CHAPTER 1

6.5K 539 5
                                    

Hi!
Ini buku sequel nya dari 'Back For You', dan sekarang icha cuma minta kesadaran readers sekalian ya kalo bikin cerita itu ga mudah tau:3

Icha maklum kalo kalian ga mau komen, tapi minimal ya vote gitu. Jangan pas prolog sama epilog diang tapi  SETIAP CHAPTER lho!

Ok, enjoy it!

***

CHAPTER 1

 

Kurapatkan mantelku saat aku berjalan membelah salju didepan pekarangan rumah. Satu pekan lagi natal akan datang. Rumah tetangga sudah berhias berbagai macam hiasan natal. Lampu lampu hias menempel disetiap sudut rumah, pohon, pagar, dan apapun yang bisa mereka tempeli dengan lampu hias.

Udara putih keluar dari mulutku saat aku menghembuskan nafasku dengan keras. Ini sudah kali ketiga aku mengecek Gucci emas yang melingkar dipergelangan tangan kiriku.

Tak lama sebuah Range Rover hitam berdiri didepan ku. segera saja aku masuk dan memasang sabuk pengaman, “selalu saja terlambat. Dan kali ini kau terlambat satu jam lebih lama dari yang lalu.” Keluhku.

“maaf, tadi ada masalah mendadak di Management yang harus segera kuselesaikan hari ini juga.” Jawabnya, “masalah siapa lagi kali ini?”

“Zayn.” Aku menoleh kearahnya yang masih terus terfokus pada jalanan didepan kami, “apa lagi yang diperbuatnya?”

“dia memukul seorang polisi lalu lintas hingga jatuh pingsan.” Jelasnya singkat, “anak itu, pasti saja ada masalah yang dia buat. Baru saja satu minggu dia kembali dengan rutinitasnya sebagai artis.” Komentarku.

“dia dalam masa sulitnya. Dia sedang terjebak dalam pilihan nya sendiri.”

“pilihan? Pilihan apa?” tanyaku makin penasaran, “nanti kau juga akan tahu. Nah, ini daftar barang yang Elle titipkan.” Aku mendengus sebal karna dia mengalihkan pembicaraan tentang Zayn dengan menyerahkan sebuah kertas putih yang dilipat dua kali.

Aku membaca keseluruhan daftar itu. ada beberapa bahan untuk membuat kue, keperluan Tom juga aksesoris natal. Hanya itu. mudah sekali.

Pemandangan diluar mobil sangat membosankan. Tertutup putihnya salju, membuat semua nya tampak pucat. Aku lebih suka musim panas. Semua bisa menampilkan warna yang mereka miliki. Tidak pucat dan membosankan seperti ini.

Louis memarkirkan mobilnya disebuah pusat pemberbelanjaan yang cukup besar di London. Kami berdua turun dan masuk. Disini lebih banyak warna, yang paling mendominasi adalah merah, emas dan hijau. Ditengah ruangan juga ada sebuah pohon natal yang menjulang tinggi diantara semua rak dengan bintang emas dipuncak nya.

“Kate, ayo lewat sini.” Ujar Louis. aku mengikutinya sambil mengambil berbagai keperluanku juga barang yang Elle titipkan kepada kami berdua.

Tiba disuatu persimpangan rak, Louis memintaku untuk meneruskan mencari barang barangku sendiri, dan dia yang mencari barang yang tersisa dari daftar Elle. Aku membelokkan troliku kearah tempat aksesoris natal.

Berbagai gantungan pohon natal tersedia. Aku mengambil beberapa bola kaca berwarna emas dan merah serta beberapa aksesoris lainnya

“Katniss?” panggil sebuah suara dari sebelah kiriku. Kutolehkan kepalaku dan menemukan Safaa sedang memandangku sejenak dan langsung tersenyum lebar, “Safaa!” dia berlari kecil kearahku dan mendarat kepelukanku.

I missed you so much, Katniss.” Katanya setelah melepaskan pelukan kami, “aw! I missed you too my little princess..”jawab ku.

“kau kesini dengan siapa?” tanyaku, “aku kesini bersama—“sebuah suara halus yang menggetarkan hatiku terdengar memanggil namanya dari arah belakang.

Reflek, aku membalikkan tubuhku dan menemukannya sedang memandang kami berdua dengan troli yang dipegangi oleh Waliyha. Waliyha yang menyadari kehadiranku, langsung bereaksi sama seperti Safaa. Kami berpelukan cukup lama setelah akhirnya melepaskan pelukan kami.

“sudah selesai?” tanya nya dengan nada dingin yang selalu dia perdengarkan kepadaku, “belum.” Jawab Waliyha ketus.

“hi, Zayn.” Sapaku dengan seulas senyum diwajahku, “hi.” Balasnya sama dingin dengan sebelumnya. Bahkan aku tidak mendapatkan balasan senyum. Menyakitkan memang. Tapi, aku tidak akan menyerah.

“apa kabarmu?” tanyaku, “baik.”

“Kate, natal nanti kau harus datang kerumah kami, ok?” tawar Waliyha yang mengalihkan pandanganku dari Zayn, “tidak.” jawaban itu bukan berasal dari mulutku, tapi dari mulut Zayn.

Kami memandang Zayn dengan penuh tanya, “apa? Aku hanya tidak ingin ada orang asing dirumah kita saat natal nanti.” Jawabnya.

“ish! Kau fikir kami akan mendengarkan alasanmu? Aku dan Safaa akan tetap mengundang Katniss untuk datang saat natal nanti. Dan  Katniss juga bukan orang asing, tahu!” bela Waliyha, “prove it.” Kenapa dia kembali menjadi Zayn yang dingin seperti ini, Tuhan.

“Lihat saja, jika memang Katniss bukan orang asing, Mum pasti setuju kalau Katniss datang natal nanti!” ancam Waliyha. Zayn hendak membuka mulut untuk mendebat kembali, tapi kedatangan ibu Zayn menghentikannya.

“oh, ternyata kalian semua disini! Syukurlah! Dan—oh astaga, Katniss!” ibu Zayn langsung memelukku erat, “aku sangat merindukanmu, sweetheart!

“aku juga merindukanmu, mum..” aku melihat Zayn memutar matanya diekor mataku. Dia belum terbiasa dengan kehadiranku untuk sekarang.

momma, bolehkan Katniss datang saat hari natal nanti?” rengek Safaa, “tentu saja boleh!” respon ibu Zayn cepat.

“aku tidak setuju.” Tapi sayang, omongan Zayn tidak terdengar oleh mereka. Mereka sibuk meledek kekalahan Zayn tadi.

Tidak lama, Louis ikut bergabung bersama kami. Zayn menarik Louis kesebuah sudut hingga pembeicaraan mereka tidak dapat terdengar olehku. Setelah mengobrol cukup lama dengan Zayn sambil beberapa kali memberikanku tatapan tajam, merekapun kembali bergabung bersama kami.

Aku dan Louis menyudahi acara belanja kami lebih dahulu. Zayn sama sekali tidak memberikan salam perpisahan sama sekali kepadaku. bahkan sebuah senyum pun tidak dia berikan.

Hati-hati, Zayn..

****

tolong tinggalkan vomment, please :)

My Reason [COMPLETED // ZAYN's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang