Mother In Law

2.8K 506 64
                                    

Jatuh cinta pada Namjoon adalah hal yang paling Seokjin syukuri dalam hidupnya. Harinya menjadi lebih menyenangkan semenjak Namjoon hadir dan memberinya semua kesempatan untuk menjadi lebih bahagia. Baginya, Namjoon adalah potongan terakhir dari mosaik kebahagiaan yang selama ini ia susun dengan cermat. Melengkapi Seokjin dan menjadi utuh sepenuhnya. Orang tua Seokjin bahkan angkat tangan dalam urusan percintaan putra sulung mereka terlebih setelah melihat bagaimana beradabnya Namjoon dihadapan keduanya. Restu yang diberi bukan semata karena Seokjin dan Namjoon sama-sama terlahir dengan sendok perak dimulut mereka. Hal itu adalah ketidak sengajaan yang telah takdir ciptakan untuk keduanya. Dan orang tua Seokjin dapat melihat bahwa dua pemuda itu memanglah telah saling jatuh cinta dan cukup sulit berkelit dari hal itu.

Seokjin dan Namjoon bersekolah ditempat yang berbeda, namun Namjoon hampir tak pernah absen menjemput Seokjin dengan sepedanya untuk pulang bersama. Seokjin selalu antusias tiap sepasang kaki panjang nampak digerbang sekolah, lalu ia akan berlari pada pemuda itu setelah memberi salam perpisahan pada teman-temannya.

Namjoon telah menjadi dominan sejak awal. Bukan berarti jiwa lelaki Seokjin absen dari raganya. Hanya saja, jika itu berhubungan dengan Namjoon, Seokjin hanya akan menerima tiap perlakuan manis yang pemuda itu berikan.

Seokjin dan Namjoon lahir ditahun yang sama, namun Namjoon nyatanya terlahir dengan tinggi yang melebihi Seokjin hingga tiap mereka bersisian Seokjin akan terlihat lebih mungil darinya. Impresi yang tercipta dari keduanya tak pelak sering membuat beberapa pasangan iri.

Seokjin hanya bisa tertunduk malu tiap kali beberapa temannya melewati keduanya dan menggoda, sementara Namjoon tak pernah berhenti pasang senyum plus lesung pipi yang membuat beberapa siswi terpesona lalu menatap Seokjin iri.

"Duh, enaknya yang punya pacar." Selalu seperti itu, dan tak jarang dibarengi siulan dan gelak tawa menggoda. Dan setelah itu, biasanya Seokjin akan melayangkan sol sepatu pada tungkai terdekat dari teman yang tengah menggodanya.

Seokjin tak pernah memproklamirkan Namjoon sebagai kekasihnya kala itu, walau pada kenyataannya ia memanglah menyukai Namjoon. Namun ternyata teman-temannya lebih bersemangat mengambil kesimpulan seolah merestui hubungan keduanya, dan berasimilasi dengan Namjoon yang notabene siswa dari sekolah lain.

"Sudah kubilang tak perlu kemari setiap hari." Kesal Seokjin sembari mendongak pada Namjoon dengan wajah yang telah bersemu hebat.

Namjoon latas mendelik dengan mata tajamnya, mencoba mengintimidasi. "Tapi kulihat tadi kau senang sekali saat melihatku."

Seokjin tahu, ia sangat senang malah. Tak ada hal lain yang mampu membuatnya sangat senang saat ini selain Namjoon, dan mungkin kini ia harus sadar juga jika berpura-pura keberatan dengan kehadiran Namjoon digerbang sekolahnya dengan wajah memerah karena digoda hanya akan menjadi hal yang sia-sia. Akan percuma ia berargumen mengenai hal itu dengan Namjoon.

"Ayo." Ajak Namjoon sembari menarik lembut tangan Seokjin, mengabaikan tiap tatap iri dari beberapa pasang mata yang mereka lewati, lalu membiarkan Seokjin duduk dengan nyaman dibagian belakang sepedanya.

💞

💞

💞

💞

"Hmmm, yeah, aku baik-baik saja." Jawab Seokjin pada ayahnya di seberang sambungan telepon.

"Pekerjaanmu berjalan baik?"

"Kupikir lebih dari 'baik'," kekeh Seokjin kecil, namun dapat terdengar dengan baik oleh ayahnya disana. "Kami mendapat sambutan yang luar biasa, sepertinya karena jarangnya orang-orang Smethport menjumpai toko kue didekat mereka."

MOONCHILD [ Namjin ]Where stories live. Discover now