#45 Mengapa begini?

1.5K 162 28
                                    

Hai Hai Hai
Gimana nih udah siap mau baca part 45?

Tarik nafas dulu yuk!

Oh ya yang belum follow yuk follow dulu:
IG :@faifaatjh_

Selamat membaca :)

*****

Aya termanggu depan batu nisan Letta ditemani kedua orang tua Letta, Zidan, Dan Reza.

Setelah menabur bunga, tangan Aya tergerak untuk mengelus batu nisan bertuliskan nama Letta itu. Tanpa dikomando setitik air mata jatuh membasahi pipinya.

"Belum juga aku mengucapkan terimakasih sama kamu Let. Tapi kamu udah ninggalin aku duluan. " seru Aya dengan terkekeh diakhir kalimatnya. Namun meskipun begitu air matanya turun semakin deras dari pelupuk matanya.

"Yang tenang ya orang baik disisi Allah, semoga kebaikanmu dibalas surga oleh Allah. "

Mama Aletta mengelus pundak Aya. Sungguh Aya merasa salut pada wanita paruh bayah ini, karena terlihat sangat tegar. Dan bahkan ia menangis hanya saat dirumah sakit.

Dan disini Papa Letta lah yang terlihat sangat rapuh. Menangis dan menatap kosong kesegala arah. Mungkin inilah yang dimaksud kalau anak perempuan adalah milik ayahnya.

Aya menolehkan kepala pada mama almarhumah. Mencoba tersenyum meskipun hatinya terasa pedih dan dihantui rasa takut akan samanya nasib suaminya dengan Letta.

"Ada sesuatu yang tante temuin tadi waktu kekamar Letta, dan ini untuk kamu dan Zefano. "

Sepucuk surat dengan terbalut amplop disodorkan kepada Aya. Meskipun dengan tatapan keheranan Aya tetap menerimanya.

"Jangan lupa dibaca, dan tante minta tolong doa nya ya buat Aletta. "

Aya mengangguk. Setelah berpamitan dan berucap terimakasih, akhirnya Aya beranjak untuk meninggalkan area pemakaman.

*****

Sebenarnya Aya ingin langsung kerumah sakit. Tapi mama mertuanya menelfonnya dan mengatakan kalau dia disuruh pulang terlebih dahulu untuk berganti baju serta berdandan, dengan dalih agara kalau Zefano bangun tidak merasa sedih saat melihat istrinya seperti tidak terurus itu.

Aya sampai dengan selamat di rumahnya dengan disupiri oleh Zidan. Ia langsung turun dan menyuruh Zidan untuk tetap dimobil, karena bagaimanapun dirumahnya tidak ada suaminya, ia takut akan terjadi fitnah.

Tanpa berlama lama, Aya mulai membersihkan  diri. Lalu dilanjutkan dengan berdandan. Dan dengan sekejap ia pun sudah selesai.

Ia mempersingkat waktunya untuk bersih bersih bukan karena apa, karena ia tidak mau meninggalkan suaminya dirumah sakit berlama lama, ia khawatir takut terjadi apa apa pada sang suami.

Saat langkahnya menuruni tangga, tiba tiba ia bertemu dengan Bi Lala. Pembantunya itu langsung berlari dan memeluknya dengan tangisan yang memecah.

"Non Aya! " Seru Bi Lala.

Aya membalas pelukan sang asistan rumah tangga. Jujur saja ia sangat merindukan sosok didepannya ini.

"Bi Lala kangen sama non Aya. Non Aya udah sehat kan ya? Keadaan den Fano gimana Non? "

Aya mengurai pelukan Bi Lala. "Alhamdulillah Aya udah sehat, kalau Fano masih belum sadar dari komanya bi, minta bantuan doanya ya bi. "

Tangisan bibi semakin pecah mendengar Zefano yang hingga kini belum sadarkan diri. "Bibi mah selalu do'ain aden, si aden mah orang baik, bibi yakin gak lama lagi bakalan sadar. Non Aya yang sabar ya, yang kuat juga. "

Aya mengangguk mendengar ucapan bibi yang didalamnya terselip nasehat untuk dirinya.

