Scent

3.6K 610 72
                                    

Para werewolf pada dasarnya hidup dengan mudah dalam pergaulan. Mereka berbaur dengan para warga Smethport lainnya sebagai pegawai di kantor pemerintah, pelayan di sebuah restoran, atau bahkan petugas di kepolisian. Hanya saja mereka memiliki tugas tambahan untuk menjaga para penduduk dari serangan vampir yang kadang kala datang tanpa bisa diperkirakan. Para werewolf harus membuat kondisi kota kembali kondusif setelahnya. Para penduduk tak boleh mengetahui perihal keberadaan mereka dan para vampir agar mereka mampu menjalani kehidupan sebagaimana biasanya tanpa terganggu urusan dunia paranormal.

Memang ada beberapa manusia yang mengetahui keberadaan mereka. Orang-orang tersebut adalah para tetua yang telah lama hidup di Smethport di mana keluarga mereka telah hidup secara turun temurun.

Dan sebagaimana pria dewasa lainnya, Ray, Jey, serta beberapa teman mereka juga senang bepergian untuk menyenangkan diri ke pusat kota. Melepas penat dari segala rutinitas yang mereka lakukan layaknya pria dewasa lainnya.

Ray dan Jey sendiri bekerja sebagai pengrajin di toko Tuan Ludwig. Keduanya membuat berbagai cinderamata yang akan dijual pada pelancong dan turis yang datang ke Smethport.

Smethport sendiri merupakan pusat penting untuk industri kayu keras East Coast dan pernah menikmati ledakan ekonomi berbahan bakar kayu yang memungkinkan pembangunan banyak rumah mewah yang kini menjadi distrik arsitektur bersejarah.

Ada sebuah bar di mana para kawanan werewolf senang berkumpul di Smethport. Malam belum terlalu tinggi saat Ray dan beberapa temannya menyusuri jalanan Smethport untuk datang ke bar yang dimaksud. Mereka hampir sampai di pintu masuk saat Ray mengenali dua orang dari kawanannya keluar dari tempat yang dituju. Yang satu mengangkat tangan demi menyapa yang lainnya, dan Ray menyambut untuk mewakili.

"Sudah mau pulang? Ini masih sore, buddy." Tanya Jey.

"Kami mengincar seseorang di dalam sana, tapi sialnya dia telah ditandai." Jawab yang satu.

Temannya yang satu lagi mengangguk dengan raut masam sembari menyandarkan siku di pundak Ray, dan mulai nampak tertegun akan sesuatu, lalu menatap Ray dengan tak yakin akan pemikirannya.

"Oh, baunya sama sama sepertimu, Raymond." Seru pria itu dengan mata terbuka lebar.

Ray yang tiba-tiba menerima tatap bertanya dan siulan menggoda dari yang lainnya lantas menyikut si pria yang masih bersandar padanya.

"Jangan ngawur. Aku bahkan belum bertemu mate-ku, bagaimana bisa aku menandai seseorang." Kilah Ray terlihat mulai kesal.

Tak lama, dari pintu bar ia melihat beberapa orang keluar, namun tubuh temannya yang lebih besar berhasil menghalanginya dari melihat pada orang-orang itu walau ia tak terlalu peduli.

.
.

Angin musim gugur mulai bertiup saat semuanya bergerak menuju pintu bar. Dan saat itulah tiba-tiba saja Ray terpaku pada aroma yang menusuk penghidunya. Aroma yang entah mengapa mulai mengganggu akal sehatnya.

Hidungnya mulai mengendus harum yang terasa mendopingnya untuk mendekat. Dan tanpa disadari Ray mulai memisahkan diri dari kawanannya.

"Kau mau kemana, Ray?" Seru Jey yang tak mendapati kawannya di sekitar.

Ray mengerjap dan tersadar untuk sesaat. Namun wangi itu masih mengusik indera penciumannya. Ia lantas menoleh pada Jey yang memanggilnya. "Kalian tak mencium bau ini?"

Beberapa teman Ray, termasuk Jey serempak mengendus usai ditanya, namun tak satupun dari mereka sependapat dengan Ray. Beberapa berpendapat bahwa hidung mereka yang berpenciuman tajam itu hanya dapat menghirup bau asap kendaraan dan wangi makanan yang menguar dari bar di dekat mereka.

MOONCHILD [ Namjin ]Where stories live. Discover now