CHAPTER 6

3.5K 376 9
                                    

CHAPTER 6

 

Cahaya emas sang surya menembus tirai kamarku, menusuk mataku yang baru saja terlelap untuk beberapa jam. Pesta tadi malam sungguh menyita waktuku. Itu adalah pesta terburuk yang pernah ada.

Buruk. Sangat buruk.

Karna dipesta itu kami bertengkar. Tidak bertengkar dalam artian sesungguhnya. Mungkin kami hanya saling memegang teguh pendirian kami masing masing. Dia dengan keteguhannya yang dingin. Dan aku yang  bersikukuh tetap ingin memperjuangakan hatiku terhadapnya.

Aku menarik diriku semakin dalam kedalam selimut ku. tidak ada hasrat didalam diriku untuk keluar dari selimutku ini.

Panggilan telephone membangunkanku. Menyibak dengan keras selimut dari tubuhku, sedikit berlari keluar kamarku dan mengangkat telephone yang sedari tadi terus berdering nyaring.

“hallo?” sapaku, “hi, Kate!” sapanya. Suara ini terasa tidak asing ditelingaku. Tapi aku tidak mengingat siapa dari pemilik suara ini.

“ye-yeah.. maaf, tapi ini siapa?” tanyaku, “astaga, Kate! Kau lupa dengan teman mu yang paling tampan didunia ini?! aku si pirang dari tanah kangguru!” sebuah namapun muncul diingatanku.

OH MY GOD, LUKE!! MY LUKIES IDIOT ROBERT FUCKING HEMMINGS!!” teriakku dan aku mendengarnya tertawa lepas disana, “nama macam apa itu? dan ngomong ngomong, aku sudah tidak seidiot dulu, Kate.” Protesnya.

“nama yang kuberikan padamu, tentu saja! Oh tidak, Luke. bagiku kau masih seidiot dulu.” Timpalku, “oh ya darimana kau tahu nomor telepone flatku?” tanyaku.

aku memintanya dari Harry.” Jawabnya enteng, “Harry? Harry Styles, maksudmu? kau kenal Harry?”

yeah, kebetulan dia rekan kerjaku.”

“dunia ini sempit sekali ternyata..” sindirku dan kami tertawa kecil, “Kate, aku sedang berada di London untuk beberapa hari bersama teman bandku. Bisa kita bertemu? Aku sangat merindukan mu, kau tahu?”

Bagaimendapat angin segar, aku langsung mengiyakan ajakannya dengan syarat batas waktu bertemu adalah tepat pada pukul empat sore. Karena aku mempunyai janji dengan Louis terlebih dahulu.

Setelah menentukan waktu dan tempat, aku bersiap untuk menemui Luke. Dan bicara tentang tempat tinggal. Sekarang aku memutuskan untuk tinggal disebuah flat sederhana. Flat dimana flat Zayn berada. Aku berada tepat dilantai dimana dia tinggal. Tepatnya flat kami saling berhadapan.

Aku baru menempati flat ini selama satu minggu, dan kemarin aku menginap dirumah lamaku. Aku memilih flat ini karena aku ingin berada didekat Zayn. Siapa tahu, dia membutuhkan bantuanku atau yang lainnya.

Zayn belum berkunjung atau kembali menempati flatnya. Pintu itu selalu terkunci. Selalu sunyi saat aku mencoba menempelkan telingaku kedaun pintunya untuk mengetahui apakah ada tanda keberadaan dirinya didalam sana. tapi, dia belum juga menunjukkan sedikitpun dari batang hidungnya di gedung ini.

Dan tentang kuliahku. Aku memutuskan untuk melanjutkannya disini. Aku memilih untuk pindah kesini karena aku tidak ingin pendidikanku terbengkalai terlalu lama. Aku ingin cepat-cepat menjadi seorang sarjana ekonomi.

Bersiap untuk pergi menemui Luke dalam sepuluh menit lagi. Pada saat aku sedang memasang syalku, aku mendengar suara benda-benda berjatuhan dari arah luar. Aku sedikit berlari kecil untuk memeriksa.

shit!” umpatnya sambil membereskan benda benda yang menjadi sumber keributan ini, “Zayn?” panggilku memastikan.

Dia mendongak dan kembali memungut barang barangnya, “lemme help you.” tanpa menunggu izinnya, aku membantu mengambil beberapa barang yang memang sulit dia bawa dalam kedua tangannya.

My Reason [COMPLETED // ZAYN's]Where stories live. Discover now