Bagian 39

89.5K 14.7K 10.3K
                                    

Yuhuuu aku datang! Makasih untuk vote dan komennya di chapter sebelumnya, luv bngt♡♡♡

Gimana kabar kalian?

Kalo boleh tau kalian line berapa?

Sebelum baca komen disini dulu yuk, meskipun cuman satu kata atau emot aja buat nunjukin keantusian kalian sama cerita ini😁




Tolong tandain typo ya!

Happy reading

____

Setelah keluar dari toilet, Seyra melangkah santai menuju kantin untuk menyusul Maddy yang sudah menunggunya di sana. Tatapan matanya lurus ke depan, sementara mulutnya sibuk mengisap permen susu rasa cokelat. Saat sampai di koridor kelas sepuluh, mata Seyra sedikit melebar ketika berpapasan dengan Adam yang terlihat berjalan kearahnya.

Cowok itu memakai baju basket dan satu tangannya juga membawa sebuah bola basket. Saat tatapan mereka bertemu, Adam tersenyum tipis pada Seyra.

"Hai, Dam! Mau latihan, ya?" sapa Seyra saat mereka sudah berdiri berhadapan.

Adam menatap Seyra sejenak sebelum menjawab. "Engh, iya." Dia berdehem pelan. "Lo nggak ke kantin?" tanya cowok itu.

"Ini baru mau kok," jawab Seyra sambil kembali membuka bungkus permen lalu memakannya.

Adam hanya mengangguk, dia melihat sekitar terlebih dahulu sebelum kembali menatap Seyra. "Ehem, kalau gitu gue duluan, ya, Sey. Udah ditunggu anak-anak di lapangan," pamit Adam dan tanpa menunggu balasan Seyra, cowok itu sudah terlebih dahulu tergesa pergi.

Seyra mengangkat satu alisnya, membalikan badan melihat punggung Adam yang semakin mengecil dan jauh. Ia menghela napas pelan lalu kembali berbalik untuk meneruskan langkahnya.

Bukannya tidak menyadari bahwa sejak pertemuan mereka di cafe---saat Adam menyatakan persaannya, sejak saat itu Adam terlihat menjaga jarak dan menghindarinya.

Yang paling ketara adalah seperti tadi, setiap kali mereka berpapasan atau tidak sengaja bertemu ... Adam seolah sengaja mencari alasan untuk pergi cepat dan menyingkir dari hadapannya. Padahal sebelumnya meskipun gugup dan kikuk setengah mati cowok itu tetap berusaha mencari topik obrolan agar percakapan mereka menjadi panjang.

Sejujurnya Seyra sangat maklum mengapa Adam bisa bersikap seperti itu. Adam menyukainya dan ia malah menolak cowok itu, siapa yang tidak sakit hati saat menerima kenyataan itu. Setiap orang punya cara sendiri untuk menyembuhkan patah hati, mungkin dengan menjauhi orang yang menjadi penyebab patah hati----itu sebagai bentuk cara Adam untuk menyembuhkan lukanya.

Ada sebersit iba di dalam hatinya, ketika menyadari Adam sudah begitu lama menyukai Seyra dan ia malah menolak cowok itu. Namun, sekali lagi ... dirinya tidak ingin menjadi jahat dan naif dengan menerima perasaan seseorang hanya karena rasa kasihan, menurutnya perasaan tidak sebercanda itu.

Seyra menghembuskan napas berat. Masalah hati memang sering kali membuat orang menjadi tak karuan. Maka dari itu, sejak dulu ia tidak terlalu ambil pusing perihal asmara, ia lebih suka menyibukan diri dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan, contohnya ... makan.

Another Seyra! Antagonist Girl [End]Where stories live. Discover now