CHAPTER 13

2.7K 337 3
                                    

CHAPTER 13

 

Sepulang dari kuliah aku langsung menuju café. Shift ku hari ini adalah bersama dengan Jo. Sedikit malas bekerja bersamanya. Karena yang dia bicarakan hanyalah tentang para artis pria. Dia begitu terobsesi dengan lawan jenis.

Café hari ini terlihat sepi. Bahkan aku sampai mengerjakan hal yang sama sekali tidak penting demi menghindari celotehan Jo.

Aku mengepel lantai, mengelap etalase, dan gelas-gelas yang sebenarnya tidak perlu kulakukan. Karena itu semua sudah dalam keadaan bersih.

Lonceng tanda ada pelanggan masuk pun tidak sampai memecah konsentrasiku yang sedang mengepel, hingga teriakan Jo lah yang mengagetkanku, "selamat malam! Selam—ZAYN MALIK!!"

"Zayn?" gumamku saat menemukan sosoknya sedang berdiri memandangiku. Tampilannya sedikit berantakan. Lengan kemeja yang keduanya dilipat asal hingga batas siku, dasi yang sudah longgar dan tas serta jas hitam berada didalam satu tangan kanannya Rambutnya tidak kalah berantakan seperti dipagi hari.

"Akhirnya aku bertemu dengan mu! Oh, astaga!" Jo berlari dari balik counter kearah Zayn dan langsung memeluk Zayn dengan erat. Wajah Zayn langsung mengerenyit jijik dan memaksa Jo melepaskan pelukannya.

"maaf, bisakah kau bersikap normal?" pinta Zayn setelah lepas dari pelukan Jo, "tentu saja tidak! aku fans berat mu, Zayn!" dan Zayn langsung melangkah mundur saat Jo berusaha memeluknya lagi.

"maaf, nona. Aku kesini untuk minum kopi, bukan untuk melayani bekas fansku." Ujar Zayn dingin. Dia menatapku dan aku memberikannya senyum singkat seraya mengangkat bahuku.

"aku masih fans mu, Zayn! Aku tidak akan berhenti menyukai mu!" Zayn memutar bola matanya dan menatapku lagi, "aku tidak jadi minum kopi disini. Permisi." Dan Zayn langsung keluar dari café ini.

Bahkan teriakan Jo yang berusaha mencegahnyapun tidak digubris olehnya sama sekali. Zayn tetap berjalan dan menghilang dibalik mobilnya.

"kenapa kau tidak mencegahnya, Kate?!" tanya Jo kelewat keras, "untuk apa aku mencegahnya?" tanyaku sambil menyeret pel ini ke dapur.

"ini kali pertamaku bertemu dengan idola besarku! Kau seharusnya membantuku mencegahnya pergi! Kau kan tahu aku sangat menyukainya!" dia terus membuntutiku hingga aku menaruh pel pada tempatnya.

"itu salahmu. Kenapa juga kau bersikap seperti tadi?" tanyaku kembali.

"aku bersikap layaknya seorang fans, tentu saja! Memangnya aku harus bersikap seperti apa?" aku tidak menghiraukannya dan kembali kedepan.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Waktunya café ini tutup. Aku membalikkan tanda 'OPEN' menjadi 'CLOSE' . mengunci pintu serta menurunkan semua tirai untuk menutup dinding kaca café.

"kau seharusnya bersikap layaknya seorang pelayan yang profesional. kau bisa memintanya baik-baik untuk berfoto atau semacamnya setelah dia mendapatkan apa yang dia mau." Jelasku pada akhirnya.

Dia tidak  merespon pernyataanku lewat lisan. Dia melampiaskannya lewat perbuatannya, dengan merapihkan letak kursi dengan tenaga yang kurasa lebih daripada cukup.

Aku pulang setelah memastikan café benar-benar sudah tertutup rapat. Udara dingin menusuk hidungku saat aku berjalan menuju mobilku. Jo tidak berbicara denganku lagi sejak tadi. Yeah, cukup canggung tapi aku suka.

Aku menyempatkan membeli pizza dua kotak dan dua botol besar soda. Aku punya rencana untuk sesampainya diflat.

Pintu didepan pintu flatku tertutup rapat. Apa dia sudah tidur? Semoga saja tidak.

Segera saja aku mandi dan menyiapkan segala keperluan dalam rencanaku. Setelah semua siap, aku keluar dengan sandal buluku untuk memanggilnya.

