CHAPTER 11

3.1K 323 0
                                    

CHAPTER 11

alarm berbunyi nyaring dari handphone yang berada dimeja sebelah tempat tidurku. Mataku begitu berat dan tubuhku juga enggan beranjak dari kasur ini. kamar ini terasa lebih dingin dari biasanya.

Tapi, alarm yang terus berbunyi menandakan bahwa sekarang sudah pukul setengah tujuh pagi. Saatnya dimana aku membuatkan sarapan untukku dan Zayn.

Dan dengan enggan aku bangkit untuk mencuci mukaku. Melihat bayangan diriku sendiri didalam cermin saat pagi hari adalah hal yang paling memuakkan. Rambutku seperti habis di sisir kearah atas dengan paksa.

Kucoba merapihkan rambutku dengan jari-jariku dan mengikatnya menjadi satu. kusikat gigiku serta mencuci mukaku segera sebelum beranjak kedapur. Sambil membersihkan diri aku memikirkan menu apa yang akan kusajikan hari ini. Mungkin aku akan mencoba membuatkan Zayn nasi goreng untuk hari ini.

Tepat pukul tujuh pagi Zayn masuk kedalam flatku tanpa mengetuk. Itu sudah menjadi kebiasaan kami, aku selalu membuka pintuku sebelum jam menunjukkan pukul tujuh. Dia duduk dan menenggelamkan wajahnya diantara lengannya yang ditekuk diatas meja makan.

"morning, Zayn!" sapaku saat aku masih sibuk menggoreng telur mata sapi untuk pendamping nasi gorengku. Dia hanya merespon dengan sebuah erangan yang dapat kuartikan sebagai sapaan selamat pagi darinya. Beberapa menit kemudian sarapan siap. kuletakkan semua makanan juga sekotak susu putih dan dua gelas kosong diatas meja makan.

Zayn mengangkat wajah kusutnya menatap makanan yang sudah siap didepannya. Seperti biasa, dia menampilkan tampilan paginya dengan rambut kusut, boxer hitam dan kaus putih longgar kepadaku. hanya saja, hari ini dia menambahkan mata yang memerah.

"kau tidur larut tadi malam?" tanyaku sambil mengisi piringnya dengan nasi goreng, "yeah begitulah.. ada pekerjaan yang harus kuselesaikan tadi malam." Jawabnya dengan suara seraknya.

Kutuangkan air mineral pada gelasnya, "nah, minumlah." Perintahku dan dia langsung menghabiskan setengahnya, "apa ini?" tanya nya sambil melihat nasi goreng diatas piringnya.

"nasi goreng*." Jawabku enteng, "ness? wh-what?" tanya nya bingung.

"friedrice. Makasan khas Indonesia. Kuharap kau suka." Aku memulai suapan pertamaku. Dan dia juga melakukan hal yang sama sepertiku. Hanya saja dia sedikit ragu saat suapan pertama.

"bagaimana?" tanyaku, "good." Aku tersenyum puas dan melanjutkan sarapan kami dalam diam. Aku mendorong piringku yang sudah kosong menjauh. Zayn masih memakan piring keduanya. Ya, dia bilang dia lapar dan ingin menambah. Beruntung aku memasak lebih.

"so, apa kau ada acara besok?" tanyaku membuka percakapan kami, "sepertinya tidak." jawabnya.

"bukankah besok hari ulang tahunmu? Masa kau tidak ada acara sama sekali?" tanyaku tak percaya sambil memperhatikannya membereskan piring piring kami, "tidak terlalu penting." Jawabnya tak acuh.

Aku mendecak sebal karenanya. Dia selalu saja melewatkan ulang tahunnya. Dia bahkan seperti tidak memiliki hari lahir. Kalau bukan aku dan teman temannya yang menyiapkan, mungkin dia tidak akan merayakannya sama sekali.

Duduk diam sambil memandangi punggung nya yang bergerak saat mencuci piring membuatku sedikit tersenyum. Mengingat bagaimana dia bersikeras untuk mencuci piring kami. Dia bilang bahwa aku sudah mendapat bagian memasak, dan dia yang mencuci piring.

"apa kau akan bekerja lagi hari ini?" tanya Zayn setelah selesai mencuci piring. Dia berjalan mendekatiku sambil mengelap tangannya yang basah ke boxernya. Typical Zayn.

"tentu saja. Kalau tidak bekerja, darimana aku akan membayar sewa flat ini?"

"kau membayar flat ini sendiri?" dia menyipitkan matanya kearahku, "ya. ada yang salah?"

My Reason [COMPLETED // ZAYN's]Where stories live. Discover now