CHAPTER 3

4.1K 376 2
                                    

 

CHAPTER 3

 

so, apa kau akan datang besok kerumah Zayn?” tanya Elle sambil mengaduk adonan kuenya. Aku mengedikkan bahuku. Aku masih berkutat dengan mencetak adonan kue ku menjadi bentuk hati.

“ada apa, Kate? Ini kesempatanmu untuk bisa lebih dekat dengan Zayn, bukan?” tanya Elle lagi, “memang. Tapi, Zayn yang sekarang bukanlah Zayn yang dulu. Dia lebih mengerikan daripada Zayn yang dulu, Elle. Dia begitu dingin.” Aku memasukkan satu Loyang adonan kue yang telah selesai kucetak kedalam oven.

“jadi, kau mau menyerah begitu saja?” Elle mengelap tangannya dan menaruh adonan kue itu ke pantry, “absolutely not! I’m just—I don’t know.. Mungkin dia yang butuh waktu untuk beradaptasi dengan kehadiranku dulu.” Aku menghela napas dalam.

“ya, mungkin kau benar. Mungkin kali ini kau yang harus bersabar sedikit lebih lama. Zayn sedikit lebih dingin sejak dia sadar. Jadi, kuharap kau tidak cepat berputus asa dengannya.” Aku tersenyum dan menganggukkan kepalaku.

“nah, sekarang lebih baik kita selesaikan semua ini sebelum Tom bangun.” Elle kembali sibuk dengan adonan kue jahenya. Dan aku menghias kueku yang sudah dingin dengan icing warna warni.

Aku menata semua kue yang sudah selesai kuhias kedalam toples kaca. Aku menyisihkan satu toples untuk kubawa kerumah Zayn besok. Yeah, aku telah memutuskan untuk datang kerumahnya besok. Mungkin memang Zayn tidak menginginkan kehadiranku, tapi aku ingin.

Setelah beberapa jam menghabiskan waktu dengan membuat kue bersama Elle, kamipun selesai. Suara tangis Tom dari lantai atas memaksa Elle untuk segera menenangkannya kembali.

Bel rumah berbunyi. Aku langsung melepas celemek hitam yang kupakai dan melemparkannya asal keatas pantry. Sedikit berlari kepintu depan karena bel itu terus saja berbunyi dengan cepat.

“ya, tunggu sebentar!” dan saat kubuka pintu, dia berdiri dengan membelakangi pintu. aku tahu itu dia. Dia sedang berdiri didepan pintu rumahku. Tapi, ada apa?

“hi, Zayn!” sapaku dan membuatnya berbalik kearahku. Dia menatapku bingung, “kau?” tanyanya.

“ya. ini aku. Ada apa?” tanyaku, “tidak. aku ada urusan dengan Louis. apa Louis ada?” suara nya dingin. Sama seperti cuaca saat ini.

“Louis? dia ada. Silahkan masuk.” Aku menggeser badanku kesamping dan membukakan pintu lebih lebar saat dia melangkah masuk.

“duduklah dulu. Aku akan memanggilkannya. Kau mau minum apa, Zayn?” tanyaku saat dia mengambil duduk diatas sofa putih, “terserah apa yang  mau kau sediakan untukku.” Jawabnya tanpa menatapku sama sekali.

“baiklah. Tunggu sebentar.” Aku segera naik keatas untuk memanggilkan Louis dikamarnya yang sedang bersama dengan Tom dan Elle. Lalu aku membuatkan dua gelas coklat panas untuk mereka berdua.

Kubawa coklat panas mereka serta setoples kue yang baru saja aku buat bersama Elle tadi. Mereka terlibat obrolan yang serius menurut ku. terlihat dari mimik keduanya yang sama sekali tidak tersenyum. Atau, sejak dia bangun aku sama sekali tidak pernah melihat senyumannya lagi?

Aku merindukan senyumannya.

Aku memisahkan diri dari mereka keruang tv. Aku menyalakan televisi dan mencari siaran yang cukup bagus untuk kutonton. Hingga satu jam kemudian, mereka belum juga selesai berbicara saat aku melintas untuk kedapur untuk mengambil minum.

“Kate!” panggil Louis saat aku ingin kembali keruang tv. Aku mematung menatap Louis yang sudah berdiri dan Zayn masih duduk.

“bisa kau kemari?” akupun menurut dan mendekat kearah mereka, “Zayn ingin bicara dengan mu. Aku keatas dulu.” Louis menepuk pundakku pelan sebelum meninggalkan kami berdua dalam atmosfer yang sangat canggung.

