengingat seluruh anak kelas soobin itu adalah orang-orang yang pintar.

Beruntung soobin sudah mempelajari itu dulu, kalau tidak, mungkin dirinya akan sama binggungnya dengan yeonjun saat ini.

Soobin mendekat begitu matenya itu mengangguk mengiyakan usulannya, dirinya mulai menjelaskan apa yang tidak di mengerti oleh yeonjun dengan mudah, berbeda sekali dengan cara dosen mereka menjelaskan tadi.

Yeonjun mengangguk mengerti, dirinya jadi kesal sendiri dengan dosen mereka.

Jika dia tau ternyata tidak sesulit itu, mungkin sudah dari tadi yeonjun menyelesaikan tugasnya.

"Dasar dosen nyebelin"

Tbc.

Bau-baunya tokoh baru nih...

Bukan tokoh yang untuk jualan ya, tapi maksudnya pemain baru atau apalah sebutannya.


Sorry for typo

See you next time

[ 1 ] Not What It Seems and Dominant Alpha - Yeonbin [ END ]Where stories live. Discover now