Past Dream

3.1K 539 58
                                    

Sorot mata kehijauan Ken yang setajam sembilu masih mengunci fokusnya pada dua sosok yang tengah memasuki sebuah rumah di seberang jalan. Namun, sosok yang satu tak terlihat dalam keadaan baik lantaran kondisinya yang tak sadarkan diri dengan tubuh yang berada pada tiap lengan sosok satunya.

"Apa yang telah dia lakukan padanya?" Geram Ken dari tempatnya. Keadaannya yang kini tak memungkinkannya untuk mendekat pada si pemuda yang telah mencuri hati. Walau telah di ingatkan bahwa pemuda itu telah menjadi hak milik orang lain, namun hatinya tak mampu menurut begitu saja. Ada setitik benci yang mencuat kala tahu bahwa pemuda itu tak menjalani hubungannya dengan adil, lalu rasa sakit yang mungkin akan melandanya saat tahu kenyataan yang sebenarnya. Ken benar-benar tak tega memikirkannya.

.

.

.

Ray menyelimuti tubuh Seokjin yang masih tak sadarkan diri setelah membantu melepas mantel yang Seokjin kenakan dengan lembut. Ia terus duduk disisi ranjang selama beberapa saat sembari mengusapi kepala Seokjin dengan sayang. Ada penyesalan yang teramat mengingat tindakannya dalam memperlihatkan wujud serigalanya pada Seokjin mungkin saja telah memberikan efek kejut yang sangat pada pemuda itu. Di helalah napasnya pasrah. Kini ia harus berpikir mengenai berbagai cara untuk mendekati pemuda itu jika esok hari Seokjin justru mengalami trauma atau bahkan phobia terhadap dirinya. Dan memikirkan hal itu membuat Ray seolah siap mati jika Seokjin tak mampu menerima kehadirannya sama sekali. Apa gunanya hidup tanpa mate yang tak bisa menerimanya, sedangkan rasa cintanya tumbuh tiap harinya.

Ray melepas kaca mata Seokjin perlahan dan meletakkannya di atas nakas, lalu kembali mendekat untuk memberikan kecupan di kening Seokjin sebelum berdiri dan berpamitan pada tiga orang lainnya yang terus menyaksikan melodrama itu dalam diam.

"Tolong jaga dia." Ucapnya lalu melangkah pergi setelah menoleh sekali lagi pada Seokjin yang masih tertidur demi meluapkan rasa rindu yang mulai menderanya. "Selamat malam, Jinseok."

.

.

.

"Kau melamun, Jinseok?"

"Ada sebuah teori mengenai serigala yang pernah kudengar. Serigala hanya setia pada satu pasangan seumur hidupnya, bukankah itu romantis, Joon?"

"Lalu apa gunanya aku menjelaskan hal tadi padamu?"

"Ish, aku mendengarkan, kok. Jika legenda itu benar, apakah werewolf juga akan setia pada pasangannya?"

"Kau tidak takut pada werewolf, Jin?"

"Bukankah itu hanya legenda?"

.

.

"Namjoon... apakah ini karma untukku karena telah menanyakan hal itu padamu? Bagaimana bisa aku menjadi mate seorang werewolf disaat perasaanku padamu tak pernah berkurang sedikitpun bahkan saat aku tak bisa lagi melihatmu? Tak pernah sedetikpun dalam empat tahun ini kuhabiskan tanpa mengingatmu, Joon. Bagaimana bisa takdir setega itu merenggutmu dariku dan membuatku mengalami hal gila ini, Namjoon?"

Setetes air mata mengalir diwajah pulas Seokjin kala ia usai berdialog dengan dirinya sendiri. Rasa kehilangan yang selama ini menggerogotinya kembali menyeruak bak air bah yang tak mampu dibendungnya, dan hal itu kembali menyakitinya.

.

.

.

Ray masih terduduk dimobilnya saat rasa sakit itu kembali menusuk dadanya bagai belati. Ia lantas menatap pada rumah yang belum ditinggalkannya, "apa Seokjin sedang bermimpi?"

MOONCHILD [ Namjin ]Where stories live. Discover now