#13 Pertanda baik?

2K 237 23
                                    

Aya merasa perutnya diremas remas dengan kuat.  Ia mengaduh kesakitan sejak tadi namun ia tak tahu ingin mengadu kesiapa. 

Pasalnya dirumah ini hanya tersisa dirinya, dan Bi Lala yang sedang ada dilantai bawah.

Memang sudah menjadi kebiasan bagi Aya, pada saat hari pertamanya menstruasi.  Pasti akan merasakan sakit diperut dan pinggangnya seperti saat ini. 

Ceklekk

Pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok Zefano yang masih menenteng tas kerjanya serta menyampirkan jas dokternya dilengan kirinya. 

"Perutmu tetap sakit?" tanya Zefano seraya menghampiri sang istri.

"Dari tadi juga sakitnya gak ilang ilang Fan! Kan aku jadi gak bisa tidur siang!" jawab Aya dengan nada naik. 

Zefano menggaruk tengkuknya yang tak gatal.  Sejujurnya ia merasa bingung, karena ia tidak pernah ada disituasi seperti ini dia juga tidak tahu apa yang dapat meredakan rasa sakit sakibat menstruasi. Yang ia tahu hanyalah dengan memberi obat pereda rasa sakit, namun itu terlihat tidak mempan bagi Aya. 

"Bentar aku telfon umi dulu," ucap Zefano yang tanpa persetujuan Aya langsung saja keluar dari kamar. 

Diluar Zefano mencoba menghubungi nomor rumah keluarga Aya.  Dan beberapa menit kemudian akhirnya tersambungkan juga. 

"Halo"

Suara disebrang sana mulai terdengar di indra pendengaran Zefano.

"Hallo ini Zefano Mbak, mau ada perlu sama umi," ujar Zefano setelah mengenali suara kakak iparnya diseberang sana. 

"Oh Kamu Fan,  Umi lagi keluar buat ngehadiri acara sama abi.  Emabg ada apa Fan?  Kalian berdua baik baik saja kan?" tanya Indi diseberang sana.

"Iya Mbak baik baik saja kok, tapi Aya hari ini menstruasi hari pertamanya mbak jadi dia mengaduh sakit perut terus mbak, dan tujuanku telfon untuk menanyakan biasanya umi giman kalau Aya menstruasi hari pertama?, soalnya kasihan dia gak bisa tidur katanya"

"Dia cuman butuh dimanja Fan, kamu kasih aja air hangat, terus kamu peluk deh, dan usap usap punggungnya. dia pasti tidur"

"Udah ya Fan,  mbak tutup soalnya Billa lagi rewel nih."

"Iya mbak, terimakasih informasinya.  Assalamualaikum."

Setelah mendapat balasan salam dari sang kakak ipar, Zefano segera menutup sambungan telepon itu. 

Zefano merasa sedikit kaget mendengar ucapan indi tadi.  Yang mengatakan bahwa ia harus memeluk Aya agar tertidur. 

"Masak iya sih aku harus peluk Aya? Kalau dia nolak? Ah bodo amat, lagian kita kan suami istri."

Zefano melangkah menuju dapur dan mengambil air hangat didispenser.  Lalu setelahnya langsung kembali lagi kekamar untuk memberikannya pada Aya. 

"Nih minum!" titah Zefano seraya menyodorkan gelas berisi air hangat itu pada sang istri.

"Apaan?" tanya Aya masih tidak bergerak dari pembaringannya. 

"Air hangat, udah diminum aja biar agak mendingan!"

Akhirnya mau tak mau Aya menuruti saja perintah Zefano.  Toh pas masih dirumah air hangat adalah pereda sakit perutnya tercepat.

Setelah meminum air hangatnya, Aya hendak berbaring kembali namun dicegah oleh Zefano. 

Tanpa banyak bicara meskipun ragu, Zefano membawa Aya kedalam pelukannya dan mengusap lembut punggung Aya. 

Aya membelalak melihat perbuatan Zefano.  Dengan cepat langsung saja ia memukul dadanya dan melepaskan diri dari pelukan Zefano.

"Apaan sih pakai peluk peluk segala!" ketus Aya. 

"Kamu kalau pas hari pertama menstruasi harus digituin kan biar bisa tidur.  Udahlah Ay, aku gak akan macam macam.  Aku merasa sakit juga kalau kamu kesakitan gitu." Zefano menjelaskan mengapa ia memeluk Aya tiba tiba.

Zefano membawa Aya kembali kedalam pelukannya dan memeluknya dengan erat. 

"Lebay kamu Fan!" cibir Aya namun meskipun begitu ia tidak lagi berontak dan melepas pelukan Zefano. 

Dalam sepersekian detik, benar saja perkataan Indi. Aya terlihat sudah menjelajahi alam mimpi dalam pelukan Zefano.

Sedangkan Zefano mesih setia mengelus punggung Aya.  Namun sedari tadi ia juga sibuk mengondisikan detak jantungnya akibat terlalu intens dengan Aya. 

"Kamu terlihat menggemaskan kalau lagi tidur begini Ay."

*****

Malam hari, Zefano memutuskan untuk mengajak Aya kesalah satu Cafe  yang dapat dibilang kekinian dengan spot foto para instagramble disetiap sudut cafe ini. 

"Kok lesu sih Ay?  Masih sakit perutnya? Atau kamu gak suka tempatnya?" rentetan pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Zefano. 

Aya menggeleng.  Namun Aya terlihat lesu karena memang moodnya yang sedang naik turun sekarang. 

"Kamu gak capek Fan, aku judesin mulu?" tanya Aya tiba tiba. 

"Mau capek juga kamu udah kewajiban aku, ya dijalani aja lah."

Aya mendengus mendengar jawaban tersantai yang keluar dari mulut Zefano.  Lalu dengan segera ia mulai memakan kembali makanannya. 

"Aya dengerin, mau sejutek apapun kamu keaku, kalau aku masih kuat ngebimbing kamu ya aku pasti akan lakuin. Kalau sampai aku udah lepas tangan dan ngejauh dari kamu, berarti sikap kamu udah keterlaluan dan aku gak kuat." Jelas Zefano. 

Aya menghela nafas, "ya mau gimana lagi Fan, kalau sama kamu entah kenapa aku rasanya mau marah marah mulu."

Zefano terkekeh mendengar pernyataan sang istri, "Mungkin sikapmu gitu karena gak kuat lihat ketampananku kali."

"Apaan sih Fan!  Udah tua gausah narsis kali!" tukas Aya seraya memukul lengan Zefano. 

"Aw! Sakit Ay!  Aku laporin ya kalau kamu kdrt!"

"Bodo amat! Laporin aja sekarang gih!"

Aya tetap melayangkan pukulannya dilengan Zefano.  Tawa mereka tiba tiba pecah, tak tahu apa penyebabnya.  Apakah mungkin ini pertanda baik bagi hubungan keduanya?.

*****

Gimana nih perasaannya setelah baca part ini?

Pengen gak punya suami kayak Zefano?

Mau kasih pesan apa?

Jangan lupa Vote dan Komen:) biar author tambah semangat ya upnya!

Kuy Follow IG ku!
IG : Faifaatjh_

See you next part!

Lumajang, 20 Juni 2021

TAKDIRWhere stories live. Discover now