Rescue

914 121 25
                                    

Tuhan, Dewa, Moon Goddess...atau siapapun yang memiliki kuasa akan terbentuknya alam semesta ini pasti tengah bersenang hatiNya kala menciptakan Seokjin dulu sekali. Membuat seorang wanita beruntung dapat melahirkan sosok bagai hasil seni yang dipahat begitu apik. Menjadi sulung yang selalu menarik atensi khalayak tanpa perlu berusaha dipamerkan.

Dan Seokjin masih tampak memesona bahkan tanpa senyum melengkung di wajah pemuda itu. Yang kini terus berselimut kelabu dengan sesekali berlinang air dari mata cantiknya. Lalu semakin menguatkan angan Ken untuk melakukan aksi vandalisme pada salah satu karya Tuhan yang indahnya tak main-main itu. Merusak kemanusiaan yang telah didapat sejak lahir. Menghancurkan tanda kepemilikan yang tertoreh pihak lawan. Lalu mengakhiri kefanaan yang dipunya untuk melangkah bersamanya menuju keabadian.

.

.

.

Namjoon masih mematri diri di depan cermin sedari tadi. Menatapi refleksi aneh akan dirinya sendiri usai menyadari bahwa tubuhnya terasa asing seperti bukan yang telah ia miliki sejak dulu hingga dewasa ini.

Kulitnya, rambutnya, otot-otot tak dikenal yang ia ingat sebelumnya tak ada, seakan menjadi variabel yang ia jumpa tiba-tiba kala terjaga dari tidurnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Karena Namjoon merasa ada varian aneh yang telah menggantikan fisiknya yang dulu.

Pria asing yang beberapa saat lalu memperkenalkan diri sebagai pimpinan para werewolf di tempat ini terlihat mata dari posisinya berada. Orang itu tampak tegang usai memutus pembicaraan via ponsel pintar dan bergegas menghampiri ayahnya yang sejak tadi masih menemani. Lalu menatapnya bersamaan dengan janggal hingga ia merasa tak nyaman.

"Namjoon, tetaplah di sini dan temani ibumu."

Vibrasi dalam kalimat yang terlontar mampu tertangkap rungu Namjoon. Ia tak tahu apa yang sedang membuat ayahnya tampak begini kalut seakan tak ingin dirinya tahu akan hal buruk yang tengah melingkupi pria paruh baya itu dengan Sang Alpha.

"Tapi aku harus menemui Seokjin. Dia pasti khawatir sekali padaku."

Dan bak dihantam godam besar tepat di pusat raganya, Dongwook seakan kehilangan nalar yang sejak tadi ia pertahankan. Dirinya seketika kesulitan berpikir, akalnya spontan menjadi bebal untuk segera memutuskan - apakah akan merespons perkataan anak lelakinya dengan yang sebenarnya, atau berbalik untuk mengikuti arahan yang sesaat lalu Freddy beri. Untuk meninggalkan vila mereka demi menyelamatkan pasangan anaknya.

.

.

.

Seokjin masih berada di antara sisa-sisa ketenangan diri yang masih mampu ia genggam, serta batin yang terus berbisik untuk segera memberikan jawaban pada Ken yang terus setia menunggu dengan kupon penyelamat bagi orang-orang yang tengah mengawasi tempat itu dalam heningnya malam.

Pria itu akan menjadi hakim terakhir yang akan memvonis dirinya setelah semua penghakiman yang Seokjin lakukan pada dirinya sendiri. Merelakan sisi manusiawi yang tengah dipertaruhkan demi menyelamatkan para penjaga Smethport di luar sana. Lalu pergi menjauhi dunianya. Melepaskan kefanaannya. Meninggalkan kekasihnya.

"Sudah membuat keputusan, Sayang?"

Seokjin lantas mengangkat pandangannya dengan lemah kala Ken tiba lalu bertungging di depannya. Pria itu kemudian menjamah dagunya demi mempertemukan netra keduanya dengan sedikit paksaan. Dan Seokjin masih bimbang untuk memberi kepastian dan menjadi sukarelawan demi nyawa-nyawa yang akan ia bayar dengan darahnya.

MOONCHILD [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang