CHAPTER 10

3.3K 323 0
                                    

CHAPTER 10

"ada apa?" tanyaku setelah menutup pintuku dari luar, "hanya ingin berkunjung." Dia tersenyum kepadaku juga temannya ikut tersenyum.

"kenapa kau tidak bilang? dapat darimana alamat flatku?" senyuman telah hilang dari wajahnya. Ya seharusnya begitu. Dia atau mereka sudah merusak momen indahku bersama Zayn tadi. Aku tidak marah. Hanya sedikit kesal.

"kau tidak ingin kami kemari?" tanya Ashton, "tidak, bukan seperti itu.. ah, sudahlah ayo masuk.." aku membuka kembali flatku dan mempersilahkan mereka masuk.

"siapa, Kate?" tanya Zayn dari dalam dan dia sedang berdiri serta terlihat salah tingkah dengan datangnya Luke, Ashton, Callum dan Michael bersamaku. Aku berpindah posisi menjadi berdiri disamping Zayn dan memperkenalkan mereka.

"sebaiknya aku pulang dulu." Pamit Zayn. Air mukaku berubah-kecewa. Walau aku tahu flat kami saling berhadapan, tapi tetap saja, "oh, baiklah.." lirihku pada akhirnya.

Zayn pun berjalan meninggalkan kami. Setelah memastikan pintu tertutup sempurna. Aku mengalihkan pandanganku kepada Luke yang sedang menatapku sambil tersenyum bodoh, "apa? Kenapa kau memandangku seperti itu?" tanya nya.

"idiot! Kau merusak pagiku!" bentakku pada Luke, "oh, jadi dia yang membuatmu terlihat kesal tadi?" timpal Callum.

"bagus kalau kalian sadar!" jawabaku ketus, "dia pacarmu?" tanya Ashton.

Apa yang harus kujawab? Kami tidak berpacaran tapi.. "bu-bukan. Tapi, tetap saja!" Jawabku cepat, "lalu kenapa kau marah, dia bukan pacarmu, kan?"

Napasku memburu. Kenapa aku bisa memiliki teman seperti mereka. Mereka sangat, sangat, sangat menyebalkan. Kepalaku serasa mendidih hanya dengan meladeni pertanyaan mereka.

"kalian." Tunjukku satu persatu dari mereka, "lakukan apa saja yang kalian mau disini. Aku ingin mandi. Jangan buat kacau, Luke!" tegasku. Terutama pada luke. Karena dia biang dari kekacauan dimanapun.

"ah, kau tidak asik!" bantah Luke, "Luke! Kalau kau mengacau, aku tidak akan membukakan pintuku lagi untukmu. Ingat itu!"


***


Bahkan hari hari berlalu terlalu cepat dengan hadirnya Zayn. Hampir setiap hari Zayn mengetuk pintuku untuk sarapan bersama. Walau Zayn tidak terlalu banyak bicara, setidaknya dia masih mau menemui dan mencicipi makanan yang kubuat untuknya.

Kuliah ku sudah berjalan selama satu minggu. Tidak terlalu mengerikan, sebenarnya. Hanya saja, statusku sebagai adik Louis dan berita tentangku dan Zayn membuat mahasiswa lainnya belum ada yang mau berteman denganku.

Aku juga bekerja paruh waktu disebuah café kecil didekat flatku. Memang, Louis selalu mengisi tabunganku dua puluh lima ribu pound setiap dua minggu sekali. Nominal yang cukup untuk kehidupanku. Tapi, aku ingin membiayai flatku ini dengan uang jerih payahku sendiri.

Jam menunjukkan pukul dua siang. aku sudah siap untuk berangkat ke café dimana aku bekerja. Mengunci flat sebelum aku pergi dan menatap pintu didepan flatku yang tertutup rapat. Apa dia pergi bekerja disaat weekend seperti ini?

Basement terlihat lebih penuh daripada hari kerja. Mungkin mereka lebih memilih bersantai didalam, atau menikmati London dengan menggunakan transportasi umum. Mataku terpaku pada sebuah mobil hitam yang sudah kuhafal sejak beberapa tahun yang lalu, mobil Zayn. Ternyata dia tidak bekerja.

Mobilku terparkir dengan berjarak beberapa mobil dari mobil Zayn. Aku mencoba menyalakan mesin mobilku tapi tidak kunjung menyala, "oh, c'mon!" gerutuku sambil terus memaksa mobil menyala. Tapi, yang terjadi hanyalah mobilku hanya mengeluaran dengkingan layaknya kuda.

My Reason [COMPLETED // ZAYN's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang