#46 Yuk kuat yuk

1.4K 170 16
                                    

Saat semua orang tertidur pada waktu sepertita malam, seorang perempuan kini malah tengah menengadah diatas sajadahnya.

Perempuan itu adalah Aya. Yang kini merasakan hidupnya terus menerus ditimpa ujian yang menurut nalarnya sangat berat.

"Ya Allah, engkaulah maha pembolak balik takdir dan hati manusia. Engkau juga maha pemberi pertolongan umatmu. Maka disini, aku bersimpuh menghadapmu. Aku meminta tolong pada engkau, sembuhkanlah suami hamba ya Allah, kembalikan ingatannya. Sungguh hamba merindukan sosok hangat dan penyayang sepertinya. " Kata kata doa itu keluar dari bibir mungil Aya dengan nada bergetar.

Aya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tangisan pilunya mulai terdengar. Ia membekap mulutnya dan menggigit bibir bawahnya agar isakannya tak mengganggu tidur sang suami.

Sungguh kini Aya merasakan raganya mulai merasakan capek. Ia juga merasa tersiksa dan sakit hati setiap harinya saat melihat penolakan, olokan yang dikeluarkan Zefano pada dirinya.

"Ham.. Hammba ca.. Ca.. Pek Ya Allah, sampai kapan ini semua? "

"Hamba ingin merasakan bahagia kembali Ya Rabb. Hamba tahu engkau menguji hambamu sesuai dengan batas kemampuan hambamu, namun kini aku merasa ini sudah berada diluar batas kemampuanku. "

"Aku mempunyai harapan yang ingin aku utarakan padamu Ya Rabb, aku ingin  hari ini ingatan suamiku kembali, karena besok usiaku bertambah, aku ingin kebahagiaanku kembali dihari ultahku Ya Rabb. "

Setelah mengutarakan keinginannya itu, Aya kembali terisak dan menangis pilu karena tak merasa sesak yang tak kunjung hilang dihatinya.

"Hikss... Hikss... Hiksss... Hikss.. "

Siapapun yang mendengarkan tangisan Aya pasti akan ikut tersayat hatinya. Tangisannya terdengar begitu pilu dan tersiksa.

Dirasa puas telah mencurahkan semua yang ada dalam hati dan benaknya. aAya menyudahi semuanya  , tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada Allah karena telah mendengarkan segala keluh dan kesahnya, serta permintaannya.

Aya segera  merapikan mukenah, dan sajadah yang ia pakai untuk sholat tadi. Setelah selesai, ia mendekati suaminya yang kini sedang berbaring dengan mata terpenjam.

Aya mengambil duduk disebelahnya. Helaan nafas terdengar jelas, raut wajah kelelahan terpampang jelas pada waut wajah Aya. Meskipun hatinya sakit, Aya mencoba tersenyum dan meraih jemari suaminya dengan hati hati.

"Kini jika aku ingin menggenggam tangan kekarmu, aku harus menunggumu tertidur dulu. " Aya berucap seperti itu sembari tersenyum miris.

“Sampai kapan kamu tidak mengingatku by, aku rindu perlakuan hangatmu by, aku rindu kamu yang jahil by, aku rindu semuanya yang ada dikamu by. "

"Sekarang tanggal 11 by, dan besok tanggal 12 aku ulang tahun. Apakah kamu gak mau gitu ngerayain ulang tahunku, masak aku harus ngerayain ultahku sendirian. Tanpa kamu dan anak kita. "

Aya tak dapat lagi membendung air matanya, ia kembali menangis saat mengingat calon anaknya yang sudah pergi, sebenarnya ia ikhlas, namun saat teringat ia selalu saja merasa sedih dan sakit hati.

"By..... " Aya tak mampu meneruskan ucapannya, bibirnya terasa keluh, ia hanya diam dan terisak sembari menggenggam erat tangan sang suami.

Aya melepaskan genggamannya pada tangan sang suami. Ia kini beralih berdiri sembari memandang wajah sang suami dengan lekat.

Tubunya semakin condong kedepan. Dalam hitungan detik, Aya mendaratkan bibirnya dikening Zefano. Saat itulah setitik air mata kembali keluar dari pelupuk matanya.

TAKDIRWhere stories live. Discover now