Own

2.2K 410 132
                                    

Jihoon spontan saja menoleh pada si pemilik nama begitu mendengar nama itu diteriakkan dari lantai bawah, dan membuat tatapan keduanya bertemu kemudian saling memandang dengan heran.

"SEOKJIN."

Seokjin terus menatap ke arah pintu kamarnya, sementara Jihoon masih setia pada posisi semula sembari menunggu sosok yang akan muncu dari arah tangga.

Keduanya telah hapal betul siapa si pelaku yang telah menyebabkan keributan kecil itu dari suara yang membahana ke seluruh rumah, hingga Mino yang semula berada di kamar sontak keluar dan bergerak akan mencari tahu, namun harus pemuda itu urungkan begitu melihat bahwa tersangka yang tengah dicari rupanya lupa menutup kembali pintu yang memungkinkan udara dingin masuk ke dalam rumah. Jika sudah seperti itu rasanya penghangat di rumah itu takkan berguna jika harus melawan dinginnya udara Smethport kini.

Mino berdecak sebal sembari menutup pintu saat Jungkook keluar dari dapur dan memperhatikan tangga yang sebelumnya penuh akan suara derap langkah kaki yang terdengar terburu, dan ia berharap semoga saja rumah itu tidak runtuh akibat perilaku orang itu.

"Hyung itu sepertinya telah menganggap rumah ini seperti rumahnya sendiri." Gumam Jungkook sembari mengusap tangan yang basah usai mencuci beberapa alat makan di dapur.

"Memang." Sambung Mino percaya diri lalu mulai berjalan kembali menuju kamarnya.

Jungkook terdiam beberapa saat usai mendengar penuturan Mino, lalu kembali buka suara karena penasaran. "Apa maksudmu, hyung?"

Mino menghentikan langkahnya seketika, dan Jungkook hanya dapat melihat punggung pemuda itu yang sedikit bergetar sebelum akhirnya berbalik padanya secara perlahan.

"Maksudku, karena ada Seokjin di sini, dia jadi menganggap rumah ini seperti miliknya." Jelas Mino cukup tenang dengan mata yang beberapa kali berkedip janggal. "Kau tahu kan, kalau mereka berpacaran?"

Jungkook kemudian membuka mulutnya pertanda bahwa ia paham akan penjelasan yang Mino utarakan. Ia tak terlalu berpengalaman dengan hubungan percintaan, namun ia tahu bahwa ada kalanya sepasang kekasih merasa saling memiliki akan benda-benda yang dimiliki satu sama lain.

.

.

.

"Seokjin!" Ray menghambur begitu saja kala tungkainya sampai di kamar Seokjin, mengabaikan Jihoon yang hampir terpelanting karena tubuhnya sempat tertabrak oleh Ray seolah pria itu tak merasa atau melihat seseorang di sisi pintu kamar Seokjin, lalu bergegas menghampiri pemuda yang sangat ia cintai itu dan memeluk yang bersangkutan tanpa peduli bahwa ada sepasang mata yang menyaksikan pemandangan itu dengan canggung, dan akhirnya memilih untuk meninggalkan tempat itu seakan memberi kesempatan pada keduanya.

Ray memeluk erat tubuh Seokjin yang masih terbalut selimut hingga dada. Sebelah tangannya lantas merengkuh kepala belakang pemuda itu untuk ia usap dengan lembut, dengan penuh akan rasa sayang beberapa kali, lalu wajahnya ia tenggelamkan di antara ceruk leher Seokjin, menyesap dengan rakus aroma gourmand dan musk yang menguar dari pemuda rupawan itu.

"Nghhh, Ray." Seokjin melenguh rendah kala ia merasakan bibir Ray mengecup kulit lehernya yang terbuka, dan membuatnya bergerak tak nyaman dalam rengkuhan pria itu.

Ray hampir saja kehilangan kendali andai saja Seokjin tak mendorong dadanya perlahan dan membuat pelukan keduanya terlepas. Namun Ray masih tak ingin melepaskan kedua tangannya dari tubuh pemuda itu, dan ia bersyukur bahwa Seokjin tak menolak afeksi kecil yang tersisa pada tubuh pemuda itu.

MOONCHILD [ Namjin ]Where stories live. Discover now