"Aya pamit ya bi, soalnya gak bisa lama lama juga mau langsung balik kerumah sakit. Itu juga temen Mas Fano udah nunggu didepan. "

Setelah dirasa cukup berbincang dengan bibi, Aya pun berpamitan untuk kembali lagi ke rumah sakit.

"Iya Non hati hati ya. "

*****

Tak perlu waktu lama, akhirnya mobil Zidan yang membawa Aya didalamnya kini sudah memasuki area parkir rumah sakit.

"Terimakasih, Zidan. "

Setelah mengucapkan kalimat singkat itu, Aya langsung meninggalkan Zidan untuk menuju ke ruang rawat sang suami terlebih dahulu.

Langkahnya memang terkesan gontai. Entah mengapa Aya sudah merasa capek dibuat sakit seperti ini oleh semesta. Namun jika ia hendak mengeluh, ia selalu ingat bahwa diluar sana pasti masih banyak orang yang cobaannya lebih berat darinya.

Sepanjang jalan pikiran Aya terus berkelana memikirkan bagaimana nantinya jika Zefano sudah bangun dari komanya. Ia berkhayal bahwa keluarga kecilnya akan kembali harmonis, dan kehidupannya akan dihampiri kembali oleh kebahagiaan.

Tepat didepan ruang rawat Zefano, Aya berhenti sejenak untuk mengambil nafas dan menenangkan pikirannya. Setelah cukup ia pun mulai melangkah masuk.

"Assalam'alaikum."

Setelah mengucapkan salam, Aya merasa bibirnya keluh. Kakinya juga terasa seperti jelly yang tak bisa menopang berat badannya. Matanya ikut terbelalak melihat sosok yang kini tengah terduduk dengan memakan sebuah apel bersama mertuanya.

Saat tatapan mereka berdua bertemu, Aya mengembangkan senyumnya. Lalu ia berlari menuju ranjang yang ditempati suaminya. Lihatlah kawan, suaminya telah sadar dari koma.

"Baby! " Seru Aya sambil memeluk sang suami.

Namun detik berikutnya, bukanlah balasan pelukan yang Aya terima, melainkan dorongan paksa agar ia melepaskan pelukannya.

Aya memandang sang suami dengan sorot terluka, kenapa suaminya mendadak begini?.

"Kamu siapa? "

Dua kata yang keluar dari bibir Zefano sukses membuat tubuh Aya seketika membeku. Dadanya terasa sesak. Dan oksigen serasa direbut paksa darinya. Sungguh ia tidak percaya suaminya melayangkan pertanyaan itu padanya.

"A.. Aku  istrimu by! " Seru Aya. Kini airmatanya tak dapat lagi dibendung oleh Aya.

"Tidak! Aku tidak memiliki seorang istri, pasti kau pembohong! Iya kan mah? ". Zefano mengajukan pertanyaan itu seraya matanya menyorot kearah Yulia.

Cukup! Aya tidak kuat mendengar ucapan Zefano lagi. Tubuhnya rapuh dan mendadak merosot kearah lantai. Air matanya mengalir tanpa dikomando.

Mengapa begini? Mengapa harus Zefano tidak mengingatnya? Aya pikir dengan sadarnya Zefano akan mengembalikan semua kebahagiaannya. Namun ternyata ia salah, sadarnya Zefano ternyata masih menjadi ujiannya yang diberikan oleh semesta. Entahlah sampai kapan ujian ini akan pergi dari hidupnya.

*****

Alhamdulillah bisa update part ini

Gimana nih air mata masih aman?

Hatinya gimana?

Senang atau sedih sih kalian?

Jangan lupa vote komen yaa biar akunya tambah semangat up cerita!

Thankyou all❤

See you next part :)

Lumajang, 29 Oktober 2021

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang