#34 Masa Lalu

1.9K 202 31
                                    

Mobil yang dikemudikan Zefano kini sudah sampai dipelataran pondok pesantren Al Ikhlas, dimana pesantren ini didirikan oleh mertuanya Abi Hardi.

Begitu kakinya keluar dari mobil, Aya mengedarkan pandangannya ke rumah masa kecilnya ini. Suasana pesantren dan keriuhan santri sangat ia rindukan.

Tanpa sadar senyum Aya mengembang, jujur ia sangat rindu tempat ini. Tempat yang menurutnya menyimpan sejuta kenangan.

Zefano menghampiri sang istri. Ingin berbicara dan menjelaskan siapa tadi yang mereka temui dirumah makan itu. Karena sejak bertemu dengan Letta, Aya mendadak menjadi pendiam.

Zefano mengurungkan niatnya saat melihat beberapa santri yang lewat tiba tiba berlarian dan menghampiri Aya. Tak lupa mereka juga mencium tangan Aya.

"Assalamu'alaikum Ning. "

Hampir semua santri yang menghampiri sang istri mengucapkan seperti itu. Sedangkan Aya hanya tersenyum dan mengangguk.

Setelah dari Aya, beberapa santri itu beralih menghadap kearah Zefano dan menangkup kan tangannya didepan dada serta menundukkan pandangan.

"Mari ning, kami permisi. " ucap Mereka bersamaan.

Sepanjang perjalanan dari parkiran menuju rumah Aya, semua yang berpapasan dengan Aya pasti menyapa dan menyalaminya. Tak lupa tersenyum ramah. Begitupun ke Zefano mereka mengangguk sopan sembari menangkup kan kedua tangan didada.

"Berasa jadi artis tahu aku kalau diginiin, " ujar Zefano seraya terkekeh.

Aya ikut terkekeh dan memandang suaminya dari samping. "Ya begitulah kehidupan disini, anak kyai dimulyakan padahal mah sama sama manusia, kadang aku ngerasa gak enak dan gak pantes mendapat perlakuan gitu. "

Zefano membawa tangan mungil sang istri kedalam genggamannya. Kamu selalu pantas sayang, emm Yang aku mau jelasin yang tadi. "

Aya menghela nafas. Kemudian menggeleng. "Bukan waktu yang pas by, jangan rusak mood aku. "

Zefano mengangguk. Menyetujui perkataan Aya. Tanpa sadar ternyata kaki keduanya sudah sampai didepan rumah masa kecil Aya.

Belum sempat Aya mengetuk pintu, tiba tiba sikecil Billa sudah berlari dari dalam dan langsung memeluk kaki Aya.

"Tante... " Ucap Nabilla dengan antusias.

Aya langsung saja membawa sang keponakan kedalam gendongannya. "Hai Kak Billa, oh iya bentar lagi mau jadi kakak ya. "

"Om ini siapa te? " tanya Billa menunjuk Zefano.

"Lah masak Kak Bila lupa sih, kan ini Om Fano suaminya tante Aya. "

Nabilla tersenyum kearah Zefano. Bocah dua tahunnya itu memperlihatkan giginya yang belum tumbuh merata itu. Melihat itu membuat Zefano ikut tertawa.

Nabilla merupakan anak yang aktif. Dan dia juga tergolong cerdas, sekarang saja bicaranya sudah lancar meskipun belum bisa melafalkan huruf R.

"Hai cantik, namanya siapa? Kok bisa sih sama Om Fano." Zefano mengajak bicara Nabilla, dan mengganti rautnya menjadi sedih diakhir kalimatnya.

"Hehehe, maap Om." ucap Nabilla, dengan cepat ia mencium pipi Zefano yang memang berjarak dekat dengannya.

Melihat itu, Aya dan Zefano tertawa akan tingkah sikecil Billa. Ternyata sang keponakan itu sudah pandai merayu lelaki.

"Wah wah, masih kecil udah pintar aja kamu ngerayu lelaki ya Bil, " ujar Aya seraya terkekeh.

"Sini gendong om! " pinta Zefano seraya merentangkan kedua tangannya.

Billa malah menggeleng, "Nanti ya om. Billa masih kangen sama tante Aya. "

TAKDIRWhere stories live. Discover now