Memory

16.5K 965 27
                                    

Busan. Musim panas, 2011

"Waaah, LAUT!" Seokjin berseru kegirangan kala telapak kaki berhasil menginjak hamparan luas pasir pantai. Dari hanya sekedar melangkah, telapak kaki perlahan merubah modenya menjadi berlari. Sambil memegangi topi yang ditujukan sebagai penghalau matahari, Seokjin berlari riang meninggalkan seseorang yang akhirnya jadi orang ke tiga dalam hubungan cinta baru antara Seokjin dan laut.

Pria itu hanya mampu menatap Seokjin dalam diam dengan senyum yang terpatri jelas disudut-sudut bibirnya. Seolah tak ada pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah riang Seokjin yang berlarian seperti anak kecil dengan melupakan usia yang sudah lewat dua puluh. Bahkan jika boleh ia hiperbolis sedikit, indahnya laut saat ini pasti akan tunduk dan cemburu pada keindahan yang tercipta dari tawa Seokjin. Laut patut berbangga karena dirinya mampu menarik atensi pemuda itu untuk lebih mengindahkan areanya.

Pria itu mengangkat alisnya saat melihat Seokjin berbalik dan mengibaskan tangan memintanya bergabung dalam keriangan yang pemuda itu ciptakan sendiri.

"NAMJOON, AYO SINI!" Seru Seokjin agak kencang karena posisinya yang kini sudah beberapa meter jauhnya dari Namjoon.

"SEOKJIN, JANGAN BERJALAN MUNDUR ATAU KAU AKAN JATUH KE LAUT!" Balas Namjoon tak kalah kencang karena takut Seokjin tak akan mendengarnya, lalu perlahan mulai menghampiri pemuda berstatus tunangannya itu sembari pasang raut cemas.

Seokjin tampak tak acuh kala mendengar peringatan Namjoon. Toh pikirnya Namjoon hanya akan menggendongnya diantara lengan pria itu jika hal tersebut sampai terjadi. Dan selanjutnya ia malah menggoda Namjoon dengan terus berjalan mundur dan membuat gerakan seperti menarik tali seiring mendekatnya Namjoon padanya.

Namjoon tak hentinya pasang senyum menyaksikan aksi tunangannya. Ia bahkan sempat buang muka untuk menutupi wajahnya yang sebenarnya hampir pegal karena terlalu lama tersenyum. Tapi jika yang dihadapinya adalah Seokjin, ia harus siap jika sewaktu-waktu mengalami keram wajah karena terlalu lama tersenyum.

Seokjin menjerit riang saat tangan Namjoon terulur dan hendak meraihnya. Ia segera berkelit dan berbalik untuk berlari menjauhi Namjoon walau niat sebenarnya adalah supaya Namjoon mengejarnya. Namun kaki panjang Namjoon jelas bukan tandingannya. Namjoon bahkan hanya butuh beberapa langkah untuk kembali menjajari Seokjin yang akhirnya berhasil ditangkap dan direngkuh erat.

Seokjin menggeliat dalam dekapan Namjoon. Ia tak hentinya tertawa dengan adanya jemari Namjoon yang juga ikut bergerilya ditubuhnya, sementara tangan-tangan jahil Namjoon terus menggelitiki Seokjin sampai pemuda itu perlu minta ampun agar Namjoon mau menghentikan aksi anarkisnya.

Seokjin terduduk lemas saat Namjoon merenggangkan pelukannya. Pundaknya naik turun dengan teratur karena lelah, malu mulai memerhatikan Namjoon yang ikut terduduk dihadapannya tanpa mau melepaskan tangan dari tubuh Seokjin.

Deretan gigi rapi Seokjin terlihat saat senyum lebarnya ia haturkan teruntuk sang kekasih. Dan tak perlu usaha lagi untuk mendapat balasan dari Namjoon. Pria itu sudah tersenyum sedari tadi.

"Kau cantik sekali, Jinseok." Ucap Namjoon penuh kekaguman. Memang bukan yang pertama. Hanya saja entah mengapa wajah itu membuatnya selalu seperti orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Tidak, aku tampan." Ralat Seokjin lalu menjawil pucuk hidung Namjoon dengan telunjuknya yang sedikit terkena pasir.

"Kalau begitu bagaimana denganku?"

Bola mata Seokjin bergulir ke atas, berpikir. "Kau tidak tampan. Kau mempesona."

"Tidak, kaulah yang mempesona." Balas Namjoon yang mulai terdengar akan memulai sebuah pertengkaran kecil.

Bola mata Seokjin bergulir malas. Namjoon sedang mencoba bermain kata dengannya, dan Seokjin tahu itu tidak akan usai jika ia terus menanggapinya. "Kau seperti anak kecil."

"Waaah, lihat siapa yang bicara." Namjoon menjauhkan sedikit pandangannya dan menatapi Seokjin sarkastik, "kau tak ingat tadi berlarian sambil berteriak dan tertawa seperti baru pertama kali melihat laut?"

Bibir bawah Seokjin maju sedikit, lalu mata memelas bagai anak kucing, walau sebenarnya yang mirip anak kucing adalah Yoongi.

Ahhh. Datang lagi si Kim 'Childish' Seokjin. Namjoon sampai menenggak ludah dibuatnya. Terlebih dicuaca sepanas ini, hanya akan membuat tenggorokannya sakit.

Ibu jari dan telunjuk Namjoon terulur sampai mendarat dipipi dengan baby fat yang masih setia bertempat diwajah dewasa Seokjin. Gemas. Lalu mencubitnya hingga Seokjin sedikit meringis. "Kau ini lucu sekali, sih. Jika seperti ini terus mana bisa aku jauh-jauh darimu."

Seokjin hanya berkedip lemah, lalu sedikit memiringkan kepala demi memandangi wajah tegas Namjoon lebih lekat. "Kalau begitu jangan menjauh dariku. Jangan pernah."

Seulas senyum plus lesung pipi mulai menghiasi wajah Namjoon. Lagipula mana bisa ia menjauh dari pemuada yang sudah dikenalnya dari masa remaja itu? Butuh keberanian dan tekad tinggi untuk bisa melakukan pendekatan sampai akhirnya berani menyatakan perasaan yang sudah tak bisa dibendung lagi. Dewi fortuna-pun sudah menghampiri keduanya dengan cara mendekatkan orang tua kedua belah pihak yang akhirnya saling setuju untuk meresmikan hubungan keduanya dalam ikatan pertunangan.

Namun, siapa yang tahu bagaimana takdir menjalankan rencananya? Terkadang takdir dan keberuntungan saling berdebat untuk menentukan jalan kehidupan di semesta. Tak ada seorangpun yang bisa terus merasakan kebahagiaan dalam hidup tanpa adanya kegetiran, kegagalan, putus asa, dan patah hati.

Dan keduanya harus merasakannya.

Dan keduanya harus merasakannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kim Seokjin

Kim Namjoon

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kim Namjoon.
.

.

.

.
To Be Continued.

19 februari 2019.

MOONCHILD [ Namjin ]Where stories live. Discover now