#29 Titik temu

1.9K 213 25
                                    

Baru saja mata lentik itu terbuka sudah mengeluarkan air mata lagi. Aya merasa sesak saat mengetahui tadi malam Zefano lebih memilih tidur dikamar tamu daripada dikamar mereka sendiri.

Aya tak kuasa menahan tangisnya, dadanya sesak, penampilannya sudah acak acakan sekarang.

Aya mendongak melihat jam dinding didepannya. Ia lantas beranjak pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat subuh.

Saat Aya keluar dari kamar mandi, ia berpapasan dengan Zefano. Tak ada sapa menyapa hanya lirikan dari satu sama lain.

Aya menunggu Zefano keluar sembari menyiapkan perlengkapan sholat untuk mereka berdua. Namun Aya merasa terkejut setelah melihat Zefano keluar dengan setelan jas dan calana kainnya.

"Loh mas, ini masih subuh masak kamu mau berangkat, gak sholat dulu?" Tanya Aya yang menghadang langkahnya.

"Sholat dirumah sakit, ada oprasi pagi, " jawab Zefano.

"Mas, aku tahu kamu bohong. Kamu bukan berada dibagian operasi kan? Kamu hanya mau menghindariku saja! "

Zefano diam. Sampai Aya mengeluarkan kata kata kembali. Kamu marahnya sama aku! Allah jangan dibawa bawa! "

Aya sedikit bernafas lega saat melihat Zefano kembali kedalam kamar mandi. Dan sedetik kemudian ia mendengar percikan air, ia yakin Zefano sedang berwudhu.

Dengan senyum yang merekah Aya menggelar dua sajadah. Satu untuk Zefano dan satu untuknya.

Setelah berganti sarung, Zefano langsung saja mengimami sholatnya dan Aya. Sampai beberapa detik kemudian sampailah pada salam.

Perasaan yang senang karena Zefano mau diajak sholat berjamaah, tiba tiba terganti dengan rasa sakit saat Aya hendak menyalami tangan Zefano, namun Zefano tak mengidahkan dan langsung berdiri.

Hati Aya mendadak mencelos. "Sebegitu bencinya kah Kau padaku mas? Padahal itu semua tidak aku inginkan terjadi. Kamu salah paham! "

*****
Aya rasa hari ini adalah hari terburuk dalam hidupnya. Bagaimana tidak, Zefano tetap bersikap dingin padanya. Dan tadi ia hendak menyalami tangan sangat suami tapi ia malah berdiri dan keluar dari kamar.

Saat ini juga, Aya sudah capek capek memasak. Zefano malah tanpa berpamitan dan makan terlebih dahulu tiba tiba sudah menghangatkan mobilnya.

Dengan kekuatan super Aya berlari dari dapur ketika mendengar suara deru mobil dari garasi, Aya harap Zefano belum berangkat.

"Mas! " Panggil Zefano yang hendak memasuki mobilnya.

Zefano melirik Aya. Kini tak ada lagi senyum manis yang ia pancarkan dari wajahnya. Aya merasa asing dan tidak mengenal Zefano nya lagi.

"Kenapa gak pamit? Kenapa gak sarapan juga? Aku udah capek capek masak loh!"

"Gaada yang nyuruh kamu masak kan! "

Mendengar itu Aya tambah merasa nyeri hatinya bertambah, Zefanonya tidak pernah mengatakan hal semenusuk dan sedingin itu.

Aya diam. Sampai suara Zefano mebuatnya mendongak. "Aku berangkat, banyak urusan! "

Aya mendongak. Sekuat hati ia mencoba menegarkan dirinya. Ia menahan mati matian air mata yang hendak keluar dari pelupuk matanya.

Aya mencoba tersenyum. Dan ia menjulurkan tangannya untuk menyalami tangan Zefano, namun Zefano tetap tak bergeming dan menyambut uluran tangannya.

"Kenapa kamu selalu menghindar kalau aku mau menyalimimu? Padahal setiap hari selalu aku lakukan seperti itu! " Kini Aya tak kuasa lagi untuk menahan air matanya, tanpa dikomando pun air matanya mengalir deras membasahi pipinya.

TAKDIRWhere stories live. Discover now