Confused

2.1K 384 30
                                    

Min Yoongi masih menatapi sosok di depannya dengan mata minimalisnya yang semakin membulat takjub, tak percaya, juga bingung. Tujuan awal ia datang bersama suaminya, Jimin ke kediaman Seokjin tadinya hanya untuk berkunjung dan melepas rindu pada sang sepupu yang didengarnya telah pulih dari keterpurukan hidup berbekalkan alamat lengkap yang Jimin peroleh dari pesan singkat yang Seokjin kirimkan. Namun yang diperolehnya justru berjumpa sosok mengejutkan yang tak disangkanya tengah bersama sepupunya itu.

 Namun yang diperolehnya justru berjumpa sosok mengejutkan yang tak disangkanya tengah bersama sepupunya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Min Yoongi

Sebelumnya, Yoongi adalah salah satu orang yang mendapat dampak buruk dari perubahan sikap Seokjin setelah kehilangan tunangannya. Yoongi merupakan anak tunggal di keluarganya, dan memiliki Seokjin beserta Jisoo sebagai sepupu sungguh melengkapi kehidupannya. Tak jarang ia lebih memilih menginap di rumah Seokjin saat kedua orang tuanya sama sibuknya. Dan hal itu berlangsung sampai ketiganya beranjak dewasa. Walau tak dapat dipungkiri Yoongi sempat merasa kesepian saat Seokjin lebih memilih bersama Namjoon, dan ia hanya bisa bermain bersama Jisoo saat pasangan itu tengah menghabiskan waktu bersama. Beruntung, ia dapat bertemu Jimin semasa kuliah, dan mengalihkan kesendiriannya bersama pemuda itu. Dan sekalipun Namjoon tak berada di sisi Seokjin lagi karena tragedi naas yang menimpa pria itu, ia tetap tak dapat menikmati kebersamaan kembali bersama Seokjin lantaran pemuda itu begitu menutup diri dari siapapun, dari apapun.

Sama halnya dengan Jimin, Yoongi juga merupakan saksi mata yang menyaksikan bagaimana saling mencintainya Seokjin dan Namjoon. Bahkan dimulai dari saat keduanya baru saling mengenal, sampai akhirnya terjalinlah ikatan pertunangan itu.

Yoongi masih ingat betul, suatu pagi di musim gugur, dimana ia menjumpai Seokjin sendirian di dalam ruang kelasnya semasa sekolah menengah, sedang tersenyum seorang diri sembari menatapi dedaunan yang gugur di pekarangan gedung sekolah.

Seokjin memang dikenal sebagai pemuda yang ramah dan murah akan senyum. Namun tak pernah dijumpanya pemuda itu tersenyum entah pada apa seperti kala itu. Dan akhirnya Yoongi-pun memutuskan untuk bertanya daripada harus penasaran dan berprasangka aneh pada sepupunya itu.

Yoongi lantas mendekati meja Seokjin yang masih asik menatap keluar jendela kelasnya sembari berpangku tangan. Diperhatikannya area luar gedung itu, namun tak satupun hal menarik dapat dilihatnya. Kecuali jika paman penjaga yang sedang membersihkan kumpulan daun yang berguguran itu ternyata terlihat menarik di mata Seokjin. Jika tidak, lalu pada apa Seokjin terus tersenyum seperti itu sedari tadi? Sepupunya itu bahkan tak menyadari kedatangannya sampai ia terpaksa mengetuk meja demi mendapatkan atensi pemuda itu.

"Oh, kau, Yoon." Cicit Seokjin tanpa melunturkan senyum di wajahnya begitu didengarnya suara ketukan di mejanya, dan mengalihkan perhatiannya dari seseorang yang sedari tadi terus berlarian di dalam kepalanya. Menyenangkan.

Yoongi memerhatikan mimik di wajah Seokjin lebih seksama. Ekspresi itu, senyum itu, entah mengapa terasa asing di matanya. "Kau terlihat senang?" Ya, ia sedang bertanya, karena tak pernah dilihatnya senyum semacam itu menghiasi wajah rupawan sepupunya.

Ditanya seperti itu membuat Seokjin semakin tersipu. Ia menunduk dalam demi menyembunyikan rona merah yang semakin nampak di wajahnya. Dan hal itu menambah rasa bingung dan penasaran dalam diri Yoongi yang gemas dan akhirnya menyerbu Seokjin dengan guncangan di bahu hingga tampaklah raut memalu pemuda itu tepat di depan wajahnya. Apa yang sedang terjadi pada saudaranya itu?

"Min Yoongi."

Yoongi masih tertegun.

"Sepertinya aku sedang jatuh cinta."

.

.

.

.

