Awakened pt. 2

2.1K 364 37
                                    

Tatapan di dua manik beningnya tak lagi sekosong dulu. Binar di matanyapun telah kembali walau tak sepenuhnya. Senyum di sudut-sudut bibirnya kembali merekah walau tak seindah dulu.

Seokjin telah kehilangan belahan jiwanya dan menutup diri pada dunia untuk waktu yang terbilang cukup lama. Sendirian. Kembali bangkit dan membuka diri pada khalayak jelas tak bisa pemuda itu lakukan dalam satu malam. Karena jika semudah itu, pasti telah Seokjin lakukan sejak dulu.

Pasti banyak, atau setidaknya ada satu faktor yang membuat Seokjin yang bagai tenggelam oleh lautan kepedihan yang dirinya sendiri ciptakan, mampu membuka mata dan berenang menuju permukaan kenyataan yang telah lama ia tinggalkan, dan menyaksikan bagaimana pemuda itu terlihat selayaknya manusia normal dan bercengkrama dengan orang lain dalam satu kediaman membuat Yoongi dan Jimin dapat sedikit bernapas lega saat akan meninggalkan pemuda itu kembali ke Korea. Yah, setidaknya deduksi itulah yang dapat keduanya ambil untuk sementara waktu.

Yoongi dan Jimin masih menunggu di dalam pesawat hingga burung besi yang mereka tumpangi itu lepas landas dengan tak hentinya memikirkan saudara mereka yang entah kapan dapat keduanya temui lagi. Seokjin terlihat nyaman dengan tempatnya berdomisili kini, seharusnya tak perlu ada yang kedunya khawatitkan mengenai pemuda itu lagi. Namun nyatanya tak semudah itu kala mereka melihat dengan mata kepala keduanya sendiri. Pria yang begitu mirip dengan kekasih Seokjin yang telah dinyatakan meninggal dalam sebuah tragedi tak terduga beberapa tahun silam, berada bersama Seokjin di rumah milik keluarga Namjoon.

"Entah mengapa rasanya masih tak masuk akal bagiku, Jim." Lirih Yoongi sembari memijat pangkal hidungnya. Lalu merasakan pening yang mulai menyerang kepala.

Jimin menoleh pada suaminya, lantas mengusap lembut pundak pria itu. Ia tahu betul bagaimana perasaan Yoongi, karena iapun merasakannya. Bagaimana sulitnya memercayai perihal pria serupa Namjoon yang keduanya jumpai tempo hari, hingga membuat liburan keduanya justru terisi penuh oleh praduga-praduga tak masuk akal seputar pria itu. Karena sejujurnya terlalu kebetulan bagi Yoongi dan Jimin jika Seokjin dapat bertemu seseorang yang sangat mirip dengan Namjoon di tempat di mana pemuda itu dahulu kehilangan kekasihnya itu.

"Bagaimana jika pria itu memang Namjoon?" Sahut Yoongi usai melepas pijatan jarinya dari pangkal hidung, dan menoleh pada Jimin yang membulatkan mata, terkejut karena ujaran tak terduga darinya.

"Maksudmu Namjoon tidak mati?" Jimin sungguh tak suka pada pemikiran itu. Bukan karena ia tak senang pada kemungkinan bahwa kekasih Seokjin itu masih hidup, dan dapat kembali berbahagia bersama Seokjin yang telah menunggu untuk waktu yang lama. Namun hal-hal di balik itu semua, yang sejujurnya tak sempat terlintas di pikirannya. "Tapi kau lihat sendiri waktu itu, bahwa pria itu tak mengenalimu. Jika memang pria itu benar Namjoon, Seokjin seharusnya menjelaskan pada kita saat itu juga."

Yoongi tercengang. Jimin benar. Seokjin seharusnya menjelaskan pada mereka dengan kegembiraan penuh di wajah tampan sepupunya itu jika memang pria itu benar Namjoon. Tapi pemuda itu bahkan tak melakukannya, dan bersikeras mengatakan bahwa pria yang dimaksud memang bukanlah Namjoon, dan kesimpulan sepihak yang Jimin ambil akhirnya membuat Yoongi memilih untuk mengistirahatkan punggung dengan bersandar di kursi milik pria itu. Mencoba melemaskan otot-otot yang telah terpakai sia-sia karena pemikiran kurang berdasar yang suaminya sematkan terlalu dalam di otak.

"Kau benar. Seokjin tak mungkin melakukan hal bodoh dengan menyembunyikan Namjoon dari kita."

.

.

.

.

Kedua belah bibir Seokjin masih terbuka. Tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari karibnya itu.

"Ray bercerita bahwa kau tak sadarkan diri setelah... ekhem," Jihoon membungkam mulutnya dengan kepalan tangan seraya berdehem lirih, dan sempat enggan menatap Seokjin karena malu dengan apa yang telah dan mungkin akan ia katakan. "Kegiatan pribadi yang kalian lakukan."

