The War

2.3K 416 44
                                    

Matahari rasanya masih enggan untuk meninggalkan posnya dengan terus membiarkan dirinya terrefleksi di permukaan danau Hutan Allegheny. Sementara meganya masih menghias di luasnya langit yang seolah menjadi kanvas yang penuh akan banyaknya merah dan jingga yang berkumpul menjadi satu, memayungi dua entitas yang saling berdiri tegang di lapangnya hutan.

Taring serta cakar yang keduanya miliki masih tersembunyi dengan baik di balik mulut dan kuku. Hanya saja, dua mata yang sedari tadi saling menatap nyalang itu tak hentinya melempar ancaman.

Napas Ray terus berderu meski belum sedikitpun gerakan ia keluarkan. Sementara Ken masih berdiri kokoh, tak terusik dengan dinginnya angin musim dingin yang melewatinya bagai memberi peringatan bahwa ia dapat membekukan apapun yang dilewatinya. Namun hal itu nyatanya tak akan bekerja bagi Ken yang tiap sel dalam tubuhnya telah membeku secara menyeluruh. Vampir dan dingin harusnya dapat berkawan dengan baik.

Ray tak pernah berhadapan dengan seorang vampir untuk berkelahi sebelumnya. Freddy selalu mengajarinya dan semua Beta bahwa kekuatan mereka takkan diperlukan selama vampir yang mereka intai tak menyakiti manusia. Namun kali ini tentu berbeda kasus. Ray tak bisa tenang begitu saja saat nama Seokjin, seseorang yang seharusnya menjadi mate-nya disebut dalam secarik kertas berisikan tantangan temu. Entahlah, apa yang vampir di hadapannya itu rencanakan, namun Ray telah siap kapanpun vampir itu mengajaknya berduel.

Di sisi lain, Ken yang masih memerhatikan Ray dari jarak yang cukup baginya untuk menyelami ke dalam dua obsidian pria itu terus saja melihat bayangan Seokjin berkelebat dari mata Ray, dari masa lalunya. Terus menari seakan menggodanya untuk meraih sosok semu itu sesegera mungkin. Dan itu sangat mengganggunya hingga rasanya ingin sekali ia mencongkel keluar kedua bola mata Ray dari tempatnya hingga tak perlu lagi dilihatnya bayangan Seokjin melalui pria itu.

"Apa kau akan terus berdiri di sana tanpa memberitahuku tujuanmu, Tuan Vampir?" Sungguh, Ray benar-benar tak ingin terdengar sopan di hadapan rival alaminya itu. Namun diabaikan setelah menerima undangan bukanlah sesuatu yang dapat diterimanya, terlebih jika ia tak tahu maksud dari yang bersangkutan.

Suara gemerisik rerumputan yang Ken injak mengiringi sedikit langkah yang diambilnya untuk mulai mendekat pada pria tegap di depannya. "Isi surat itu telah sedikit menjelaskan tujuanku, Tuan Serigala." Balas Ken tenang, dan reaksi yang Ray tampakkan telah mampu ia terka sebelumnya.

Ray mengerang rendah saat hal yang tak diharapkannya terkuak sedikit ke permukaan. Jadi ini memang tentang Seokjin?

"Aku akan menghabisimu jika berani menyebut Seokjin dengan mulut kotormu."

Ken berdecih, lalu tawa sarkastiknya terdengar. Masih terlihat tenang dengan dua tangan yang bersedekap di depan dada. "Satu-satunya yang ingin kulakukan dengan mulut kotorku adalah mengecap kulitnya yang halus itu."

"BAJINGAN!" Ray menerjang maju dengan tangan yang telah mengepal sedari tadi. Tujuannya adalah vampir di depannya. Sekalipun Ray tahu usahanya takkan banyak membuahkan hasil, tapi ingin sekali rasanya ia meremukkan kumpulan tulang rusuk di dalam tubuh Ken.

Dengan kecepatan tak terduga, Ray mampu melayangkan tinjunya tepat di kumpulan tulang rusuk Ken hingga pria itu terpental cukup jauh dari tempatnya semula.

Ken mampu memperkirakan bahwa Ray akan terpancing kata-katanya. Namun minimnya pengalaman bertarung dengan werewolf membuatnya tak mampu menerka gerakan tak terduga rivalnya. Ken tak tahu bahwa werewolf dapat bergerak secepat itu hingga ia mendarat dengan menyeret rerumputan setelah terpental cukup jauh.

Sakit?

Sedikit.

Ken terbatuk beberapa kali walau tetap mengusahakan agar dapat mengangkat tubuh jangkungnya untuk kembali tegap. Ia harus berhati-hati setelah ini, karena tujuan awalnya belumlah tercapai.

MOONCHILD [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang