Move

3.8K 620 86
                                    

Philadelphia, Pennsylvania, musim gugur 2016.

Tak banyak yang orang tua Seokjin dan adiknya pertimbangkan mengenai keinginan Kim Dongwook yang berniat mempercayakan toko kue yang pria itu bangun pada Seokjin. Mereka tahu bahwa mungkin saja Seokjin akan kembali terluka dengan kembalinya pemuda itu ke tempat di mana kekasihnya meninggal. Namun merekapun tak ingin Seokjin terus tenggelam dalam kubangan masa lalu yang menyeretnya masuk lebih dalam. Mereka ingin Seokjin menghadapinya dan maju untuk meraih kehidupan yang lebih membahagiakan.

Sebaliknya, perdebatan alot justru terjadi di Luscious. Jinwoo masih belum bisa merelakan keputusan pegawai berbakatnya sekalipun permintaan itu datangnya dari orang yang memiliki ikatan penting dengan pemuda itu. Seokjin memang sangat pendiam, penyendiri, dan enggan bergaul dengan para chef lainnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa hidangan yang Seokjin sajikan selalu membawa kebahagiaan tersendiri pada beberapa pelanggannya. Pun tak menampik untuk menjadi munafik bahwa penghasilan restorannya naik berkat sajian yang Seokjin buat di sana. Walau akhirnya pria itu tak mampu menghalangi lebih jauh keinginan Seokjin untuk mengundurkan diri.

.

.

.

.

Seokjin terus menatap kosong pada gedung di mana ia kehilangan kekasihnya beberapa tahun silam. Gedung itu telah direnovasi besar-besaran lantaran ledakan yang meluluh lantakkan bangunan tersebut. Butuh berhari-hari bagi Seokjin saat itu untuk meyakinkan para petugas untuk lebih teliti mencari korban yang tertimbun reruntuhan bangunan, di mana salah satu dari sekian banyak korban mungkin adalah Namjoon-nya. Namun sekeras apapun orang mencoba, jasad Namjoon tetap tak ditemukan. Dan satu tahun penuh ia habiskan untuk menelusuri tiap rumah sakit di Philadelphia tanpa membuahkan hasil. Seokjin ingin menyerah kala itu, namun bayangan Namjoon yang mungkin terdampar di suatu tempat lalu terbangun dan memanggil namanya membuat Seokjin tak mampu menghilangkan tekad untuk terus mencari.

"Seokjin, kau tahu aku tak bisa jauh-jauh darimu."

Oh, perkataan Namjoon kala itu benar-benar terekam jelas dalam tiap sel di otaknya. Seokjin tak bisa membayangkan Namjoon di luar sana, sendirian, dan sangat membutuhkannya.

Seokjin tak mampu menahan air matanya kala pikiran-pikiran buruk tentang Namjoon melintas di kepalanya. Ia tak tega dan tak rela.

Seokjin menenggelamkan kedua matanya dalam punggung tangan di mana air mata mulai merembes di pakaian yang ia kenakan, lalu kembali mengangkat kepala dan menyusut hidung saat yakin telah menyeka semua air mata yang meleleh dengan lancarnya.

"Jika aku tak bisa bersamamu, biarkan aku tetap di sini. Tempat di mana aku kehilanganmu."

.

.

.

.

Freddy menjejakkan kakinya menyusuri bagian hutan terdalam di mana Neo telah menunggunya. Pria itu benar terlihat lebih muda dibanding Freddy, namun siapa sangka bahwa pimpinan vampir itu telah berumur ratusan tahun, jauh lebih tua dari Freddy.

"Pasti ada hal penting sampai kau mengajak bertemu seperti ini." Tutur Neo saat mendapati Freddy semakin dekat.

"Saudaramu telah mengatakan hal aneh pada beta-ku. Dan dia terus terpikirkan akan hal itu." Sahut Freddy kala ia tepat berada di hadapan Neo. "Kemampuan apa yang vampir itu miliki?"

"Namanya Ken jika kau perlu tahu. Dia mampu melihat masa lalu seseorang hanya dengan bertatapan mata." Jelas Neo.

Freddy lantas memangku dua tangannya di pinggang. Suara desisan yang cukup panjang mengiringi keheningannya. Dan Neo dibuat ingin tahu karenanya.

MOONCHILD [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang