Acception

3K 536 83
                                    

Ray menarik Seokjin begitu saja untuk direngkuhnya demi meredakan tangis pemuda itu dan tentunya rasa sakit yang kian melanda dari tiap tetes air mata yang jatuh dari mata indah mate-nya. Dipeluknya tubuh Seokjin erat dengan satu tangan lainnya mengusapi kepala pemuda itu dengan lembut, mencoba menenangkan yang bersangkutan.

Jihoon dan Mino yang menyaksikan adegan melodrama dalam diam itu sama-sama tak berani menginterupsi, terlebih Seokjin tak terlihat keberatan hingga dirasa tak perlu ambil tindakan lebih jauh.

"Kumohon jangan menangis, Seokjin, itu menyakitiku." Menyakitinya dalam artian yang sebenarnya dan juga secara tersirat bahwa hatinya ikut sakit melihat mate-nya dalam keadaan seperti itu.

Ray yang notabene sering berhadapan dengan teman-temannya sesama werewolf untuk sesaat dibuat tak percaya bahwa ia mampu menggunakan intonasi selembut ini pada seseorang. Karena biasanya ia lebih sering berseru jika berhadapan dengan teman-temannya.

Seokjin membelalak menerima perlakuan tak terduga sang lawan bicara. Posisinya yang merapat erat pada tubub pria itu seolah mengundangnya untuk membalas pelukan si pelaku. Bukan hanya wajah dan lesung pipi yang bergantian menyerang dari awal pertemuan hingga kini, tapi tubuh yang terasa pula seperti milik Namjoon itu tengah menggoda Seokjin untuk bertahan pada posisinya sekarang. Rasa nyaman yang tiba-tiba menghinggapi membuat ia memejamkan mata dan menikmati tiap sensasi yang ditimbulkan pria itu. Dan satu hal seketika terbersit dalam kepalanya...

"Namjoon, bolehkah aku seperti ini?" Batin Seokjin tanpa sadar mulai menelusupkan wajah diceruk leher Ray.

.

.

.

.

Ken berjalan tergesa mendahului Neo didalam hutan. Segala penjelasan yang Freddy katakan sebelumnya jelas sulit diterimanya. Ia menggusak rambut frustasi saat tahu bahwa penyebab semua tragedi yang terjadi adalah saudaranya sendiri.

Ken berbalik spontan dan mendapati Neo yang seolah siap dengan apapun yang akan dikatakannya. Lalu berjalan mendekat hingga tersisa jarak sejengkal diantara keduanya. Matanya terus menatap tajam iris kehijauan saudaranya.

"Kau sudah tahu semuanya?" Tuntut Ken tepat didepan wajah Neo.

Seperti biasanya, Neo hanya menanggapi dengan wajah terkontrol dengan baik. Tak terlihat gegabah seperti pria dihadapannya. "Tidak, aku juga baru tahu kalau serigala itu terlibat."

Neo tak butuh bermain gimik karena bukan hanya pada para werewolf dan manusia, Ken juga mampu menggunakan kemampuannya pada sesama vampir. Tak ada gunanya ia berbohong karena Ken akan segera mengetahuinya. Terlebih ia memang sama terkejutnya atas penjelasan Freddy beberapa saat lalu. Namun pada dasarnya pembawaan Neo memang tenang hingga tak banyak gestur yang mampu ia tunjukkan.

Ken mendesis panjang seraya berbalik dan menghentakkan kaki dengan keras hingga energi yang dikeluarkannya mampu merontokkan dedaunan pada pepohonan disekitarnya, hingga tempat itu hampir terlihat bagai bekas arena pertempuran yang sempat terjadi disana.

"Kau kecewa bahwa pemuda itu memanglah mate-nya Ray, atau pada kenyataan bahwa saudaramu terlibat tragedi itu?"

"Dia saudaramu juga, Neo!" Jerit Ken sembari berbalik dan menuding tepat didepan wajah pimpinannya.

Neo menurunkan telunjuk Ken perlahan dari wajahnya dengan tetap tenang. Vampir yang sedang gusar tak bisa ditangani dengan saling berteriak dan menyalak seperti kumpulan anjing yang tengah berebut tulang.

"Aku yakin Freddy tak akan menceritakannya jika kau tak melihat matanya tadi. Dan kini kita hanya perlu mencegah tragedi itu terulang lagi." Ujar Neo sembari menatap dalam-dalam mata Ken, menyalurkan semua yang ada dalam pikirannya.

MOONCHILD [ Namjin ]Where stories live. Discover now