Seokjin masih termangu di tempatnya. Ia cukup pintar untuk tak mengerti kegiatan apa yang dimaksud Jihoon, dan werewolf bodoh yang telah menyebabkan kehebohan dua saudaranya pagi ini ternyata telah memberitahukan Jihoon perihal laman pribadi yang tak seharusnya dibagi pada sembarang orang, dan Seokjin yang mulai geram lantas mengeratkan rahangnya serta membuat deretan gigi di dalam mulutnya saling bergesekan.

Jika sebelumnya benak Seokjin telah terpikirkan beberapa kiat untuk meminimalisir sikap Ray yang terbilang seenaknya itu, sepertinya kini ia harus mempertimbangkan untuk menyerah menghadapi serigala tampan itu dan membiarkan pria tinggi itu berbuat sesuka hati padanya.

"Ray tak mengizinkan siapapun merawatmu selama kau tak sadarkan diri," lanjut Jihoon. "Dia datang setiap hari untuk mengganti pakaian dan merapikan tempat tidurmu. Sepertinya dia terlambat hari ini, tapi untunglah karena Ray takkan bertemu kedua saudaramu, atau aku takkan bisa membuat alasan di depan mereka." Jelas Jihoon usai melirik sekilas pada arloji di pergelangan tangan.

Kedua mata Seokjin kembali membulat usai mendengar kumpulan diksi yang Jihoon ucapkan.

"Mengganti pakaian katanya?"

Kedua belah pipi Seokjin merona seketika membayangkan bagaimana Ray benar mengganti pakaiannya saat ia tengah tak sadarkan diri. Apa pria itu sempat mengambil kesempatan dalam kesempitan kala dirinya tak mampu sedikitpun untuk melawan?

"Jadi hyung yang mengatakan pada dua hyung itu kalau Seokjin hyung sakit karena kelelahan bekerja?" Serbu Jungkook yang tanpa disadari telah berada di dekat pintu kamar Seokjin di mana Jihoon bersandar. Pemuda itu lantas melangkah dan memasuki kamar Seokjin untuk membereskan alat makan yang sebelumnya ia berikan untuk Seokjin dengan cukup cekatan.

Seokjin dan Jihoon hanya mampu terdiam saat Jungkook berlalu dari keduanya setelah melempar tatap bertanya. Seokjin tak tahu, namun ia bisa menerka bahwa pemuda berwajah lucu itu tak banyak tahu tentang keadaan dirinya sebelum ini. Berbeda halnya dengan Jihoon yang mengaku telah diberitahu langsung oleh Ray, dan Seokjin tak mungkin menceritakan hal semacam itu pada Jungkook, karena menurut pengamatan Seokjin selama ini mengenai pemuda berotot itu, Jungkook masihlah polos untuk mengetahui hal-hal semacam itu.

Fokus Seokjin lantas kembali jatuh pada Jihoon yang masih setia di posisi pemuda itu saat Jungkook telah menghilang dari kamarnya.

Lalu bagaimana dengan pemuda tinggi itu? Mengapa Jihoon seolah mengetahui banyak hal mengenai dirinya dan Ray? Terlebih tak hanya satu atau dua gelagatnya yang dapat Seokjin baca bahwa barista itu seperti memihak Ray sejak awal. Jihoon serta Mino telah cukup lama tinggal di Smethport. Apakah keduanya memang telah mengenal Ray sebelum ia datang ke tempat itu? Jika memang demikian, apakah itu artinya mereka tahu mengenai jati diri Ray yang merupakan seorang werewolf?

Seokjin menghembuskan napasnya perlahan. Entah mengapa kepalanya tiba-tiba memikirkan bermacam hipotesa yang mungkin saja tak perlu.

Sejujurnya, Seokjin hanya ingin menjalani kehidupan yang tenang begitu ia memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahirannya, pindah ke tempat di mana ia kehilangan kekasihnya, dan mengenang pria itu seumur hidupnya.

Tapi apa yang terjadi kini?

Bertemu seseorang yang begitu serupa dengan Namjoon, yang hebatnya, atau anehnya merupakan seorang werewolf dari sekumpulan werewolf yang bertugas menjaga kota ini?

Andai tidur panjangnya kemarin benar karena ia kelelahan akibat bekerja, Seokjin sungguh menginginkan bahwa semua hal tak masuk akal itu hanyalah mimpi yang singgah sementara dalam tidurnya, yang akan ia lupakan begitu dirinya terjaga, lalu kembali menjalani kehidupan dalam kubangan kenangan akan Namjoon-nya.

Brak!

Suara menggebrak pintu depan di lantai bawah seketika membuyarkan Seokjin dari lamunan anehnya, pun pada Jihoon yang sontak menoleh pada asal suara walau ia jelas tak mampu melihat apa atau siapa yang telah membuat kebisingan itu.

"SEOKJIN!"

.

.

.
To Be Continued.

28 agustus 2019.

MOONCHILD [ Namjin ]Onde histórias criam vida. Descubra agora