“ada ap—“

“kau tidak akan datang kan besok?” tanyanya memotong pertanyaanku, “apakah kau keberatan jika aku datang besok?” tanyaku balik.

Dia mendecak sebal dan memutar matanya, “jadi kau akan datang, bukan?” tebak nya dengan nada sedikit menyebalkan, “aku tidak ingin mengecewakan mereka, Zayn.” Jawabku selembut yang aku bisa.

“tepat seperti dugaanku.” Ujarnya sinis, “aku tahu jika kau memang tidak ingin aku berada disekitarmu. Tapi, aku hanya ingin kau mengingatku, Zayn. Aku han—“

Lagi, Zayn kembali memotong ucapanku, “Besok aku akan menjemputmu tepat pukul dua siang.” aku menahan segala perkataan yang siap kuluncurkan padanya. Tapi sekali lagi, Aku harus bersabar dengan Zayn yang baru.

“selamat siang.” pamitnya, “hati-hati, Zayn” lirihku. Dia berjalan keluar dari pintu rumahku. Suara mesin mobil dinyalakan dan melaju kencang membelah salju dijalanan.

Ada perasaan senang, sedih juga marah didalam diriku. Tapi aku tidak tahu mana yang paling mendominasi dari itu semua. Semua ini terlalu rumit. Dengan sikap Zayn yang dingin seperti ini membuat ini semua bertambah rumit.

Setidaknya dia masih mau berbicara denganku, itu kabar baiknya.

***

HAPPY BIRTHDAY, LOUIS!” teriak seorang partner kerja nya saat dia baru datang dan menyalami Louis. hari ini memang hari ulang tahun Louis. dan inilah birthday party Louis. disebuah club mewah ditengah kota London. Kami sudah mengadakan acara kecil dirumah tadi sore dengan Louis.

Musik mengalun kencang membuat semua orang harus sedikit berteriak jika ingin mengobrol atau sekedar berbicara. Louis dan Elle sudah hilang dari pandanganku. Mereka tega sekali. Memaksaku datang kepesta nya dan meninggalkanku sendirian.

“KATNISS MARIE HALLEY!!” sebuah panggilan  dari balik bahuku membuatku berbalik dan menemukan Maddy sedang merentangkan kedua tangannya lebar lebar. Siap untuk memelukku.

“MADELINE ALISON NEWTON!!” aku memeluknya seketika untuk beberapa saat. Akhirnya ada orang yang kukenal dipesta ini.

“aku merindukanmu, Kate!” ujarnya, “aku juga merindukanmu, Maddy. Bagaimana kabarmu?”

“yeah, seperti yang kau lihat. Aku baik. Dan kau sendiri?” kami berjalan untuk mencari tempat duduk yang nyaman, “tidak terlalu baik. Tapi, aku baik.” Jawabku sambil tersenyum kecil.

Aku merasakan jika ada sepasang mata yang sedang memperhatikanku. Aku menoleh kebelakang. Terlalu banyak orang disini. Atau hanya perasaanku saja?

“bagaimana dengan Zayn? Apa dia sudah sembuh?” tanya Maddy menyadarkanku kembali dari pencarianku tentang siapa yang sedang memperhatikanku.

“dia baik baik saja. Dan dia belum mengingatku sama sekali.” Jawabku. Kami menemukan sebuah sofa kosong dan langsung menempatinya sebelum ada yang merebutnya dari kami.

Kami memposisikan diri kami senyaman mungkin sebelum melanjutkan perbincangan kami, “kurasa kau harus lebih giat mengingatkannya tentangmu, Kate.” Sarannya, “aku tidak mau terlalu keras mencoba. Zayn berbeda sekarang. dia lebih dingin dari sebelum aku mengenalnya dulu. Dia mengerikan. sedikit.” Jelasku.

Perbincangan kami berlanjut tentang Zayn, pekerjaan, dan semua hal hala kecil yang kami lakukan semasa sekolah dulu. Tidak lama Niall, Liam, Shopia dan Harry bergabung dengan kami.

Harry sudah kembali menjadi sahabat terbaikku. Dia tidak mengungkit kembali waktu dimana kami sedikit berselisih paham. Dan Zayn, aku sama sekali tidak melihatnya dipesta ini. mungkin dia tidak datang.

Padahal, aku sangat berharap dia datang kepesta ini. walau hanya melihat wajahnya untuk sedetik saja, kurasa itu cukup untukku.

Yeah, kurasa itu cukup…

***

 leave your votes and comments, please :)

My Reason [COMPLETED // ZAYN's]Where stories live. Discover now