Jealous

2.1K 417 156
                                    

Seokjin masih melambaikan tangannya pada Ken yang telah berpamitan karena urusan pribadi yang perlu dihadiri. Pembicaraan singkatnya dengan pria tinggi itu kembali memberikan kesan tersendiri bagi Seokjin. Satu inti yang dapat Seokjin petik hanyalah bahwa Ken adalah pria yang baik. Dan kata-kata terakhir Ken mengenai nomor ponsel yang pria itu berikan padanya untuk berjaga-jaga bilamana Seokjin membutuhkannya suatu saat nanti membuat pria itu terlihat seperti telah menyampaikan aspirasinya untuk apapun yang mungkin saja bisa terjadi di kemudian hari.

Tapi, begitu mengingat bahwa Ken sepertinya menaruh rasa padanya membuat Seokjin sedikit tak enak hati. Harusnya ia ungkapkan bahwa dirinya telah menjalin hubungan dengan orang lain untuk mengantisipasi jika Ken akan berharap lebih jauh padanya.

Entahlah, mungkin akan ia katakan lain kali.

.

.

Sebuah Ford Mustang GT Convertible melintas tepat di depan Hopyes saat Seokjin hendak masuk ke dalam toko, dan hal itu spontan menghentikan langkahnya untuk masuk lebih dalam dan memilih menghampiri si pengendara yang telah berpangku tangan di sisi pintu mobil. "Apa karena kau seorang werewolf jadi lebih senang mengendarai mobil dengan kap terbuka di cuaca sedingin ini?"

Ray tersenyum geli menanggapi ujaran Seokjin, "aku punya kenangan menarik tentangmu dengan mobil ini."

Seokjin lantas merapatkan mantelnya dan melipat kedua tangan seraya mengangkat sebelah alisnya demi meminta penjelasan lebih lanjut.

"Sudah kubilang aku punya kenangan menarik dengan mobil ini." Ucap Ray seraya mengetuk-ngetuk ringan badan mobil. "Dan aku masih ingat betul kau begitu ketakutan saat aku membawamu ke Hutan Allegheny waktu itu. Saat aku pertama kali menunjukkan wujud serigalaku padamu." Tutur Ray sembari mencondongkan tubuh sedikit mendekat agar suaranya yang lirih dapat terdengar dengan baik oleh Seokjin. Karena ia tentu tak ingin orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka mendengar perihal dirinya yang seorang werewolf. "Wajahmu lucu sekali saat itu." Tambah Ray lantas tertawa ringan hingga menerbitkan sedikit raut kesal di wajah Seokjin.

Seokjin masih terdiam saat Ray terus menertawainya, dan mulai buka suara saat pria itu berhenti karena tak nyaman terus ditatapi Seokjin dan berdehem beberapa kali.

"Aku juga masih ingat betul bagaimana wajahmu begitu ketakutan saat aku melakukan blow job padamu tempo hari."

Dan Ray sukses dibuat terbatuk beberapa kali kala ingatannya langsung meluncur dengan lancarnya pada hari di mana Seokjin dengan teganya melakukan hal itu padanya, dan mulai menimbulkan gejolak menggelikan pada kejantanannya kini. Ah, rasanya kini ia harus sadar diri bahwa Seokjin telah memiliki senjata untuk pemuda itu gunakan saat ingin mengolok-olok dirinya. Dan ia tak ingin terlibat dalam sebuah sesi adu argumen untuk menentukan siapa yang lebih bisa membuat takut pada siapa. Ray tentu tak ingin lagi dipermalukan di hadapan pemuda berparas manis itu.

Seokjin hanya bisa tersenyum satire kala mampu membalik keadaan. Mungkin sebaiknya pria itu tak lagi bermain-main dengannya karena Seokjin akan dengan senang hati mengungkit kejadian hari itu. Hal itu Seokjin lakukan karena ia merasa telah mulai terbiasa dengan kehadiran Ray dan tak lagi menganggapnya hal tabu yang harus dijauhi. Dan hal itu tak ayal membuat Seokjin berpikir bahwa ia dan Ray semakin baik beranalogi, sekalipun hubungan yang keduanya jalin belumlah lama. "Jadi, ada urusan apa kau menemuiku?"

Ray kembali tertegun. Jika tidak sedang berada dikeramaian, ia pasti sudah melompat keluar dari mobil dan mencium Seokjin tepat di bibir dengan rakus demi mengapresiasi pemuda itu yang dapat langsung bicara ke inti bahwa kedatangan Ray ke tempat itu memanglah untuk menemuinya. Dan hal itu pasti akan menjadi skeneri yang bagus di tengah hiruk pikik manusia yang berlalu lalang. Yah, walau secara logika untuk siapa lagi memang? "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

MOONCHILD [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang