CHAPTER 7

3.3K 364 11
                                    

 CHAPTER 7

 

Louis membelokkan mobil nya kesebuah gedung pertemuan yang memasang poster besar dengan wajah Zayn yang menghadap samping. Huruf besar melayang tepat diatasnya, ‘YOUR LAST A COUPLE HOURS  WITH’ dan dibawah wajah tampan Zayn menggantung nama indahnya ‘ZAYN JAVVAAD MALIK’.

Jadi, Louis mengajakku keacara Zayn? Pantas saja Zayn tidak bisa membereskan barang-barang nya tadi. Jadi inilah alasannya.

Kami masuk kedalam gedung melalui pintu belakang. Beberapa reporter dan kamera menghadang jalan kami. Inilah yang kubenci dari dunia artis. Penuh dengan kamera dan reporter.

Semua pertanyaan mereka sungguh tidak memiliki nilai sama sekali. Hanya pertanyaan bodoh dan idiot untuk mendapat respon dari kami. Setelah dibantu oleh para bodyguard Louis, kami akhirnya berhasil masuk kedalam gedung.

“Mr. Tomlinson, acara sudah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu.” Itulah yang menyambut kami pertama kali. Seorang wanita dengan balutan blazer dan rok hitam serta memeluk sebuah papan didadanya. Aku tahu wanita ini. dia Jane, sekretaris Louis.

“ya, aku tahu itu Mrs. Stanley.” Jawab Louis sambil terus berjalan dengan aku dan Jane disampingnya.

“dan Mr. Malik sedari tadi menanyakan keberadaan anda, Sir—silahkan lewat sini.” Dia mengarahkan kami berbelok ke kanan, kesebuah lorong yang sedikit gelap dan panjang.

“lalu, apa ada masalah selain keterlambatanku ini, Mr. Stanley?” tanya Louis, “tidak. tidak ada sama sekali. Semua berjalan sesuai rencana, Sir.” Louis mengangguk.

Sebuah pintu putih dengan menjadi ujung lorong ini. jane membukakan pintu untuk kami berdua. Pintu ini berada disebelah kanan ruangan. Dihadapanku meja panjang yang tertutup taplak putih, diatas nya terdapat beberapa vas juga gelas berisi air mineral berada didepan masing masing dari lima orang yang duduk dibelakangnya. Menghadap keratusan orang yang duduk rapih dan kamera yang menyorot tepat kearah mereka.

Ruangan ini seperti sebuah panggung pertunjukkan teater. Beberapa gadis meletakkan kertas besar diatas pangkuan mereka dengan tulisan yang mereka buat sendiri. Seperti, ‘ZAYN MALIK MARRY ME!’,’ I LOVE YOU, ZAYN MALIK’, ‘DON’T LEAVE US, ZAYN!’, ‘WE LOVE ZAYN!’.

Tebakanku adalah, mereka merupakan fans dari Zayn. Beberapa dari mereka menitikkan air mata, beberapa saling merangkul bahu satu sama lain, beberapa memasang senyum bodoh, dan banyak dari mereka mencoba mengabadikan moment ini dengan telephone genggam yang mereka miliki.

Louis menempati kursi kosong yang berada tepat disebelah kanan Zayn, “silahkan lewat sini, miss.” Jane menunjukkan jalan kepadaku. terdengar Louis meminta maaf atas keterlambatannya kepada mereka.

Aku terus mengikuti Jane hingga berada pada tempat duduk paling tinggi. Hanya beberapa gadis yang berada dipaling atas seperti ku. beberapa dari mereka langsung berbisik-bisik saat melihat kehadiranku.

“apa anda mau saya pesankan minuman, miss?” tawar jane, “ice cappucinno, please.” Jawabku.

“ok. Tunggu sebentar, miss. Saya permisi dulu” aku tersenyum dan mengangguk. Jane meninggalkanku sendiri diatas sini. Dari sini aku bisa melihat semua pemandangan diruangan ini. Kenapa mereka tidak memilih duduk disini?

“….keputusanku sudah bulat. Tidak ada yang memaksaku dalam hal ini.” suara Zayn mengundangku untuk memperhatikan acara ini, “apa ada rencana untuk kembali lagi sebagai penyanyi, Zayn?” tanya seorang reporter yang wajahnya ditayangkan lewat layar putih sebelah kanan, dan wajah Zayn dilayar putih sebelah kiri.

My Reason [COMPLETED // ZAYN's]Where stories live. Discover now