#9 Dasar Caper!

2.7K 263 13
                                    

Resepsi pernikahan digelar dengan mewah dikediaman Aya.  Diatas pelaminan, Aya dan Zefano terlihat sangat serasi dipandang mata. Senyum dari kedua mempelai seolah menggambarkan jika keduanya saling mencintai, namun tanpa diketahui itu hanyalah kepura-puraan saja. 

Dari keluarga Zefano hanya sedikit yang menghadiri pernikahan ini karena memang waktu yang serba dadakan. 

Sedangkan dari Aya, semua teman temannya, serta beberapa kerabat dan rekan kerja abinya turut menjadi tamu dipernikahannya dengan Zefano. 

Sedari tadi, Aya maupun Zefano tidak pernah mengobrol sama sekali.  Memang tadi Zefano sempat berbicara pada Aya namun Aya tidak merespon. 

"Kamu capek ya? Kalau capek gak papa duduk dulu, lagian tamunya juga sudah lenggang.  Biar aku aja yang nyalamin para tamunya." Zefano berucap seperti itu pada Aya. 

"Gak usah sok peduli!" desis Aya. 

Zefano menghela nafas kasar,  untuk sekarang dan kedepannya ia harus bisa bersabar menghadapi sifat Aya yang super duper ketus padanya. 

Meskipun pernikahan ini karena perjodohan kedua orang tuanya, namun dengan sepenuh hati Zefano akan menerimanya dan dengan sebaik baiknya ia akan melaksanakan peran sebagai seorang suami bagi Aya. 

"Aku bukan sok peduli Aliya, tapi aku memang perduli." Jawab Zefano.  Memang Zefano memilih memanggil Aliya pada Aya. 

"Panggil Aya aja kali, gak usah beda bedain, geli tahu!" cibir Aya lalu berlalu duduk dan membiarkan Zefano berdiri sendirian. 

Sedangkan Zefano hanya terkekeh melihat raut kekesalan sang istri.  Eh udah jadi istri ya?

zefano tahu kalau Aya menikah dengannya karena paksaan dari orang tuanya, begitupun dengan dirinya, tapi yang membedakan hanyalah dirinya yang menerima pernikahan ini meskipun belum mencintai Aya.  Namun istrinya Aya tampak sama sekali tak menerima pernikahannya. 

Zefano berdiri menyalami para tamu yang hadir keundangan mereka. Senyum Zefano tak pernah pudar ia tujukan pada para tamu.  Sehingga secara terang terangan banyak yang memuji ketampanannya. 

Sedangkan Aya yang masih duduk karena merasa kelelahan masih mendengar bagaimana para tamu memuji suaminya.  Hingga tanpa sadar membuat Aya ngedumel dengan sendirinya. 

"Dia ganteng ya bu!  Hilih bicit imit disir ibi ibi ginjin!" cibir Aya sembari memonyong monyongkan bibirnya. 

Aya terlalu menghayati dumelannya, hingga tanpa ia sadari sedari tadi Zefano memperhatikannya.

"Kamu kenapa?" tanya Zefano seraya memegang bahu Aya. 

Aya terlonjak kaget saat merasakan sebuah tangan mendarat dipundaknya.  Namun saat ia menoleh ternyata Zefanolah yang berada disampingnya.

"Kamu kayak dedemit tahu gak Fan, ngagetin mulu kerjaannya!" gerutu Aya pada Zefano. 

"Habisnya kamu ngapain ngomong sendiri sih Ay?" tanya Zefano sembari terkekeh. 

"Kepo!"

Zefano hanya geleng geleng kepala melihat respon sang istri yang masih nampak ketus padanya. 

"Kenapa diam? Udak gak kuat ya jadi suami Aya?  Yaudah ceraiin aja Aya sekarang!  Eh nggak deh jangan, masak iya Aya jadi janda sejak diatas pelaminan." Ucapan absurd itu keluar dari bibir Aya. 

Zefano yang mendengarnya sedikit merasa kesal karena dengan entengnya Aya mengatakan kalau Zefano gak kuat disuruh menceraikannya, tapi Zefano juga merasa gemas dengan perkataan Aya yang belakang yang katanya tidak mau jadi janda.

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang