#30 Maaf

2.1K 228 46
                                    

Tanpa memarkirkan mobilnya dengan benar, Zefano keluar dan berlari memasuki rumahnya.

Sampai kakinya hendak menaiki tangga, tiba tiba Bi Lala memanggilnya dan mengharuskannya menghentikan langkah  dan berbalik memandang sang pembantu.

"Aden! " Panggil Bi Lala

"Iya Bi? "

"Non Aya sakit kah den?, sejak tadi pagi Non Aya gak keluar kamar, bibi udah coba panggil buat makan tapi dia bilangnya entaran aja lagi gak nafsu gitu."

Mendengar ucapan Bi Lala perasaan Zefano semakin bertambah cemas. Apa ini ada kaitannya dengan dirinya?.

"Bi Lala kok gak bujuk Aya sih biar mama! "

Bi Lala menunduk, "maaf den, tapi Bi Lala sudah mengetuk pintu kamar non Aya, tapi non selalu bilang nanti. "

Zefano menghela nafas kasar. Tanpa berbicara lagi ia langsung saja melanjutkan langkahnya menuju lantai atas, lebih tepatnya menuju kamarnya.

Karena takut mengganggu Aya, Zefano memilih mengetuk pintu terlebih dahulu. Namun sampai sekian lama ia mengetuk pintu tak ada sahutan dari dalam. Apa Aya marah padanya?.

Tanpa bertanya pun sudah jelas kalau Aya berhak marah pada dirinya, karena yang dilakukannya terhadap Aya sudah sangat keterlaluan sekali.

Saat Zefano memutar knop pintu ternyata pintunya tidak terkunci, dengan segera ia memasuki kamarnya.

Mata Zefano terbelalak saat Melihat Aya yang tengah meringkuk didalam bad cover, matanya terpenjam, dan bibirnya nampak pucat.

"Sayang kamu gak papa? " Tanya Zefano seraya mengusap pelan pipi Aya. Namun mendadak tangan Zefano berjengit saat merasakan suhu tubuh Aya naik.

"Sayang, sayang! " Zefano membangunkan sang istri dengan menepuk pipinya pelan, ia takut sang istri pingsan.

Merasa terusik perlahan  Aya membukakan mata, ia tersenyum tatkala mendapati wajah sang suami didepannya. Ia lantas langsung mengubah posisi berbaringnya ke posisi duduk.

"Udah pulang? , kamu udah gak marah lagi?" tanya Aya dengan lirih. Bahkan dari wajahnya tidak tersirat kemarahan sama sekali.

Melihat itu, Zefano semakin nyeri dadanya. Ia telah salah, telah salah memperlakukan istrinya yang baik dan bahkan tak menaruh rasa marah sedikitpun padanya saat diperlakukan kurang wajar seperti tadi pagi.

"Kok diam? Masih jijik ya sama aku, " ucap Aya seraya tersenyum getir.

Zefano sudah tak tahan lagi, hatinya terasa remuk mendengar ucapan sang istri. Ia tidak menyangka ia sudah mengatakan kata kata menjijikkan itu pada sang istri.

Zefano langsung duduk diatas ranjang, dan membawa istrinya kedalam pelukannya. Kini air matanya mulai mengalir membasahi setiap jengkal pipinya.

Aya terkejut dengan respon  Zefano. Namun ia juga senang karena Zefanonya tak sedingin kemarin terhadapnya.

"Maaf." lirih Zefano.

Aya menggeleng, "kamu gak salah mas, kita cuman salah paham. Dan aku belum.. "

Aya tak melanjutkan ucapannya lantaran Zefano memotong dengan ucapan yang tiba tiba keluar dari bibirnya.

"Lihat, sayang. Kamu masih membela suami bangsatmu ini. Bahkan rasanya aku tak pantas disebut seorang suami setelah apa yang aku lakukan padamu. Suami macam apa aku ini yang tak mempercayai istrinya sendiri, bahkan menuduh sang istri bermain dibelakangnya. "

Zefano menangis dipundak Aya, sedangkan Aya diam seraya mengusap ngusap punggung Zefano. Jujur ia sama sekali tak pernah marah karena perlakuan Zefano, bahkan aku sekarang bersyukur karena sudah tidak ada kesalah pahaman lagi diantara kita.

TAKDIRWhere stories live. Discover now