Ken meninggalkan Ray begitu saja setelah menyerangnya dengan tendangan, kata-kata membingungkan terkait Seokjin, dan sesuatu entah apa hingga fungsi tubuhnya seakan lumpuh, tak dapat ia kendalikan sesaat setelah sepasang matanya bertatapan dengan kilat kehijauan di mata Ken.

Matahari telah benar-benar terbenam saat Ray akhirnya mampu meraih kembali kesadarannya sedikit demi sedikit. Dalam kegelapan yang menyelimutinya, mata serigalanya berkilat, dan ia mulai memaksakan diri untuk bangkit dan berjalan perlahan.

Ray terus meniti langkahnya di jalanan Smethport. Tak tentu arah. Beberapa orang yang ia lewati menatapnya aneh dan takut lantaran tatapan kosong yang pria itu suguhkan. Kata-kata Ken beberapa saat lalu masih terngiang di telinganya. Namun ia benar-benar tak tahu maksud sebenarnya dari perkataan vampir itu. Mengenai Seokjin, juga pack-nya. Apa yang pack-nya sembunyikan? Mengapa keberadaannya akan menyakiti Seokjin?

Ray mengerang rendah dalam perjalanannya sembari memegangi sebelah kepala yang mulai pusing, namun tetap dipaksakan kakinya untuk terus berjalan. Tak tentu arah.

.

.

.

.

Jimin kembali mengecek ke dapur, dimana suaminya masih termangu sembari tak henti menatapi seorang pria yang tengah menikmati sarapannya dengan lahap. Jimin tak tahu apakah pria itu sedang kelaparan atau memang seperti itulah pola makannya, karena pemuda yang ia ingat bernama Jungkook yang sedang duduk di sebelah pria itu terlihat seperti akan menangis saat lembar demi lembar roti panggang yang tersedia di atas meja makan hampir tandas jika ia tak segera menyelamatkan beberapa lembar untuk dirinya sendiri.

Jimin juga tengah takjub pada apa yang sedang dilihatnya saat tiba-tiba pria itu menoleh padanya dan membuyarkan lamunannya.

"Kudengar dia suamimu," pria itu menunjuk pada Yoongi yang masih terpaku di depannya. "Mau sampai kapan ia akan menatapku seperti itu?" Jujur saja ia merasa sangat tidak nyaman saat seseorang terus menatapnya sedangkan ia sedang menikmati sarapannya.

Jimin mengerjap di tempatnya. Namun alih-alih menjawab, ia justru lebih memilih berlalu dari pria itu. Masa bodoh jika ia merasa tak nyaman pada Yoongi, karena Jimin mulai merasakan pusing di kepalanya. "Ini tidak masuk akal."

Beralih dari ruang makan, Jimin kembali untuk menjumpai Seokjin yang masih terduduk di ruang tengah dengan tangan bersilang di depan dada. Wajahnya juga terlihat bingung mendapati Jimin yang kembali dari pemantauannya. Bingung bagaimana akan menjelaskan perihal pria di ruang makan pada Jimin dan Yoongi.

"Seokjin, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Jimin penuh tuntutan sembari kembali menempatkan dirinya untuk duduk di sebelah Seokjin.

Seokjin juga tak tahu, jujur saja. Semalam, saat ia dan rekan-rekannya akan mulai beristirahat, keempatnya mendengar suara benturan dari arah pintu depan rumah mereka. Jungkook yang kamarnya berada di lantai dua dengan Seokjin segera menghambur menuju kamar pemuda itu karena takut, dan Seokjin sudah membuka pintu kamarnya hendak memeriksa apa yang terjadi, dan keduanya memutuskan untuk turun bersama menuju lantai bawah dengan Jungkook yang terus melingkarkan tangan di lengan Seokjin.

Sesampainya di bawah, mereka telah mendapati Jihoon dan Mino yang telah bersiap di belakang pintu hendak mengecek apa yang ada di luar sana. Jihoon yang dirasa memiliki postur terbaik jelas menjadi andalan untuk maju paling depan, sementara Mino memilih berada di sisi lain Seokjin. Jihoon tanpa ragu membuka kunci, lalu memutar kenop dan membuka pintu secara perlahan. Ia sempatkan sedikit mengintip, ini belum terlalu malam, jadi ia bisa simpulkan bahwa tak akan ada hal berbahaya di luar sana. Dan benar saja, ketika daun pintu sudah sepenuhnya terbuka, Jihoon langsung dibuat terperanjat dengan penampakan sosok tinggi serupa dirinya yang telah terkapar di beranda rumah mereka.

"Raymond?"

.

.

.
To Be Continued.

7 Juli 2019.

MOONCHILD [ Namjin ]Where stories live. Discover now