Aku sudah mengetuk pintu ini selama dua menit. Tapi, kenapa tidak ada respon sama sekali? Apa dia sudah tidur? Mustahil.

"ada apa?" tanya nya langsung saat membukakan pintunya untukku. Dia hanya memakai boxer hitam tanpa atasan sama sekali. Oh, astaga. Pemandangan ini sungguh tidak baik untukku.

"aku ingin mengajakmu makan malam. Kau pasti belum makan malam bukan?" dia menyenderkan tubuh kirinya pada daun pintu serta melipat kedua tangannya didepan dada, "aku tidak lapar."

"Zayn, please.."

"no."

"aku sudah menyiapkan segalanya, Zayn. Ku—" suara perut Zayn memotong ucapanku. langsung saja, senyum kemenangan merekah diwajahku, "ha! Gotcha!" aku menjetikkan jariku didepan wajahnya.

"aku sedang tidak ingin makan." Dia sungguh keras kepala, "Zayn, aku sudah bilang. aku sudah menyiapkan dua dus pizza, dua botol soda, pop corn dan semua dalam porsi besar. Dan aku juga sudah membuatkanmu secangkir kopi. Semua itu juga gratis. Tidak akan ku masukkan dalam daftar hutangmu, kok."

"ak—"

"aku tidak dapat menerima penolakanmu." Tanpa seizinnya aku menariknya kedalam flatku. Dan mendudukkannya paksa keatas sofa.

"kau wanita terkasar yang pernah aku kenal. Kau bahkan tidak menunggu persetujuanku." Cibirnya, "aku sudah memintanya tiga kali dan terus kau tolak. Nah, kau mau nonton film apa? Aku punya banyak film disini." Aku menunjukkan semua koleksi dvdku padanya.

Dia melihat satu persatu judulnya dan dia mengangkat satu dvd, "Transformers Four, Age Of Extinction. Ini saja." Dia menyerahkan nya padaku dan langsung saja kumasukkan kedalam dvd player.

"nah, silahkan makan!" aku mendaratkan bokongku disampingnya dan langsung menyambar satu potong pepperonipizza didepanku.

Meja didepan kami penuh dengan makanan yang tadi kusebutkan, ditambah dengan puding, chips, serta French fries.

"tumben sekali kau mengadakan makan malam seperti ini?" tanyanya, "malam ini masih terhitung hari ulang tahun mu. Kau juga tidak terlalu menyukai pesta. Jadi, ya aku ingin kau merayakannya secara sederhana saja. Seperti ini." jelasku.

"jadi, semalam kau tertidur didepan pintuku itu belum cukup?"

"tentu saja belum."

Kami sibuk dengan makanan kami masing masing. Dia terus melahap pizza nya, potong demi potong hingga dus pertama berhasil kosong.

"Zayn.." panggilku, "hmmm.." gumamnya.

"ini hadiah untukmu. Maaf, kalau kau tidak suka." Aku menyerahkan kotak hitam kecil padanya.

"apa ini? aku tidak butuh hadiah. Sudah cukup semua yang kuterima hari ini." jawabnya.

"sungguh, ini tidak mahal sama sekali. Terimalah.." rayuku dan akhirnya dia menerima hadiah dariku.

Dia membuka pita emas yang melingkar  disekitar kotak itu. lalu dia menarik sebuah gelang hitam dengan sebuah batangan titanium yang berada ditengahnya, "you are who you are. Apa maksudnya?" tanyanya setelah membaca tulisan tegak bersambung yang berada diatas batangan titanium itu.

"you are who you are. Tidak peduli apapun yang terjadi padamu, kau adalah kau. Kau tidak akan pernah menjadi orang lain, Zayn." Jelasku singkat dan dibalas dengan anggukannya. Lalu dia memasangnya pada pergelangan tangan kanannya.

Dia memandanginya beberapa detik sebelum berkata padaku, "aku suka ini. terimakasih, Katniss."

Teruslah tersenyum, Zayn. Jadikan aku alasan dibalik senyumanan itu. cepatlah kau ingat aku kembali. mengingat bagaimana aku mencintaimu, serta betapa berartinya kau untukku..



***

well, ini updated terpagi selama icah punya wattpad :) karena disekolah gada guru dan daripada nganggur jadi ya gitu deh :)


leave your COMMENTS & VOTES, okay?

next chapter sekitar beberapa jam lagi ya!


-Ichanfta

My Reason [COMPLETED // ZAYN's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang