#26 Sakit

2.1K 210 10
                                    

Hari minggu telah tiba. Maka ini hari dimana Zefano menghabiskan waktu dirumah. Tentunya bersama sang istri tercinta.

"Ay, gak mau jalan jalan keluar gitu? Mumpung aku libur, " tanya Zefano yang kini sedang meletakkan kepalanya dipaha Aya.

Aya menggeleng, pandangannya tetap terfokus pada tv yang menayangkan kartun upin ipin sejak tadi. Untuk saat ini mood Aya benar benar sedang hancur.

"Udah lah Ay, jangan cemberut terus," ujar Zefano membujuk Aya agar moodnya kembali baik.

"Tapi aku kan udah kangen sama umi, abi, eh pas mau kesana malah liburan sekeluarga tanpa ngajak Aya. "

Aya memang sedang mode on ngambek karena gak diajak liburan oleh keluarganya yang kini sudah berada di malang Jawa Timur.

"Aku kan pengen juga makan apel mas," rengek Aya seraya menggerucutkan bibirnya.

Zefano memilih bangkit dari pangkuan Aya. Ia beralih menatap lekat sang istri.

"Ay, dengerin  aku. Abi kan sudah jelaskan kalau sebenarnya mereka kesana karena ada acara pertemuan pengurus pesantren secara mendadak. Dan mereka gak niat liburan, hanya saja saat pulangnya ada waktu senggang jadi dimanfaatin. Udah ah, nanti kalau pengin apel aku belikan."

Aya tetap memberenggut. "Tapi umi sama Mbak Indi ngapain ikut?, serasa gak dianggap Aya ish! "

Zefano membawa gadisnya kedalam dekapannya. "Aya sayang, dengerin. Kamu gak boleh ngomong begitu. Gak baik suudzon sama keluarga sendiri. Udah ah mumpung aku libur yuk keluar, hitung hitung ngembaliin mood kamu. "

Aya lagi lagi menggeleng dalam pelukan Zefano, ia saat ini memang tidak ingin pergi keluar. Namun sesaat salah satu ide yang mungkin menyenangkan dilakukan terlintas dalam benak Aya.

"Mas, gimana kalau kita chalenge makan mie instan extra pedas yang aku beli kemarin? Mau kan? " Tawar Aya dengan antusias dan sorot berbinar.

Sebenarnya Zefano ingin menolak, namun ia tak tega saat melihat binar bahagia itu muncul dari mata sang istri. Mungkin ini salah satu cara mengembalikan moodnya, ia tak mau melihat istrinya memberenggut seperti tadi.

"Boleh! "

"Yeayy, yaudah kamu tunggu disini biar Aya yang masak. "

"Aku bantuin, " ujar Zefano yang langsung bangkit.

"Udah duduk aja, biar Aya. "

Zefano menurut. Ia lantas memainkan ponselnya untuk mengusir rasa jenuh sepanjang Aya meninggalkannya untuk memasak mie.

Detik demi detik kini sudah berubah menjadi menit. Dengan antusias yang tinggi dan senyum yang merekah di bibirnya. Aya keluar dengan membawa nampan berisi dua mangkuk mie instan extra pedas.

Zefano meneguk ludahnya dengan susah payah saat melihat bubuk cabai yang menghiasi mie instan nya.

"Kok ini banyak banget bubuk cabai nya Ay? " Tanya Zefano.

"Oh ya itu aku tambahin lagi bubuk cabe biar tambah pedas. Gini, siapa yang menang challenge ini akan mendapatkan kesempatan mengajukan permintaan pada yang kalah, dan yang kalah harus menurutinya, gimana deal? " Tanya Aya seraya menyodorkan tangannya.

"Deal!" ucap Zefano seraya menjabat tangan sang istri.

"Di challenge ini gak boleh minum sampai mienya habis," ucap Aya kembali.

Zefano membulatkan matanya. Apa? Jadi selama mienya tidak habis tidak boleh minum.

"Kamu gak papa kan mas? Kamu suka pedas kan? " tanya Aya saat menangkap perubahan mimik wajah Zefano.

"Su.. Suka kok Ay, udah ayo mulai! "

Aya mengangguk. Sedetik kemudian, challenge benar benar dimulai. Aya nampak sangat menikmati dan dengan lahapnya memakan mie instan extra pedas tersebut.

Berbeda dengan Zefano. Ia bersusah payah menelan mie extra pedas itu. Jujur saja Zefano tidak terlalu suka pedas, ia juga memiliki penyakit infeksi lambung, dan dapat kambuh jika memakan pedas terlalu banyak. Namun demi mengembalikan mood sang istri, Zefano rela melakukannya meskipun nantinya akan merasakan sakit.

*****
Aya terusik dari tidurnya tatkala merasa sesuatu yang panas menyentuh kulitnya. Ia berusaha mengeceknya dan ternyata lengan Zefano yang melingkar dipinggangnya terasa menghangat.

Aya beralih menyentuh kening Zefano, lagi lagi suhu diatas normal yang ia dapatkan. Aya mengernyit, bukankah tadi Zefano tidak apa apa? Tapi kenapa sekarang jadi seperti ini?

Namun tadi juga ada yang aneh dari sikap Zefano. Yaitu tiba tiba mengajak tidur saat sudah selesai chalenge padahal ia tidak biasa tidur di jam itu.

"Mas, bangun. " Aya mencoba membangunkan sang suami, ia menepuk pipi Zefano dengan pelan.

"Eugghh, gini aja dulu Ay, " ujar Zefano seraya mengeratkan pelukannya.

"Mas badanmu hangat loh, wajah kamu juga pucat, ke dokter aja yuk. " Entah mengapa Aya merasa sangat khawatir melihat keadaan Zefano yang seperti ini.

Zefano membuka kelopak matanya. Menyoroti kedua manik hitam legam milik istrinya. "Ambilkan obat pereda infeksi lambung sama paracetamol. "

Aya mengernyit. "In.. Infeksi lambung? "

Zefano tersenyum dan membelai pipi sang istri. "Iya Ay, aku punya infeksi lambung, gausah ke dokter aku kan juga dokter hehehe, "

Aya merasakan gagal menjadi seorang istri. Bagaimana bisa ia tidak tahu jika suaminya memiki penyakit tersebut dan ia malah mengajaknya memakan makanan yang dapat menyebabkan penyakitnya kambuh. Istri macam apa dirinya ini?.

Aya memeluk Zefano, kepalanya ia sandarkan didada bidang Zefano. Sedetik kemudian isakan keluar dari bibir mungilnya.

"Loh Ay, kamu kenapa? Gausah nangis aku gak papa kok beneran. " Zefano mencoba menenangkan dengan nada yang terdengar cukup panik.

"Ay.. Aya bukan istri yang baik. Udah gak mencintai mas, ngajak mas makan pedas sampai penyakit mas kambuh. Bahkan Aya gak tahu mas punya penyakit infeksi lambung. Rasanya Aya gak pantas disebut istri, " ujar Aya dengan disertai isakan kecil dari bibirnya.

Zefano merasakan dadanya basah. Ia yakin istrinya kini menangis. Dan Zefano sangat membenci itu, ia benci melihat orang yang ia cintai menangis.

"Sayang, dengerin aku. Kamu sudah menjadi istri yang baik bagiku. Aku gak pernah mempermasalahkan perasaanmu padaku, melihat kamu sudah peduli, cukup terbuka, aku udah senang. Ini bukan salah kamu. Memang aku yang sengaja tidak memberi tahumu. Jangan menangis, aku benci melihat air matamu. "

Aya mengeratkan pelukannya pada sang suami. Hati Aya terasa menghangat mendengar penuturan Zefano, terlebih mendengar panggilan sayang yang keluar dari bibir sang suami. Rasanya Aya sangat beruntung mendapatkan suami sepertinya. Semoga secepatnya dirinya bisa membalas perasaan Zefano.

"Thank you, my husband. Semoga secepatnya aku bisa membalas perasaanmu, " ucap Aya seraya membenamkan kepalanya didada bidang Zefano.

"Akan ku tunggu sampai kapanpun balasan perasaanku darimu. " Zefano mengecup puncak kepala Aya.

Tak apa untuk sekarang Aya belum mencintainya. Namun ia yakin suatu hari Aya lah yang akan merasa paling takut untuk kehilangannya. Selama Aya masih dalam genggamannya, ia tak takut Aya akan menghilang dan berpaling pada lelaki lain.

*****

Gimana nih perasaannya setelah baca part ini?

Jangan lupa vote dan komen biar author semangat nulisnya!

Lopyu kalian!

Lumajang, 16 Juli 2021

TAKDIRWhere stories live. Discover now