Tragedy Pt. 2

2.8K 281 43
                                    

Philadelphia, Pennsylvania, USA, 2011, musim gugur.

Namjoon kembali menoleh pada bilik di mana suara jeritan memekakkan telinga yang celahnya mengeluarkan banyak darah usai memastikan bahwa Seokjin telah berada di dalam lift dan benda persegi itu telah meluncur turun menjauhi tempatnya berada kini. Karena hal apapun yang ada di depan sana pastilah sangat mengerikan, dan Namjoon tak ingin sang kekasih menyaksikan hal tersebut agar tak didera trauma berkepanjangan.

Seokjin itu laki-laki, tapi pemuda itu amatlah lembut pula perasa, dan Namjoon tak ingin psikis tunangannya terganggu akan hal-hal mengerikan di depan sana, dan hal itu memotivasinya untuk segera menjauhkah Seokjin dari sana.

Namjoon maju selangkah sembari mengendus - menghirup udara sekitar lebih tepatnya, dan tiba-tiba hidungnya mengkerut akibat aroma asing yang seakan membangkitkan amarah serta rasa jijik, dan ia tak tahu kenapa.

Bagian dalam mulutnya terasa gatal dan nyeri secara bersamaan dikala aroma yang ia hirup sebelumnya seolah menggoda sisi lain dalam diri yang telah lama tertidur untuk bangkit ke permukaan.

Telunjuk Namjoon lantas terangkat demi memastikan sesuatu dalam rongga mulutnya, dan ia mendapati gigi taringnya memanjang dari ukuran semula. Kepala sontak saja celingukan demi mencari cermin atau sejenisnya untuk melihat lebih jelas. Dan tatkala didapatinya pintu lift yang dapat memantulkan refleksi layaknya cermin, ia langsung memutar badan dan mendekatkan wajah seraya meringis hingga dapat dilihatnya benar bahwa sepasang gigi taring telah tumbuh di bagian atas dan bawah dari deretan giginya begitu saja.

Tidak.

Namjoon kembali memberi atensi pada kamar dengan aura mencekam di depan sana, yang memunculkan montase tak menyenangkan dalam retinanya. Pasti ada sesuatu di dalam ruangan itu yang memancing tumbuhnya gigi-gigi taringnya, yang sialnya tak dapat ia pastikan apa.

Namjoon hendak kembali melangkah mendekat saat didengarnya suara derap langkah yang terburu menghampiri tempat itu. Bukan hanya satu orang, Namjoon mendengar beberapa langkah, dan ia harus memperingati orang-orang itu supaya menjauh dari tempat itu. Atau setidaknya meminta bantuan orang-orang itu jika yang datang ternyata laki-laki.

"Benar di sini!" Seru seorang pria pada yang lainnya. Ia menoleh ke sekitar usai memberitahu orang lainnya kala netranya bertabrakan dengan milik Namjoon.

Si pria yang nampak terkejut lalu mencoba mendekat, dan matanya membelalak kala jarak di antaranya serta Namjoon telah terkikis.

"Kau... Kau bukan werewolf dari kawanan kami."

Namjoon tertegun seketika. Sebelah kakinya seakan lemas bagaikan jelly kala ia mundur tanpa disadari dan membuat tubuhnya hampir limbung. Beruntung ia dapat mempertahankan sedikit keseimbangan yang tersisa.

"Bagaimana bisa mereka tahu bahwa aku seorang werewolf?" Namjoon bermonolog seorang diri dalam kepalanya seraya menatapi satu persatu kelompok pria di depan sana.

Awalnya hanya dua pria, namun satu pria lagi menyusul, dan yang satu itu terlihat lebih mendominasi dibanding yang lainnya, dan Namjoon menerka bahwa pria itu adalah pimpinan mereka atau sejenisnya. Ia tak tahu. Ia masih terheran perihal identitas rahasianya yang diketahui oleh salah seorang di antara mereka bahkan hanya dari sekali tatap. Lalu si pria yang tampak seperti pimpinan mereka mulai melangkah mendekati Namjoon, namun terpaksa berhenti diderap kesekian kala suara engsel pintu terbuka mengalihkan atensinya, Namjoon, serta pria lainnya.

Namjoon dan para pria itu menoleh bersamaan ke ruangan di mana darah segar masih mengaliri celah pintu hingga meluas ke bagian luar kamar. Seorang pria bertubuh tinggi nampak keluar dari dalamnya sembari menginjak genangan darah yang tercipta (sepertinya) akibat perbuatannya. Menciptakan montase mengerikan di dalam bagian hotel yang sebenarnya bernuansa cerah. Dan Namjoon semakin dibuat terperangah begitu melihat sosok itu dengan lebih jelas.

MOONCHILD [ Namjin ]Where stories live. Discover now