Bagian 25

106K 16.2K 4.4K
                                    

Jangan lupa vote dan komennya guys😭

~Happy reading~


____

"Kali ini Kak Seyra benar-benar keterlaluan!"

Mentari menatap lekat Seyra dengan mata berkaca-kaca kemudian menoleh sedih pada Mamanya yang sudah terisak.

Terlihat Mentari beberapa kali menghela napas seolah menangani rasa sesak di hatinya. "Selama ini aku diam sama semua yang udah Kakak lakuin sama aku. Aku sama Mama sekalipun nggak pernah benci sama Kak Seyra walaupun kami tahu Kak Seyra nggak pernah bisa nerima kami," kata Mentari pedih. Air matanya meluruh. "Aku nggak terima Kakak hina Mama aku. Kak Seyra boleh lampiaskan semua kemarahan Kakak sama aku, bully aku seperti biasa, hina aku, caci maki aku---tapi jangan pernah merendahkan Mama aku. Anak manapun nggak akan terima kalau ibunya diperlakukan seperti itu." Ucapan Mentari membuat Mamanya semakin menangis.

Ratih mengangkat kepalanya ikut menatap Seyra kemudian berkata lembut namun ada nada terluka disana. "Tante berusaha sebaik mungkin untuk bisa menjadi ibu kamu. Nggak masalah kalau kamu masih belum bisa nerima Tante maupun Mentari. Tapi yang harus kamu tahu kami tetap menyayangi kamu, Seyra." ujarnya sambil mengusap air matanya.

Seyra menatap mereka semua dengan pandangan datar. Dia mengamati semua drama ini dalam diam. Suasana di meja semakin dingin, dingin dan dingin. Emosi dan kesedihan mendominasi ruang makan ini bahkan para pelayan yang biasa mundar-mandir melewati ruangan ini----mereka tidak ada yang berani keluar atau mengeluarkan suara.

Damian menghela napas panjang, dia ikut memusatkan pandangannya pada Seyra. "Kamu puas sekarang Seyra? Lihat, Ratih dan Mentari tetap menyayangi kamu meskipun kamu selalu mencari masalah dan berusaha melukai mereka." Dia benar-benar kecewa dengan sikap Seyra yang semakin keterlaluan.

"Mas, nggak papa kamu juga jangan terlalu menyalahkan Seyra. Aku dan Mentari baik-baik saja."

"Anak itu memang sudah keterlaluan, Ratih. Tolong maafkan Seyra, andaikan saat itu dia dididik sebaik kamu mendidik Mentari pasti sekarang dia tidak akan seperti ini." Ya, dia semakin menyesal membiarkan Seyra diasuh oleh mantan istrinya dulu. Sekarang lihat, anak itu menjadi egois dan tidak berperasaan.

"Setiap ibu punya cara sendiri untuk mendidik anak, Mas." ucap Ratih.

"Tapi, mantan istri aku gagal," keluh Damian.

Dia kemudian menghela napas pelan lalu menoleh dan berkata kepada Seyra. "Dendam dan kebencian kamu itu benar-benar sudah diluar batas, Seyra. Kamu tutup mata sama semua orang yang tulus sama kamu. Sulit sekali buat kamu untuk mengikhlaskan masa lalu dan mulia hidup di masa kini, dunia nggak terus berporos sama kamu, Seyra. Semua orang punya batas sabarnya sendiri." Damian mengusap wajahnya sendiri. Tidak tahu harus bagaimana membuat Seyra mengerti dan melupakan kebenciannya.

Prok! Prok! Prok!

Tepukan tangan nyaring itu berasal dari kedua tangan Seyra. Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi lalu berkata dengan suara renyah, "Udah ngomongnya?" tanya gadis itu dengan sudut bibir terangkat.

Mereka semua menatap Seyra penuh tanya.

Seyra berdecak sambil menggelengkan kepala. "Ck, Menjijikan," cetusnya seraya memandang pasangan suami istri itu.

Lalu matanya bergulis pada Mentari. "Oh iya, Mentari ... Ngomong-ngomong bagian mana dari kalimat gue yang buat Mama lo merasa terhina, hm?" tanya gadis dengan sorot mata Seyra terlihat malas namun dingin di saat bersamaan.

Sepertinya Mentari ingin menjawab, tapi entah mengapa bibir gadis itu malah kembali terkatup.

Seyra malah terkekeh pelan. "Padahal semua yang gue ucapin itu fakta, kalau Mama lo ngerasa terhina ya jangan salahin gue, udah tahu perbuatan hina kenapa masih dilakuin, giliran kaya gini malah playing victim," beber Seyra sebelum menyesap minuman jeruknya santai. "Manusia-manusia kaya kalian ini----gimana ya gue bilangnya ... Em, drama queen, Eh? Lumayan cocok walaupun sedikit kabagusan sih menurut gue," Seyra tertawa padahal semua orang di ruangan ini berwajah tegang.

Another Seyra! Antagonist Girl [End]Where stories live. Discover now